Chapter 34

6.3K 705 20
                                    

Apa yang membuatmu merasa nyaman dengan orang yang kamu cintai?

Duduk berdua seperti ini?

Menikmati pemandangan di bahu jalan seperti ini?

Terus bersenda gurau dengannya?

Sekali-kali bertatap muka, kemudian tertawa bersama?

Apa.... Cintamu yang berbalas??

Semuanya.......

Tentu saja... Semuanya...

Bahkan, Aldo juga ingin menghentikan waktu.
Menghentikan dunia.
Agar bisa selamanya dalam suasana seperti ini.

Lihat saja, Yuki terus mengoceh tentang apa yang si kembar lakukan. Mulut mungilnya terus mengemut permen loli yang sengaja Aldo beli di swalayan dengan makanan ringan.

Permen loli bermain dimulutnya. Kesana kemari, memperlihatkan tonjolan khas dari pipinya.

Bagaimana pemandangan ini tidak indah?

Meskipun Aldo tahu, alasan Yuki tertawa bukanlah dirinya. Melainkan tingkah menggemaskannya si kembar. Namun, tawanya yang sangat langka bisa sampai melelehkan besi sekalipun..

"Waktu...... Tunggulah beberapa saat lagi... Biarlah aku menikmati senyum ceriamu lebih lama lagi... Biarlah aku meneliti bahwa kau memang lelaki yang terkuat... Biarlah aku terpedaya dengan kelakuanmu yang langka.... Hilangkan.... Semua yang merusak hatimu.... Singkirkan ia sangat jauh.... Mari, kita bersenang-senang dengan mereka yang menyayangimu... Ya... Mereka, termasuk aku sendiri...."

**

**

**

Cuaca hari ini cerah, seperti suasana hati mereka berempat didalam mobil. Aldo memutar musik Raggae, membuat ia mengangguk-nganggukan kepalanya, telunjuknya mengetuk-ngetuk setir kemudi.

Jalanan yang Aldo lewati sangat asing menurut Yuki. Namun menurut Aldo, jalanan ini begitu akrab ketika ia masih muda. Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi, terjalan batu membuat mobil bergoyang, tanjakan yang menyerong mengerikan. Membuat Aldo menyetir dengan sangat hati-hati.

Perjalanan ini melewati banyak gunung. Bahkan jauh dari kota, kendaraan umum sudah sangat jarang, rumah-rumah warga tak begitu nampak banyak. Namun, Aldo menyetirnya dengan penuh percaya diri.

"Popo, bukain snak rumput laut yang itu, tuh." Aldo menunjuk snack didalam plastik dengan dagunya. Karena kedua tangannya sibuk memegang stir kemudi.

Yuki terus mengusap-ngusap kepala si kembar, yang sekarang si kembar sudah meringkuk nyaman di pahanya.

"Ambil sendiri." Kata Yuki tanpa menoleh.

"Kan Papapnya lagi nyetir. Bahaya loh Popo, ngalihin penglihatan."

Yuki tidak melirik Aldo.
Mata bundar bulatnya terus berkedip-kedip melihat anaknya.

"Berhenti dulu."

"Popo, perjalanan kita masih lama. Masa buang-buang waktu cuma makan rumput laut doang."

"Jangan makan."

"Tapi, Papap lapar. Popo.. Cuma bukain bungkusnya terus kasihin rumput lautnya. Mudah, kan?"

Yuki berdecak kesal. Kemudian, ia membuka snak rumput laut. Ia menggeser pantatnya, semakin dekat dengan Aldo, menggoyang-goyangkan rumput laut yang panjang di pinggir Aldo. Dan dengan manjanya Aldo melirik rumput laut itu, membuka mulutnya kemudian ia menyantap, mengunyah-ngunyah dengan lembut. Tidak lama. Sudut bibirnya menyunggingkan senyuman jahat.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang