Chapter 44

5.5K 701 19
                                    

Sebenarnya, Aldo sengaja menekan nama 'Yuki' ketika berbicara dengan polisi. Agar para preman takut dengannya, dan tidak menimbulkan masalah yang lebih berat lagi padanya. Aldo bermaksud, agar para preman menjadi enggan dan menghilang dari kehidupan Yuki.

Namun siapa sangka, mereka malah semakin berani dan brutal menghajar Yuki habis-habisan seperti ini.

Apalagi melihat tubuhnya yang hanya tinggal tulang, lalu luka-luka yang mencuat diberbagai tubuhnya memperburuk keadaan. Bahkan, bekas sayatan-sayatan benda tajam menari indah di tangan dan punggungnya. Memar-memar menutupi setiap inchi kulit. Lalu kepalanya yang botak membuat Aldo menangis semakin histeris. Entah apa yang si preman bajingan lakukan kepada kepala Yuki, hingga hanya tersisa beberapa helai saja.

Untuk yang pertama kalinya, Aldo membenci dirinya sendiri.
Ia yang menyebabkan Yuki hingga seperti ini.

Seandainya, Aldo bisa menahan amarahnya, lalu berbicara dari hati ke hati dengan Yuki. Ia tidak mungkin tergeletak ditanah seakan tidak bernyawa dengan guyuran air hujan, lalu simbahan darah segar disekelilingnya.

Yuki memang sudah terlihat begitu lelah ketika ia kembali kerumah Aldo, wajahnya yang menyuratkan kekecewaan tergambar dengan jelas.
Lalu, Aldo memperburuk keadaannya.

Seandainya waktu dapat diputar ulang kembali, Aldo ingin sekali untuk memperbaiki keadaannya. Ia ingin memeluk Yuki dengan erat dan kuat, mengusap-ngusap kepala belakangnya dengan lembut. Kemudian berbisik....

"Nggak apa-apa Popo..... Semuanya pasti baik-baik saja...."

Dan sungguh, betapa bodohnya dia. Ketika kenyataan bahwa Yuki berakhir seperti ini.
Berakhir begitu menyedihkan.
Berakhir dirumah sakit.

Ya...

Aldo menelepon ambulance setelah mengadu pada polisi. Tidak lama, suara sirine yang dikenal berhenti didepan jalan.

"Dokter.... Tolong pasien ini..."
Salah satu wanita serba pakaian putih berlari menghampiri lelaki berjas putih.

"Saya akan memeriksa pasien dikamar 32. " Kata Dokter yang terus melangkah menjauh tanpa melirik.

Aldo berlari menghampiri Dokter dengan isakan yang setia bersuara samar. Tangannya memegang lengan Dokter, lalu air matanya kembali terjatuh.

"Dokter....Tolong Popo..hikss....Dia terluka parah.... Tolong.. Lihat dulu kondisinya......"
Pinta Aldo dengan suara terbata-bata.

Dokter dengan penuh perhatian menatap Aldo di bawahnya. Tangannya menepuk pelan bahu Aldo.
"Pasien di kamar 32 sudah melakukan operasi. Saya harus melihat kondisinya, sete....

"DrHans, sepertinya..... Pria ini adalah Yuki...."
Salah satu perawat mengusap-ngusap wajah Yuki yang penuh debu dan campuran air hujan dengan darah.

Sepersekian detik selanjutnya, Dokter dengan cepat meninggalkan Aldo, dan berlari menghampiri Yuki yang sedang terbaring lemah, dengan seluruh tubuhnya membiru.

"Cepat... Cepat... Bawa masuk kedalam...."

Dua perawat dan drHans masuk kedalam ruangan. Meninggalkan Aldo dengan perasaan yang tidak terlukis.

Ia merasa lega ketika Yuki langsung mendapatkan penanganan dari sang dokter. Tetapi, ia juga merasa heran, ketika dokter tau siapa yang terbaring tidak berdaya adalah Yuki, ia dengan tergesa-gesa langsung memeriksanya.

Aldo melirik di celah pintu, ketika Dokter langsung memasang selang-selang diseluruh tubuhnya, juga tabung oksigen di mulutnya.
Hati Aldo pecah, remuk menjadi puing-puing yang berjatuhan.

Langkah kakinya terus membawa bolak balik didepan pintu, perasaan cemas, tidak tenang terus memaksa masuk sampai ke dasar hatinya yang paling dalam.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang