Chapter 3

10.3K 1.1K 36
                                    

Jarak dari rumah Yuki kesekolah lumayan jauh. Ia harus berjalan setengah jam. Di gang banyak sekali anak buah bang Jeck yang tidur dipinggir-pinggir sampah, sepertinya semalam mereka berpesta lagi.
Dengan sangat hati-hati Yuki berjalan, ia berjinjit untuk tidak membuat suara, karena kalau salah satu dari mereka bangun, habislah Yuki.

Ia berhasil sampai ke jalan raya. Berjalan dengan santai, salah satu tangannya memegang topi yang menempel di atas kepala, satu tangannya yang lain ia masukan kedalam saku jeket hoodie.

"Hei, naik bareng yuk." Tiba-tiba, Yuki mendengar seseorang memanggil, karena dijalan hanya ada dirinya. Namun wajahnya tidak repot-repot ia lirik. "Lumayan nih masih jauh sampe sekolah." Ajak Aldo. Ia tidak sengaja melihat punggung yang dikenalinya. Hanya dengan hoodie khas yang menempel di tubuh lelaki itu.

Yuki akhirnya melirik, ingin tau siapa yang sudah mengajaknya itu. Tentu saja, ajakannya adalah hal yang baru pertama Yuki dengar. Setelah mengetahui siapa orang ini Yuki berjalan lagi kedepan.

Aldo tidak mau kalah, ini hari pertamanya ia akan mendekati Yuki. Aldo harus merayunya agar ia bisa dengan mudah untuk berkomunikasi.

Aldo turun dari motor, lalu mengejar Yuki yang sekarang berjalan cepat. Tangannya ia pegang, tapi di lepas kasar oleh Yuki.

"Aku niat baik." Ucap Aldo meyakinkan. "Kamu suka banget kan terlambat masuk sekolah. Motorku aman. Meskipun aku belum punya surat-surat." Aldo berjalan disamping Yuki, sedikit berlari. Tapi, tetap saja. Yuki tidak mau bicara apapun. Meliriknya saja, ia tidak repot-repot.

Ahh, sekarang Aldo benar-benar menyesal ia memilih Yuki yang bahkan ia belum pernah mendengar suaranya saja. Terlambat untuk menyadari, Bian pasti tidak mungkin mengijinkan lagi untuk memilih.

Namun Aldo terus mengejar Yuki, berjalan beriringan dengannya, sambil sesekali menatap ke arah Yuki yang memakai topi, dan memakai kupluk lagi.

Melihat semakin dalam wajahnya.

Seperti...

Seperti sedang menahan sesuatu....

Masalah mungkin?

"Nama kamu Yuki kan? Kamu pintar juga ya, bisa juara pertama bidang ekonomi."

"Maaf sebelumnya. Apa kamu bisu? Gagu? Nggak bisa bicara!?"

"Orang tua kamu pasti bangga punya anak yang rajin dan pintar seperti kamu."

Tiba-tiba, langkahnya terhenti, dan Aldo pun berhenti, menatap tidak mengerti kepada Yuki.

Yuki membalikan badan, tatapan mereka bertemu. Namun, tatapan yang di lontarkan Yuki sangat tajam, lebih tajam dari sayatan pisau menembus jantung. Seketika Aldo menelan ludah.

"Pergi!" Bentaknya. Lalu Yuki berjalan lagi kedepan.

Aldo terkejut, matanya berkedip beberapa kali. Ini kalimat pertama yang dia berikan kepadanya. Aldo tentu saja tidak mau menyerah. Ia langsung berlari menghampiri Yuki, beriringan lagi dengannya.

"Ternyata, kamu bisa bicara juga. Aku baru dengar suara kamu."

"Sebaiknya, kamu belajar membuat kalimat menjadi panjang. Jangan pelit dengan bicara." Rayu Aldo tetap melihat Yuki yang semakin menunduk.

"Kamu lupa sesuatu?" Tanya Yuki masih berjalan cepat.

"Apa?"

"Motor kamu dibelakang."

Oh shit!

Aldo benar-benar lupa bahwa ia memakai motor. Apalagi kuncinya masih menggantung disana, dengan berat hati ia berlari lagi kebelakang, lalu menaiki motornya. Namun, ketika melihat kedepan sosok Yuki sudah menghilang. Dia tidak nampak dijalan. Padahal ini jalan utama untuk lebih cepat sampai kesekolah.

Setelah Aldo sampai, ia menunggunya di gerbang sekolah, tidak mungkin yang pertama sampai adalah Yuki.
Hingga lima belas menit ia berdiri di depan. Namun, Aldo tidak melihat sosok Yuki. Yang ada malah si Bian.

"Bro, nunggu sang princess!?" Ledekanya sambil menyikut lengan Aldo.

Aldo hanya memutar bola matanya. Bianpun masuk kedalam, karena bel pertama sudah berbunyi.

Sudah hampir setangah jam, dan gerbang sekolah sudah ditutup. Tetapi Yuki masih saja belum sampai. Dia tidak mungkin nyasar kan?

Akhirnya, Aldo masuk ke dalam sekolah. Ia sedikit penasaran, sebelum masuk kedalam kelas, ia berjalan lurus melewati kelasnya. Ia menengok kelas Yuki, dan benar, bangkunya masih kosong, ia melihat-lihat kesemua siswa. Tidak ada Yuki disana.

Tidak mungkin, orang sebaik Yuki membolos sekolah. Apalagi ini awal semester.

Kemana perginya Yuki!?

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang