Chapter 28

6.9K 763 63
                                    

Perjalan terus melaju, melewati kota-kota besar. Aldo terus melirik arlojinya, tidak sabar. Ia ingin cepat menemui Yuki. Ia ingin melihat Yuki sedang berpikir keras karena soal-soal. Ia ingin melihat ekspresi apa yang selalu Yuki gunakan ketika ia sedang bertempur dengan pelajaran.

Akhirnya, kurang lebih selama dua jam, mereka sampai di gerbang universitas yang megah. Tulisan selamat datang terbentang jelas diatas tiang.

Aldo turun, diikuti dengan Anton. Sementara Bian sedang parkir.

Ia langsung berlari menuju stand pengumuman.
Kelopak matanya melihat ke name tag ketiga pria didalam stand.

"Kak Adrian?" Tanya Aldo ramah.

Pria pendek dan kurus yang dipanggil Aldo menoleh.

"Ya? Kamu perlu bantuan apa?"

Bian dan Anton sudah ada dibelakang Aldo, mendengarkan pembicaraan mereka didepan.

"Saya, mau tanya, kalau ruangan lomba pela....."

Sebelum Aldo menyelesaikan pertanyaannya, lelaki yang ia tanyai berlari dengan lengan terbentang lebar. Menuju seorang lelaki yang lebih tinggi menggunakan setelan jas dengan sangat rapi.

"Vareellll......~~"

"Kamu tanya apa? Jangan perdulikan dia, penyakitnya lagi kumat"

Aldo mengangguk pelan. Lalu, lirikannya kembali melihat name tag.
"Kak Derma?"

"Ya?"

"Saya mau tanya, ruangan buat lomba pelajaran Kimia sebelah mana?"

"Oh Kimia, ya? Kamu harus naik ke lantai tiga. Lurus melewati tiga kelas. Disana ada tulisan Kimia."

Aldo mengangguk dan tersenyum.

Kakinya mulai berjalan dengan cepat. Meninggalkan Bian yang sedikit kewelahan karena Anton terus menarik-narik lengannya untuk singgah di salah satu stand makanan.

Aldo tau, ketika Anton sudah dekat dengan Bian. Bian pasti seperti membawa wanita tua, yang harus menurut kepadanya.

"Bian. Aku bisa sendiri. Kamu temenin aja mainanmu!" Teriak Aldo sesudah sampai dilantai dua.

"Ahh, sialan. Kalau ada apa-apa langsung hubungi!"

Aldo berlari dengan kecepatan ekstra. Meskipun disekitarnya banyak orang-orang berlalu lalang. Namun, pergerakannya tidak terhenti. Bahkan ia sempat menabrak seseorang yang sedang duduk di anak tangga.
Aldo menghiraukannya. Lagipula, ia tidak kenal dengan orang-orang disini. Tidak apa-apa kalau sedikit menimbulkan masalah.

'Ruangan Kimia'

Aldo langsung berbelok masuk kedalam. Riuh tepuk tangan menyambutnya setelah diambang pintu.

Yuki dengan jelas sedang berjabat tangan dengan seorang Profesor, tangan kirinya mengapit satu lembar kertas, dan satu piala yang tinggi dan besar.

Guru pembimbing juga ada didekat Yuki, sedang tersenyum, memperlihatkan giginya.

Aldo melangkah maju lebih dekat, banyak sekali kameramen, dan orang-orang yang sedang mengabadikan moment kemenangan ini. Sepertinya dokumentasi ini begitu penting.

Dan seperti biasa.

Jari jemari Yuki bersalaman.
Namun, mata bundar yang indah milik Yuki begitu sendu, sangat mendung. Wajahnya pun tidak kalah datar dari sepapan triplek.

Berjabat tangan dengan profesor tidak juga membuat senyum Yuki mengembang.

Aldo sedikit bangga pada dirinya. Ia membusungkan dada dengan sombong. Yuki pernah tersenyum manis padanya, saat sedang bernyanyi bersama. Juga kemarin, Aldo melihat tatapan berbinar dari wajah Yuki, saat pertama kali mengenalkan Govindo.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang