Yuki sebenarnya adalah lelaki yang hangat.
Lelaki yang sangat riang.
Bukan salahnya ia menjadi dingin dan datar seperti ini.Salahkanlah cara mereka membesarkan Yuki.
Salahkanlah, mereka yang membuat Yuki menjadi tidak punya ekspresi apapun.Karena dulu, ketika Yuki masih kecil ia pernah di bawa bermain oleh lelaki yang ia cintai.
Entah kamana.
Yuki lupa.Yang jelas, ia berusaha berkenalan dengan seorang lelaki seusianya yang sedang memegang balon berwarna merah. Yuki kecil tersenyum ramah kepadanya, meskipun ia sedang menahan rasa sakit.
Namun, bukan di sambut dengan baik, anak itu malah menangis ketakutan.Dan akhirnya, Yuki menutup semua ekspresi di wajahnya, menjadi sebuah kebiasaan buruk.
Berwajah dingin, tidak perduli, masa bodoh, adalah bentuk komunikasi bagi Yuki kepada semua orang.Haha miris bukan?
Apalagi, mereka yang dengan mudah tersenyum, tertawa adalah mereka yang sedang berbahagia.
Nyatanya, definisi bahagia tidak pernah Yuki ketahui bahkan sampai sekarang.Suara malam terdengar sangat indah, berdendang dengan pelan ditelinga.
Yuki merasa sangat resah, Govindo terus ia gendong, karena takut kabur.Akhirnya, setelah mandi dan berganti pakaian, Yuki membuka laci kecil, mengambil beberapa uang lembar.
Kakinya melangkah, lalu telinganya ia tempelkan erat-erat.Hening....
Setelah tahu didepan gubuknya sepi, Yuki kembali menggendong Govindo yang sedang mendengkur di atas kasurnya.
Berjalan pergi keluar.
Ia berlari didepan gang, membuat tubuh Govindo tergoncang-goncang.
Setelah memasuki jalan besar, langkah kakinya menjadi santai, berjalan dengan pelan.
Kini, kedua tangan Yuki tidak menganggur lagi, tidak masuk kedalam saku hoodienya. Melainkan, terus mengusap-ngusap bulu Govindo.Govindo tidak terusik sama sekali.
Ia tertidur dengan nyenyak dipangkuan Yuki.Setelah berjalan sangat jauh, akhirnya ia tiba di tempat yang dituju.
Pasar.
Ya...
Ia ke pasar.
Untuk membeli lampu yang Aldo perintahkan.Bukan...
Bukan karena Aldo yang menyuruhnya.
Lebih tepatnya, karena ada Govindo sekarang.Yuki menyukai gelap, namun anaknya tidak.
Ibu yang baik, harus memperhatikan anaknya, bukan??
Yuki menyusuri setiap toko, melihat-lihat didalamnya. Beberapa lampu besar, beberapa lampu kecil, berwarna warni, semuanya ada.
Mengapa semuanya begitu menyakitkan dimata Yuki?Ia tidak bisa membeli lampu. Tentu saja. Yuki baru ingat, tidak ada kabel listrik di dalam rumahnya.
Ia keluar lagi dari dalam toko. Padahal, lampu sorot ingin Yuki bawa pulang.Dan kakinya membawa ke tempat beberapa lampu indah lainnya.
"Ini tidak pakai listrik?" Tanya Yuki ketika tangannya memegang satu buah petromak.
"Ini di cas. Aku kasih discount, kalau kamu beli lima, gratis satu."
Dan akhirnya, Yuki menjinjing enam lampu petromak.
Ia rela, sisa uang dari hasil kerja, ia habiskan semuanya, Yuki sendiri tidak berpikir bagaimana ia makan besok. Yang terpenting Govindo bisa dengan nyaman berada disisinya.Lengan Yuki hanya dua, dan kantong jinjingan ada tiga, pun tangannya harus menggendong Govindo.
Sebenarnya, Yuki tahu, bahwa anjing Pomeranian tipe spitz adalah anjing yang setia. Jika anjing sudah menyukai tuannya, kesetiaannya diacungi dua jempol. Mereka Akan terus mengekori kemanapun tuannya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month [END]
ActionM-A-T-I Satu kata yang indah bagi pria aneh bertopi ini...... Ini di tulis dari tahun 2018 dan tidak pernah di REVISI jalan ceritanya. Jadi kalau ada jalan cerita yang ngawur atau sesuatu yang KALIAN TIDAK INGINKAN, harap MAKLUMI!! Jangan membuat sa...