Chapter 35

6.1K 744 22
                                    

"Kamu pasti sengaja, kan, bawa si Popo bolos?"

"Hahaha. Yang ngajakin aku bolos ya si Popo sendiri."

"Sumpah, nggak percaya. Ehh hari ini, dia di undang sama pendiri universitas. Dia mau ketemu sama si Yuki secara langsung, mau ngundang makan malam. Katanya, mau ngasih penghargaan secara khusus. Kamu malah ngajakin dia nggak bener."

"Dia nggak bakalan seneng kalau di kasih penghargaan. Dia senengnya sama aku."

*

*

Telepon ditutup oleh Aldo. Rasanya, Bian sangat merusak suasana yang sangat indah ini. Aldo merasa masa bodoh dengan apa yang didapatkan Yuki, entah itu hadiah, ataupun penghargaan dari presiden sekalipun. Yang terpenting, Aldo menikmati apa yang sedang terjadi saat ini.

Ia melirik arlojinya, sudah pukul empat sore. Sedangkan istri dan sikembar, masih saja bermain dibawah pohon besar pinggir danau. Bercengkrama, saling menggonggong, saling menjilat, bahkan ketika Yuki berbaring tertidur di bawah pohon, si kembar dengan saling mendahului membawa apa yang mereka temukan untuk diperlihatkan kepadanya.

Yuki terlihat sangat menyukainya,

Aldo mendekat ke arah Yuki dan si kembar masih mengejar sesuatu yang menarik perhatiannya.

Pandangan Yuki seakan menerobos kedalam danau.
Sangat tajam, seperti sebilah pisau.

Dan ketika Aldo duduk disampingnya, Yuki langsung menyambut Aldo dengan senyum, lesung pipi itu terlihat seperti gula. Sangat manis, seakan jantung Aldo berhenti sesaat.

"Popo capek nggak??

Yuki menggeleng.

"Kita makan dulu yuk, Papap udah beli nasi sama steak daging."

Ia masih menggelengkan kepalanya. Pandangannya sudah masuk lagi kedalam danau.

"Ini Vila?" Tanya Yuki tanpa melihat orang yang diajak bicara.

"Iya." Aldo mengangguk. Lalu kedua kakinya ikut sila disamping Yuki. "Popo tau, kata Mommy, vila ini di buat untuk Bang Gema. Ketika dia berulang tahun yang ke tiga tahunnya. Bang Gema suka banget tinggal disini, bahkan jarang sekali ia nggak ingin pulang ke rumah."

"Empat tahun kemudian lahirlah Papap. Papap juga sering datang kesini. Kalau lagi libur, lagi senggang, berkunjung kesini adalah hiburan. Tapi ketika Bang Gema jatuh dari pohon ini, mereka jadi trauma. Bang Gema hampir kehilangan nyawa. Karena yang pertama menghantam tanah adalah kepalanya. Ia sampai harus dibawa ke Singapura buat operasi. Sejak saat itu, Bang Gema belum pernah kesini lagi, bahkan Mommy Appa juga."

Yuki diam seribu bahasa, mata bundarnya terus menatap kedepan. Namun telinganya ia tajamkan. Yuki mendengar baik apa yang barusan Aldo katakan. Tapi fikiran dan mulutnya tidak tahu harus berbuat apa.

Yang jelas, kehidupannya sungguh jauh berbeda. Mungkin, Yuki sedikit membenci dirinya, membenci takdir kepadanya.

Kapan Yuki dikhawatirkan oleh orang-orang terdekatnya?

"Uah sangat sore. Kita makan dulu, terus kita pulang."

Aldo berdiri, ia mengulurkan tangannya kehadapan Yuki.

"Ayo Popo."

Yuki melihat Aldo, tersenyum yakin. Sampai beberapa bunga-bunga bermekaran disekelilingnya.

Bukankah Aldo seperti pahlawan baru bagi Yuki?

Pahlawan pengganti lelaki paruh baya yang baik padanya.

Tatapan serius dan tegas milik Aldo, menusuk kedalam pupil bulat cokelat milik Yuki.

Dan Yuki meraih tangan besar itu. Menggenggam dengan erat. Kemudian, ia berdiri lantang disampingnya. Seolah ketakutan, kecemburuan, luka-luka hilang diterpa angin yang melintas.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang