Chapter 46

5.7K 666 32
                                    

"Datang ke kantor polisi sekarang. Aku menemukan lima belas preman sedang berjudi.."

Dengan cepat Aldo berdiri. Ini memang sudah sangat larut sore. Aldo tidak pernah beranjak satu sentipun dari hadapan Yuki. Panggilan dari pelayannya ia abaikan, terlalu enggan hanya untuk mengabari saja. Karena Aldo terus menatap seorang lelaki yang terbaring lemah didepannya.

Bahkan, matanya yang sudah tidak bisa terbuka lebar, setiap menit terus melirik layar elektrokardiogram (EkG), karena takut jika garis-garis yang tidak beraturan itu tiba-tiba menjadi lurus horizontal.

Bahkan Aldo tidak kuasa, ketika satu jam yang lalu seorang suster mengganti perban yang melingkar dikepala botak itu. Juga mengganti perban-perban diseluruh tubuhnya.
Setiap luka yang diterima Yuki terlalu menyakitkan untuk dilihat. Apalagi, Yuki yang merasakan dan yang menerimanya. Aldo bergidik ngeri, membayangkan tubuh kurus dan kecilnya terus disiksa oleh preman bajingan itu.

Ketika akan melangkah pergi, William yang juga selalu setia duduk disamping jendela menoleh ke arah Aldo. Lalu menghembuskan asap dengan pelan.

"Pergilah.... Biar aku yang jaga Yuki." Kata William pelan.

Mereka berdua selalu terbuai dengan pemikiran masing-masing, dengan lamunan masing-masing. Setelah perkenalan tadi pagi yang sesingkat mungkin, mereka tidak pernah bersuara lagi.

Aldo hanya tahu, dia William, yang kata Dokter adalah orang pertama yang menemukan Yuki.
Aldo tidak tahu arti dari 'menemukan' itu maksudnya apa.

Memang ia sangat penasaran. Namun, melihat lawan bicaranya selalu terbuai dengan rokok dan duduk tenang di samping jendela, sekali-kali lirikannya juga meneliti nafas Yuki yang sampai sekarang nafas itu masih terlihat sesak, Aldo merasa tidak perlu banyak bertanya.

William juga sama, ia hanya tahu lelaki tinggi ini adalah Aldo, yang pernah diceritakan Yuki. Yang berhasil membuat Yuki sedikit terbuka dengan orang lain.
Awalnya, ketika nanti William bertemu dengan Aldo, ia ingin sekali bertukar pikiran, bertanya mengenai Yuki selama dua tahun ini.
Namun, ia urungkan. Keengganan menyuruhnya untuk diam. Will merasa tidak ada tenaga bahkan hanya untuk menyapa, beramah tamah dengan dia.

Melihat kondisi Yuki seperti ini, penenangnya adalah rokok yang ia isap.

"Aku akan ke kantor polisi, preman sudah ditemukan." Jawab Aldo.

Selanjutnya, William juga berdiri dan bergegas mendekati Aldo yang kini tangannya sudah menarik kenop pintu.

"Biarkan aku ikut."

Mata lelah Aldo membulat.
"Siapa yang akan jaga Yuki disini?"

"Biar aku saja. Kalian, urus saja semua masalah. Aku yang menjaga Yuki. Sekalian, akan menambah dosis cairan makanan untuknya."
Kata drHans yang tiba-tiba sudah ada didepan pintu.

"Tolong jaga Popo sebentar..... Aku akan cepat kembali." Kata Aldo dengan mimik khawatir.

DrHans dengan pelan menepuk pundak Aldo, menjawab.
"Pulanglah dulu.... Kamu nggak lihat badanmu juga harus diurus? Kalau kamu sakit, siapa yang akan menjaga Yuki?"

"Aku, drHans pikir hanya dia saja yang mengkhawatirkan Yuki?"
Ucap William melirik ke arah Aldo.

"Baiklah, baiklah.... Kalian bisa silih berganti untuk menjaganya."

Mereka berdua mulai pergi. Sebelum pergi, Aldo melirik sebentar ke arah Yuki. Lalu tersenyum.

"Tenang Popo..... Rasa sakitmu akan Papap balaskan...... Bertahanlah dan terus berjuang!"

Langkah demi langkah Aldo mempercepat jalannya. Seakan ia tak mau ketinggalan dibelakang William.
Memang, Aldo tidak bawa kendaraan. Sedangkan William, mobil hitamnya terparkir didepan.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang