Chapter 49

5.2K 679 16
                                    

Seminggu hari berlalu...

Sehari tiga kali, Aldo akan berlari kerumahnya, untuk mengambil sup jagung hangat, dan susu cokelat hangat.

Pagi.

Siang.

Juga malam.

Aldo takut, jika Yuki tiba-tiba bangun dan tidak ada makanan disana. Bagaimana caranya agar ia bisa makan? Setelah tertidur cukup lama.

Dan setiap kali Aldo kembali kekamar Yuki. Ia akan menangis, mengusap-ngusap tangannya yang dingin. Dan menyimpan sup jagung dimeja kecil.
Setelah sup jagung dingin, Aldo akan membuangnya.

Itu yang bisa Aldo lakukan, disaat Yuki tertidur lelap.
Mata hitam Aldo terus menatap wajah yang pucat pasi.

Aldo pernah melihat mata yang sedang tertutup, pernah berbinar..

Aldo pernah melihat wajah yang putih pucat, pernah menggunakan ekspresi kebahagiaan.

Aldo pernah melihat bibir mungil yang kering, pernah tersenyum gembira kepadanya.

Aldo juga pernah merasakan tangan dinginnya, pernah memeluk tubuhnya. Pernah membelai bulu-bulu halus sikembar.

Lalu Yuki.....

Yuki juga sampai saat ini masih menjadi seseorang yang berharga bagi Aldo.

Kenapa sekarang lelaki yang Aldo sayangi sangat berbeda?

Coba lihat, orang didepannya sangat tidak berdaya. Nafasnya juga terlihat begitu sulit.

Nadinya berdetak begitu lamban.

Bagiamana dengan waktu Yuki sedang berlomba? Ia terlihat terkejut ketika tau Aldo sedang memotretnya.

Juga, kedipan-kedipan kecil dan senyum manisnya saat bernyanyi bersama diacara ulang tahun pernikahan orangtua Aldo.

Lalu, tawanya ketika Yuki berada ditengah-tengah keluarga Aldo.

Kebahagiaanya ketika bermain dengan sikembar divila.

Cita-citamu yang ingin menjadi pilot.

Kemana sebenarnya Yuki?

Yuki tidak pernah terlihat seperti ini.

Yuki tidak pernah terlihat lemah.

Yuki selalu kuat.

Yuki selalu tegar.

Sungguh, Aldo sangat merindukan sikap dingin Yuki.

Namun tidak dengan tubuhnya yang dingin.

"Popo.... Tolong bangun Popo.. Kembalilah... Jangan terlalu lama tidurnya.... Papap.... sayang sama Popo...."

Aldo mengecup kening Yukisangat dalam dan lama.

**

Setiap drHans mengecek suhu tubuh, lalu keadaan Yuki, Aldo hanya menunduk. Atau ia akan sedikit mundur kebelakang.
Aldo sungguh takut melihat luka-luka yang Yuki terima, ia masih belum bisa merelakan penyiksaan preman keparat kepada Yuki.

Setelah selesai, Aldo juga menutup telinganya. Ia tidak kuasa, mendengar kata-kata drHans, Aldo tidak ingin tau berita buruk.

DrHans harus memberikan berita bagus. Meskipun Aldo tau bahwa sangat sulit untuk mendengar berita baik dari hasil kesehatan Yuki.

Begitupun dengan William.
Sesekali, ia akan pergi entah kemana, lalu pulang kembali kekamar Yuki.
Duduk ditepi jendela, menyalakan rokok dengan tenang.

Meskipun Aldo tau, paras yang tampan itu sangat kelelahan.

William dan Aldo mereka selalu terjaga, mengawasi Yuki.
Mengawasi nafasnya, dan layar elektrokardiogram.

SiKembar juga setia, tertidur dibawah ranjang pasien tapi matanya tetap terbuka. Menyiratkan bahwa mereka juga sangat khawatir.

Aldo memberi mereka makan tiga kali. Namun, sikembar tidak pernah mengahabiskannya.

Karena tuannya juga tidak terlihat makan.

Ya....

Aldo mengabaikan rasa laparnya.
Ia tidak pernah makan apapun.
Air saja, Aldo tidak bisa.

Melamun, dan melamun.

Entah apa yang Aldo lamunkan.

*
Keesokannya pagi-pagi Aldo mulai bangkit. Ia paksakan untuk berdiri dari duduknya, meski kedua kakinya sudah bergetar dan siap ambruk.

William yang melihat keluar jendela menghembuskan asap rokok dengan kasar.
"Apa gunanya, setiap hari kamu pulang dan buang sup jagung?" Kata Will sedikit kesal.

Aldo langkahkan kakinya sedikit demi sedikit.

"Kamu mengerjakan sesuatu yang sangat percuma."

Tangannya mulai memegang tembok.

"Tenagamu terbuang sia-sia." Kata William mengakhiri.

Sekian detik, Aldo ambruk, terjatuh dilantai. Sikembar dengan buru-buru mendekat, menjilati tangan Aldo. Mereka tidak menggonggong. Namun,perasaan khawatir terpancar dimata bundar mereka.

"Sebaiknya kamu diam, Will!" Bentak Aldo ketus.

William membuang puntung rokok keluar jendela, lalu mengambil lagi satu rokok dan menyalakannya dengan pemantik api.

"Semua yang aku lakukan memang sia-sia. Dan memang ini yang bisa aku lakukan.
Aku nggak akan tinggal diam, jika lihat Yuki yang lagi berjuang. Namun aku hanya melihat saja.
Aku nggak akan buat diriku sendiri menyesal ketika nggak melakukan apapun!!" Ucap Aldo tak kalah kasar.

Aldo berdiri, berjalan dengan tertatih-tatih mulai menjauh dan menghilang, sikembar mengekorinya disamping. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi.

Setelah melihat punggung Aldo yang menjauh. William membuang rokok, dan berjalan mendekat kearah Yuki, duduk disampingnya.

Tangannya yang hangat, mengusap kepala botak Yuki. Tangan yang lain menggenggam erat tangannya.

"Yuki.... Yang namanya Aldo ternyata lelaki bodoh. Kamu dengar, apa yang dia ucapkan?
Terus berjuang...... Lawan penyakit ini..... Jangan sampai kamu kalah!"

Tangan William turun membelai wajah Yuki.. Mengusap-ngusapnya penuh sayang.

"Jika kamu kalah..... Maka lelaki yang tadi, nggak akan bisa melawan dunia dengan rasa penyesalannya....."

Setelah mengatakan ini, William mencium kening Yuki sangat dalam.

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang