Chapter 12

8K 879 8
                                    

Aldo tidak tau apa yang selama ini terjadi kepada Yuki. Bagaimana ia bisa tinggal didekat para preman yang memeras hidupnya? Mengapa ia tidak pernah berontak sekalipun?

Aldo sendiri tidak tahu apa yang telah mengetuk hatinya, ia gelisah memikirkan Yuki. Bukan karena permainannya. Tetapi, melihat Yuki dengan keadaan yang seperti ini membuatnya merasakan perasaan asing masuk kedalam hatinya.

Simpati mungkin? Aldo tidak tau.

Saat ini, Aldo bingung harus berbuat apa, jelas sekali Yuki menyelamatkannya dari batu si preman. Lalu, mengapa sekarang ia berjalan untuk pulang? Aldo tidak tahu. Yang jelas ia ingin memberikan ruang untuk Yuki dengan kesendiriannya. Karena memang Yuku terlihat sangat menyukainya.

Keesokan harinya, Aldo kembali menjemput Yuki sebelum pergi sekolah. Ia ingin memastikan bahwa Yuki tidak apa-apa kemarin, karena luka yang ia dapat cukup serius.

Setelah sampai di gang, masih banyak preman-preman yang tertidur disana. Aldo sedikit bergidik, ia hampir putar balik karena masih takut. Namun, sesuatu yang mendorongnya untuk bertemu Yuki pagi ini sangat kuat.

Aldo tidak mengetuk pintu, ia hanya berdiri, mematung didepan pintu, dengan nafas yang berusaha ia sembunyikan karena takut membangunkan preman-preman disebelahnya.

Tidak lama, seseorang membuka pintu dari dalam, Yuki keluar dengan hoodie dan topinya, keningnya masih sembab. Warna biru akibat pembekuan darah terlihat disekitar yang terluka.

Terlihat mata Yuki membola dengan sempurna melihat Aldo berdiri didepannya. Yuki berjalan melewatinya, tanpa berbicara sepatah katapun. Sesudah mengendap-ngendap keluar dari kerumanan preman yang tertidur, Yuki langsung mengambil langkah besar. Sementara Aldo juga menyesuaikan langkahnya beririangan dengan Yuki.

"Lusa, wedding anniversary orang tuaku." Aldo memulai "Mommy aku dengan sendirinya undang kamu datang." Entah mengapa, Aldo sedikit canggung pagi ini.

Sambil berjalan cepat, Yuki hanya melirik sekilas.

"Please, Ki, dateng ya?" Pinta Aldo serius.

"Aku nggak kenal sama kamu."

Aldo berjalan tepat didepan Yuki, badannya menghadap Yuki. "Nah, jadi kita harus makin deket, supaya kamu kenal"

"Aku nggak butuh siapapun." Yuki menjawab ketus.

Refleks, kedua tangan Aldo memegang bahu Yuki, menghentikan jalan mereka berdua, lalu netra Aldo menatap matanya yang berwarna cokelat.

"Aku yang butuh kamu."

Setelah mendengar ini, Yuki langsung mendorong Aldo dengan keras.

Sangat jelas, Yuki tidak ingin ada siapapun, Yuki tidak butuh siapapun. Meskipun ia benci dengan kehidupannya. Namun, ia juga benci semua orang. Ya. Semua orang

Termasuk Aldo!!

Mereka berjalan dalam diam, tanpa berbicara sepatah katapun. Bahkan Aldo bisa mendengar nafas Yuki yang terengah-engah. Bagaimana dia bisa sampai seperti ini? Sesudah sekolah ia harus berangkat bekerja sangat jauh, juga menyapu jalanan. Setelah pulang ia langsung bekerja juga di pasar. Entahlah, Aldo merasakan sakit di jantungnya.

Yuki ternyata menyimpan sejuta rahasia yang menyakitkan dihidupnya.

Setelah sampai, Yuki langsung masuk kedalam kelasnya, menghiraukan Aldo yang dari tadi menemaninya.

Aldo juga masuk kedalam kelas, tidak lupa, kaki Aldo sengaja menyenggol temannya yang sedang bernyanyi. Lalu duduk di kursinya yang berada di belakang.

Setelah melamun beberapa detik, tiba-tiba, Aldo mendapatkan tepukan si bahunya.
"Do, gimana hubungan kamu sama Yuki?"
Pertanyaan Bian mengejutkan Aldo.

Aldo bersandar pada tahanan kursi, kedua tangannya terlipat. "Sulit, sih, deketin dia." Aldo berkata jujur.

Bian menghembuskan nafasnya kasar "Sudah ku duga." Jawabnya "Gimana, apa mau diganti sama yang lain?"

Aldo mengusap-ngusap dagunya seolah berpikir dengan keras. Sebenarnya ia mau mengganti Yuki. Tapi kalau diganti, tidak ada alasan lain untuk mendekatinya. Karena memang Aldo tidak melihat Yuki sebagai permainan taruhan mereka. Ini seperti..

Seperti murni atas kemauan Aldo sendiri.

Aldo tidak tau, ternyata Yuki memiliki daya tarik yang kuat. Sehingga ia tidak ingin menggantikannya dengan yang lain.

"Aku nggak akan nyerah buat deketin dia." Seharusnya kata-kata ini ia simpan didalam hati. Tapi entah mengapa, tiba-tiba keluar begitu saja.

"Oke, oke. Asal diperlama masa pacarannya." Jawab Bian dengan nada serius. "Sampe sekarang aku belum liat kamu ngobrol sama dia. Kan nggak adil, aku aja sehari nggak ngobrol sama Anton kamu tambah dua hari." Protes Bian.

"Nggak masalah." Jawab Aldo dengan senyum tipis.

Ia bingung, apa yang membuatnya tersenyum? Bukankah malah akan semakin lama?

Ahh. Entahlah...

Aldo sendiri tidak tahu.

Yang terpenting, Aldo ingin menjadi teman baik Yuki, berdekatan dengannya. Atau bahkan, Aldo ingin menjaga Yuki dari semua orang yang menyakitinya. Aldo ingin memperlihatkan kepada Yuki, bahwa dunia sangat menarik dan indah.

Apalagi bisa berbaur dengan oranglain, tidak dengan semua kesendiriannya, tidak dengan semua kegelapannya.

Aldo harus membuat Yuki percaya, bahwa 'Indah pada waktunya' memang ada..

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang