2. Sanji Kacil

4.2K 477 23
                                    

Setiap hari begitu menyenangkan...

Setiap hari begitu membahagiakan...

Hanya karena bisa membantu Kakek di ladang, dan di sawah...

Peluh keringat terjun dengan indah ke bawah. Sanji semakin besar. Namun, pakaian baru tidak ada. Ia hanya bisa memakai pakaian Kakeknya yang hampir menutupi kaki.

Saat satu kakinya terjun ke dalam lumpur, Sanji kegirangan. Ia mulai menancapkan padi kedalam kotak-kotak sawah, perlahan-lahan kakinya mundur kebelakang, ketika sudah selesai.

Terik matahari tentu tidak menjadi penghambatnya. Panas terik ini, justru membuat ia sangat bersemangat, karena saat cuaca bagus, Sanji akan diajak berkeliling untuk melihat-lihat lagi kendaraan yang berlalu lalang.

Ya...

Seperti sore ini, Sanji dengan cerianya terus menarik-narik lengan si Kakek yang masih duduk berselonjor dipinggir-pinggir sawah...

"Aiyaa Sanji... Kenapa sangat bersemangat sekali!?" Tanya Kakek.

"Hari ini, hari Minggu, pasti banyak sekali orang-orang yang berpergian." Seru sikecil.

"Apakah kamu ingin melihat Kereta!?"

Sanji langsung tersenyum, dan mengangguk-ngangguk.

Setelah melihat tingkah Sanji yang menggemaskan, ia mengusap keringat dari dahi yang mulai keriput. Wajah kasar dan tegasnya kini terlihat begitu menyedihkan, dengan semua beban yang merambat tidak pernah berhenti. Keriput-keriput banyak sekali, seolah semua hitam dan putih di dunia ini tergambar jelas di wajahnya yang sudah menua.

Kakek adalah lelaki hebat juga pahlawan bagi Sanji.

Dia adalah orang pertama yang Sanji lihat.

Adalah orang pertama yang tidak pernah membentak apalagi memukul Sanji..

Adalah orang pertama yang menyelematkannya dari neraka yang dinamakan rumah.

Dan Kakek, adalah orang satu-satunya yang mengkhawatirkan, yang membela, yang berani menampar Neneknya dan juga wanita cantik. Ketika mereka menyiksa Sanji.

Kakek dengan beraninya membawa Sanji, dan meninggalkan dua monster yang mengerikan.

Kakek...
Adalah pahlawan yang terhebat....

Sanji dapat mengerti dan dapat merasakan semua yang Kakek rasakan, karena setengah tubuh Sanji, melekat kuat didiri sang Kakek.

Ia berjongkok, menatap Kakeknya.

"Apa........ Kakek lelah!?" Tanya Sanji khawatir.

Si Kakek dengan tergesa-gesa langsung berdiri, meskipun kepalanya tidak berhenti berdenyut.

"Tidak... Kakek nggak apa-apa.. Ayo, kita lihat Kereta."

"Tapi.... Kakek terlihat sangat kelelahan."

"Sedikit lelah Sanji... Setelah melihat Kereta, Kakek bisa langsung istirahat, dan bugar kembali esoknya."

Merasa hatinya tenang. Sanji kembali tersenyum sumringah. Mereka mulai berjalan bersama, tangan mungilnya menggenggam kuat telunjuk Kakek.
Tatapan Sanji terus menengadah ke atas, melihat-lihat Kakek dengan dua lesung pipi yang mengembang...

Dan si Kakek membalas senyum sumringah yang di bawahnya....

Setelah tiga puluh menit berjalan, Sanji melepaskan genggaman sang Kakek, lalu dia berlari masuk kedalam kerumunan orang-orang..

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang