Chapter 9

8.2K 910 15
                                    

Karena hari semakin malam, Aldo pulang kerumah.
Ellio Gustav-- Ayah Aldo mempunyai perusahaan travel. Sudah ada tiga puluh dua bis besar, dua puluh delapan mini bis, lima belas mobil pick up, dan tujuh belas mobil biasa. Sedangkan Ibunya--Jasmine Rose, seorang dosen bahasa disalah satu universitas ternama. Meskipun begitu Aldo tidak pernah memakai brand ternama yang di pakai ditubuhnya, begitupun dengan keluarga Aldo, tidak ada yang memamerkan kekayaannya.

"King, darimana aja? Jam segini baru pulang." Tanya Jasmine pada putra keduanya. Pasalnya, si bungsu jarang sekali pulang sekolah selarut ini.

"Habis dari rumah temen. Mommy mau kemana? Diluar hujan." Jawab Aldo, tentu saja ia bertanya kemana ibu kesayangannya akan pergi. Memang Jasmine selalu tampil cantik dan anggun, namun melihat Ibunya menenteng tas ia pasti akan keluar.

"Mau beli beras kepasar." Jawab Jasmine meletakan tas sekolah Aldo diatas kursi. "Anak bi Lia sakit, Mommy pulangin, kasian."

Aldo lemparkan tubuhnya di sofa, sambil berkata.
"Kemarin bukannya Appa udah beli beras? Kayak sering makan dirumah aja."

"Lho, King nggak tau, tiga hari lagi ulang tahun pernikahan Mommy sama Appa yang ke duapuluh tahun? Ya syukuran kecil-kecilan aja."

Aldo terkejut, ia langsung duduk dengan tegap. Ternyata, fikiran Aldo baru mengingatnya, ia sampai lupa hal yang paling serius seperti ini.

Aldo juga teringat kepada Yuki yang jarang sekali makan, ia berinisiatif untuk membelikannya beberapa makanan di pasar. Agar Yuki bisa makan sebelum belajar, atau bisa makan sebelum berangkat menyapu jalanan.

"Mommy, King ikut dong." Aldo setengah berlari menyusul ibunya yang sudah di ambang pintu.

Jasmine dan Aldo langsung pergi kepasar.

Diperjalanan, Aldo berpikir, pasti Yuki sedang meringkuk tanpa selimut di kasur yang sudah lusuh itu. Ia pasti sudah tertidur lelap, setelah seharian menyapu jalanan, apalagi jaraknya yang cukup jauh.

Kalau mereka sudah dekat, Aldo ingin membelikan Yuki selimut yang tebal, agar ia tidak kedinginan saat hujan.
Tidak terasa sebuah senyuman tipis tersungging di ujung mulut Aldo.

Setelah sampai, Aldo langsung keluar memegang payung, pergi kedalam pasar, membeli beberapa kue kering dan basah, juga beberapa roti. Ia menjinjing satu kantong belanjaan dengan gembira. Karena ini dipersembahkan untuk Yuki.

"King, kamu belanja banyak banget." Ucap Jasmine. Biasanya, Aldo jarang sekali jajan jajanan pasar, apalagi membeli beberapa kue seperti ini, karena Aldo kurang suka dengan rasa manis.

"Hehe iya Mommy, suka laper kalo dikelas."

Aldo langsung masuk kedalam mobil, dan sesekali membenarkan makanan yang ia pegang. Aldo ingin cepat-cepat besok, ia ingin segera bertemu dengan Yuki. Yuki pasti sangat senang Aldo memberikan perhatian kepadanya.

"Lama banget sih, Mommy." Aldo menoleh dari jendela. Tadi Aldo sempat melirik arloji, dan mereka dipasar sudah hampir satu jam lebih.

Jasmine menoleh Aldo, lalu berkata "Iya, tinggal dua karung lagi. Hujan begini yang panggul beras sepi" Jasmine berjalan mendekati Aldo dua langkah, lalu suaranya ia pelankan "Mommy kasian sama yang panggul ini. Hujan-hujanan lho King. Dia nggak punya jas hujan kali ya, soalnya cuma pake topi. Kan tetap aja topinya ikut basah masuk kepala." Jasmine mengakhiri, lalu berjalan beberapa langkah ke tempatnya semula, karena pemanggul beras sudah terlihat.

Mendengar apa yang dikatakan sang Ibu, Aldo mendongakan pandangannya, ia ingin memastikan bahwa yang memanggul beras itu bukan pria yang Aldo kenal.

Namun sayang, setelah meneliti lebih dalam, netra Aldo langsung membulat dengan sempurna, ia menggosok-gosokan mata dengan kedua tangannya, melihat tidak percaya bahwa itu memang Yuki. Aldo jelas sekali mengenali hoodie dan topinya, bahkan jalannya sangat tertatih-tatih.

Tunggu..

Matanya juga sembab.

Aldo jelas melihat dimaniknya, tidak apa-apa sebelum ia pamit pulang. Lalu mengapa sekarang matanya membesar? Apa yang sudah terjadi dengannya?

Aldo ingin cepat-cepat turun, dan memayungi Yuki agar tidak kehujanan. Tetapi, ia tahan, pasti Yuki akan lari lagi, ia akan menghiraukannya, lalu berpura-pura tidak kenal.

Aldo tahan, sangat tahan untuk tidak menemui Yuki. Besok lebih baik ia tanyakan.

"Mommy, sini."Teriak Aldo, setelah melihat Yuki berlari untuk memanggul satu karung lagi.

"Kenapa sayang?"

"Kasih uang lebih, kasian, dia masih kecil, hujan-hujanan."

"Emang Mommy tega ngasih dia puluhan ribu?"

Aldo tersenyum senang mendengarnya.
Tidak lama, Aldo melihat karung yang terakhir di panggul Yuki. Menyimpannya dengan hati-hati di bagasi mobil.

Sungguh, entah mengapa rasa sakit menyerembet masuk kedalam hati Aldo, melihat Yuki seperti ini.

Maksudnya, apa tidak cukup uang dari menyapu jalanan? Dia juga dikasih makan disana, di sekolah pun Yuki tidak terlihat duduk santai di kantin. Lalu, untuk apa dia bekerja sampai selarut ini!? Ya, Aldo melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul sepuluh malam.

Jasmine masuk kedalam mobil, melirik anaknya yang sedang mengusap-ngusap hidung seolah sedang berpikir.

"King, anak yang tadi sepertinya seumuran sama kamu. Dia kurus banget lho King." Jasmine membenarkan duduknya, lalu berkata "Tapi senyumnya manis."

Aldo yang dari tadi melihat keluar jendela menatap Jasmine tidak percaya, matanya membulat anpa berkedip beberapa saat.

"Tadi Yuki senyum?" Aldo bertanya kaget.

Jasmine mengangguk "Iya senyum tipis. King kenal?"

"Nggak mungkin ah. Iya, dia temen sekolah." Jawab Aldo sambil melemparkan wajahnya ke arah lain.

"Kenapa nggak mungkin? Kok King nggak sapa dia?" Jasmine duduk mendekati Aldo, lalu pucuk kepalanya Jasmine usap lembut. "Ajak dia ke pesta ulang tahun pernikahan Mommy, ya?"

Aldo kembali menatap Jasmine dengan mata yang berbinar.
"Nggak apa-apa, Mommy? " Aldo tersenyum senang.

"Tentu." Jasmine kembali tersenyum. "Mommy suka sama kerja kerasnya. Ajak Bian juga."

Aldo menganggukan kepalanya berkali-kali. Di pesta nanti, ia akan memaksa Yuki untuk mencicipi semua hidangan yang tersusun di meja. Ia harus merasakan makanan yang lain, bukan hanya nasi kotak saja.

Sebuah kebahagiaan menyeruak ketubuh Aldo. Ia tidak memudarkan senyum ceria itu.

Keesokan harinya. Aldo diantar oleh supir Jasmine, karena motornya ia tinggal di sekolah kemarin. Aldo berhenti dijalan raya, tempat masuknya kesebuah gang gubug Yuki.

Aldo berjalan, menjinjing makanan untuk Yuki. Saat didepan gang, preman-preman yang memukuli Yuki masih tertidur disana. Ia berjalan melewati preman dengan sangat hati-hati.

Setelah didepan pintu rumah Yuki, ia menggedor pelan, karena takut membangunkan preman. Tapi tidak ada jawaban. Aldo kembali mengetuk pintu. Masih tidak ada jawaban, ini sudah jam setengah tujuh, jarak kesekolah cukup jauh, tapi Yuki masih belum bangun.

"Ki. Yukii~ bangun, ini udah siang." Mulut Aldo mencium pintu, dan mulai membisik.

Terdengar seseorang didalam sana membuka kunci.

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang