Chapter 43

5.4K 672 44
                                    

Bukan.....

Tentu saja bukan apa yang barusan ia katakan.
Yang telah mengungkapkan rasa khawatirnya justru amarahnya sendiri.
Aldo tahu, apa yang barusan ia katakan pasti melukai Yuki.
Bodohnya, ia bahkan tidak menunggu Yuki untuk menjelaskan apapun yang terjadi kepadanya.

Ia langkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah. Sambutan hangat yang keluar dari bibir pelayan tak mengalihkan suasana hatinya. Aldo hanya sedang merenung seorang diri, memikirkan apa yang telah ia katakan kepada Yuki.

Mulutnya yang kotor dan kata-katanya yang busuk memburamkan penglihatan Aldo yang kini tubuhnya sudah terlentang diatas sofa.

"Tuan King, anda belum makan. Mau bibi Lia siapkan?" Tanya pelayan merasa khawatir melihat Aldo yang lemah.

Wajahnya semakin menyiratkan kesedihan yang mendalam, bahkan ketika air bening berhasil terjun kebawah, Aldo tetap tidak ingin buka suara.

Pelayan berjalan dengan lututnya menghampiri Aldo, matanya kini sudah tertutup. Namun, tangisan itu terus saja mengalir.

"Ada apa tuan King? Apa ada sesuatu yang telah mengganggu tuan? Bibi panggil dokter saja ya? Atau bibi panggilkan Mommy?"

Aldo mulai terisak. Namun ia masih enggan untuk membuka matanya. Ia masih takut, ketika kedua matanya terbuka tetapi tidak ada Yuki disana.

Tidak lama, Aldo merasakan tangan seseorang yang menyentuh keningnya. Lalu turun ke arah lehernya.

"Tuan King nggak demam."

Aldo duduk di sofa, membenarkan rambutnya yang sudah berantakan.

"Kenapa si Popo tadi pergi sama laki lain? Terus dia ngebohong akan langsung pulang kerumah setelah pulang sekolah?"

"Kenyataannya dia baru aja sampai. Siapa sebenarnya laki yang bersama Yuki itu? Ada hubungan apa mereka?"

"Bahkan Bibi Lia, King nggak berani buat meluk Yuki. Dia selalu aja masang wajah galaknya ketika lagi bersama. Tapi dengan pria itu? Bahkan dia nggak terlihat punya masalah dengannya. Kurang King apa sama Yuki? Mengapa Yuki selalu berlari ketika King melangkah?"
Aldo berbicara banyak hal tentang rasa sakitnya. Ia seperti ingin memberitahukan kepada dunia, bahwa ini pertama kalinya ia merasakan sakit hati. Sebelumnya, Aldo bahkan tidak pernah perduli dengan orang lain. Yang ia tahu adalah bagaimana cara mengejek, atau membully orang lain.
Dan dengan mudahnya, Yuki memberikan rasa sakit untuk Aldo.

Pelayan dengan anggun duduk diatas lantai, menatap Aldo dari bawah. Si Pelayan tahu sekali, seberapa dalam luka yang sekarang bersarang di dadanya. Aldo berbicara tanpa menatapnya, tatapan yang terlontar dari pupilnya yang hitam begitu tajam dan kosong. Pelayan tidak tahu, arah kemana Aldo melihat sekarang. Namun disetiap kata yang ia lontarkan, mengandung arti sangat dalam.

"Bibi Lia nggak tau ada masalah apa antara tuan King dan tuan Yuki." Pelayan mulai berbicara. "Tapi menurut Bibi, tuan Yuki sangat polos dan mungkin ia nggak pernah berbohong."

"Tiga hari yang lalu, ketika Mommy dan Appa berangkat. Tuan Yuki duduk di sofa, lalu bibi ambilkan susu cokelat. Ketika bibi sedang mengepel lantai. Tuan Yuki berbicara tentang tuan King."

Aldo yang menatap tidak beraturan mulai melirik ke bawah. Menatap pelayan dengan penasaran, dan bertanya.

"Popo.. Ngobrolin King?" Tanya Aldo, seolah dia tidak percaya.

Pelayan mengangguk dan tersenyum.
"Ya tuan King. tuan Yuki bilang. Semenjak dia kenal sama tuan King, hidupnya menjadi lebih baik. Bahkan, semua yang sudah tuan King berikan adalah yang pertama dirasakan bagi tuan Yuki."

"Ketika menyebutkan bahwa tuan King memang anak manja, tetapi tuan Yuki terlihat begitu bersemangat menceritakan semuanya. Bibi Lia juga sedikit terkejut, ketika tuan Yuki berbicara banyak hal. Bibi tau, bahwa tuan Yuki nggak memiliki tempramen juga emosional yang tinggi. Namun untuk yang pertama, Bibi bisa melihat bahwa senyum dan tawa tuan Yuki benar-benar bisa membuat bibir Bibi juga ikut tersenyum." Jawab pelayan.

Aldo terdiam.

Berfikir kembali tentang Yuki yang tidak punya ekspresi, tetapi dia sungguh menarik...

Ddduuuuaaaarrrrrr!

Tiba-tiba, kilatan yang menggelegar seketika memadamkan listrik tempat tinggal Aldo. Dan tanpa menjawab pernyataan yang begitu membahagiakan, Aldo berlari keluar. Suara-suara hujan yang terjatuh kejalanan tidak membuat Aldo takut. Ia justru semakin bersemangat, Yuki masih berkeliaran dijalan, dan waktunya Aldo datang, lalu meminta maaf atas semua yang telah ia ucapkan padanya.
Setelah begitu, semuanya pasti akan baik-baik saja. Dan Aldo bisa membawa Yuki kembali kerumahnya, dan bermain lagi dengan si kembar.

"Tuan King....... Anda mau kemana?" Teriak pelayan melihat Aldo berlari tanpa lelah.

Tanpa melirik, Aldo menjawab
"Menjemput bidadari..........."

Pelayan berhenti sejenak, lalu mematung, tiga detik selanjutnya ia tertawa pelan. Lalu berteriak lagi.
"Anda harus memakai mobil. Mungkin, bidadari sedang kehujanan sekarang."

Aldo tidak berbalik untuk mematuhi apa yang sudah pelayan katakan. Memang ada benarnya, tetapi kakinya terlalu enggan hanya untuk mengambil kunci mobil, lalu berlari mendekati mobil yang terparkir cukup jauh di ujung rumah. Sangat memakan waktu untuk sebuah kebahagiaan dan kekhawatiran baginya.

Ia kembali melajukan motornya dengan kecepatan yang luar biasa. Meskipun hujan terus menerpa tubuhnya. Tetapi semangat itu kembali datang dengan sendirinya.

Aldo berjanji. Mulai sekarang, ia tidak akan berkata buruk lagi, meskipun nanti Yuki akan menjelaskan siapa lelaki yang bersamanya, sekalipun itu adalah berita yang menyakitkan. Bagaimanapun, Aldo mempunyai rasa untuk Yuki.

Petir terus bergemuruh diatas, menampilkan kilatan cahaya yang mengerikan. Aldo terus membungkukan lehernya sedikit takut.
Ia tidak tahu, harus kemana lagi mencari Yuki di tengah malam seperti ini. Tidak mungkin Yuki ada dipasar, dan dijalan Scorpion. Pasti saja, Yuki sudah meringkuk diatas kasurnya yang lusuh. Memikirkannya saja, membuat Aldo merasakan nyeri.

Sesampainya di gang, Aldo menyimpan motornya begitu saja. Lalu ia berlari ditengah hujan yang terus menerpanya.

Didepan, terlihat sesosok yang terlentang, dengan tangan dan kaki terbuka lebar. Bahkan ia tidak memakai pakaian, dibiarkan hujan terus menghujam mendarat ditubuhnya yang kurus kering. Aldo Segera berlari dan berjongkok tidak percaya, ketika dikepala dan tubuhnya juga disekelilingnya bersimbah darah segar.
Nafasnya terengal-engal seakan nyawanya akan keluar dari raganya. Aldo tidak tahan untuk memeluk kepala Yuki, tangannya menekan kuat di daerah yang terus mengalir darah.

"Anjing!! Brengsek!! Siapa yang lakukin ini!?" Aldo menangis histeris, tangannya bergetar menyentuh wajahnya yang dipenuhi luka-luka memar.

Kemudian, ia mengepalkan tangannya membulat penuh urat. Lalu, meninju tanah disamping beberapa kali sambil menangis.

"Aarghh PREMAAANN BRENGSEEKK!!!"

Aldo merogoh saku celananya, mengambil telepon. Lalu, menelepon seseorang. Sambil menunggu disebrang sana menjawab. Ia mulai menyesali apa yang sekarang terjadi kepada Yuki.

"Popo.. Maaf..... Semuanya salah Papap.... Kalau aja tadi Papap nggak marahin Popo... Hiksss.... Popo pasti ada dirumah sekarang......"

"Bangun Popo..... Ayo Marahin Papap...... Pukul Papap Popo... Hiksss.... hiksss....... Jangan buat Papap makin ketakutan Popo..... Brengsek!! Preman keparat...... Mereka harus mendapatkan akibatnya telah.....

Hallo!!!! Inspektur. Lihat preman sialan itu telah menganiaya Yuki..... Aku nggak mau tau. Besok, preman-preman keparat itu harus ada di kantor polisi!!"

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang