Chapter 19

7.4K 863 16
                                    

"Sanji... Makanlah, Kakek membawa banyak makanan untukmu."

Sikecil yang sudah melemas tak berdaya berbinar dengan cepat. Ia bangun tergesa-gesa dari tidurnya ditanah. Ia melahap nasi dengan semangat, sampai matanya berkaca-kaca, merasa ini adalah pembangkit semangatnya untuk melanjutkan siksaan yang akan menimpa dirinya.

"Kenapa kepalamu terus mengeluarkan darah?"

Ia tidak menghentikan makannya, tangisnya justru terus membanjiri makanan didepannya akibat pertanyaan sang Kakek, ia terus melahap tanpa mengunyah, dan menelan begitu saja. Sampai mulutnya tersedak akibat makan sembari tangisan.

Tiba-tiba sang Kakek berjalan keluar, mengepalkan tangannya, meninggalkan si kecil dengan luka yang kembali terbuka, sikecil hanya terus makan, menghiraukan kepergian lelaki setengah baya didepannya.

"Anna!! Kamu apakan lagi anakmu itu? Sudah cukup membuatnya menderita dari dia bayi sampai sekarang!! Anak itu tidak salah!! Dia tidak tahu apa-apa tentang kehidupanmu yang dulu!!"

"Yah, aku tidak akan berhenti menyiksa dia sebelum dia mati ditanganku sendiri!! Hahaha apa katamu? Dia tidak bersalah? Lalu yang akan bertanggung jawab siapa selain anak bajingan itu!?"

Plak!

Lelaki setengah baya menampar wanita cantik dengan pakaian yang lusuh. Siwanita menangis, meraung-raung, mencengkram rambutnya dengan kuat.

Lalu, sikecil yang melihat dari awal menangis, melihat wanita cantik ditampar dengan keras oleh lelaki setengah baya, yang menurutnya amat baik itu.

Ia berjalan mendekatkan diri kepadanya, mencoba menghentikan amukan, dan cengkraman rambutnya.

Sebelum tangan mungilnya sampai menyentuh tubuh Ibunya, si kecil didorong dengan keras, sampai kepalanya kembali membentur sudut meja yang terbuat dari kaca, melebar lukanya hingga daging putih mencuat bersamaan dengan darah kental yang mengalir. Sikecil tidak menangis, ia hanya tersenyum tulus melihat kearah Ibunya yang tertawa akibat tindakannya.

"Anak kurang ajar!! Plaakk."
Sekali lagi lelaki setengah baya menampar wajah bahagia wanita cantik, menggendong sikecil pergi kerumah sakit.

Diperjalanan menggunakan kendaraan umum, baru'lah si kecil menangis dengan kencang sambil memegang kepalanya yang berdarah, teriakan tangisan mewakili rasa sakit yang dideritanya. Sampai semua orang yang melihat dan mendengarnya ikut meneteskan airmata...

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yuki dikelilingi banyak orang-orang yang bertepuk tangan. Tertawa, bercanda, saling mengobrol dengan gelas-gelas ditangannya. Ini jelas sekali pemandangan yang mengerikan baginya.

Ia mencoba melepaskan genggaman tangan Aldo dengan memutar-memutar pergelangan tangannya sendiri. Sampai Aldo menatap Yuki.

"Ada apa?" Tanya Aldo ketika merasakan tangan seseorang yang ia pegang mencoba lepas.

"Aku ingin pulang." Jawab Yuki dengan kepala tertunduk kebawah sedari tadi.

"Nanti aku antar kamu pulang. Jangan sekarang, ya. Masa aku nggak ada. Nanti kalau Mommy manggil, aku nggak ada, kan repot." Aldo tersenyum.

"Pulang sendiri." Usul Yuki melepas paksa tangannya.

Tangan Aldo menggenggam kembali tangan Yuki. Ia tahu, kalau Yuki pasti akan berlari dan pergi.

"Jangan, kamu jangan pulang sendiri. Jaraknya jauh. Setelah potong kue, kita pulang. Sebentar lagi, aku janji, tunggu sebentar lagi."

Yuki hanya mendengus kesal, ia sekarang menyesal ikut dalam lautan manusia yang sedang bahagia seperti ini.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang