Chapter 23

7.1K 777 4
                                    

"Pukul berapa sekarang?"

"Hampir pukul dua siang."

Siang ini semakin panas, matahari menyengat dengan sangat kejam, menimbun teriknya di bawah gubuk milik Yuki, masuk ke celah-celah genting yang sudah retak.

Akhirnya, meskipun sangat enggan, Yuki berdiri dari duduknya diatas kasur yang sudah sangat lapuk.
Namun, untuk yang pertama kalinya gubuk milik Yuki terasa sangat hangat.

Alex dan Govindo sedang mendengkur pelan di atas ranjang milik Yuki, seakan mereka tidak terganggu.
Tangan Yuki sendiri sibuk membelai tubuh Govindo yang saat ini, ia sudah memakai pakaian berwarna biru cerah, keinginan Yuki sendiri.

Sedangkan Aldo, tangannya ikut membelai Alex, namun lirikannya terus curi pandang ke arah Yuki.
Setiap kali Yuki lengah, kelopak mata Aldo langsung menusuk kedalam senyum manis milik Yuki.

Memang benar, Aldo kalah saing dengan si Govindo ini.

"Mau kemana?"
Tanya Aldo penasaran.

"Kerja."
Jawab Yuki berjalan mengendap-ngendap, takut membangunkan 'Anaknya' yang sedang tertidur lelap. Ia berjalan ke arah kamar mandi, menyibakan tirai yang menjadi penghalang antara toilet dan ruang tidur.

"Ini hari Minggu, kenapa kamu kerja?" Teriak Aldo.

Sebenarnya, ia ingin ikut masuk kedalam kamar mandi. Namun, pasti kata-kata kejam lagi yang akan Aldo terima. Dan Aldo tidak ingin merusak suasana damai yang langka seperti ini. Dimana Yuki dengan mudahnya menyunggingkan senyum manisnya, atau dimana Yuki sangat mudah didekati.

Setelah mendengar teriakan Aldo, Yuki menjadi sangat kesal. Ia bersusah payah untuk berdiri, dan mengendap-ngendap masuk kedalam toilet, agar si kembar tidak terganggu. Namun si Aldo dengan entengnya berteriak.

"Libur, dong, aku nggak tega bangunin Alex buat pulang." Kata Aldo lagi ketika ia tidak mendengar Yuki menjawab.

Yuki berjalan ke arah Aldo, dengan memasang wajah sangar, dan tatapan yang tajam.

"Kecilin suara kamu!" Ucap Yuki geram.

Aldo menatap bingung. Ia menggaruk kepala belakangnya sendiri.

"Kenapa?" Tanya Aldo setengah membisik.

Yuki menjawab pertanyaan Aldo dengan lirikannya. Ia melirik Alex yang sedang mengerang, dan Govindo yang masih mendengkur.

Aldo mengangguk mengerti.

Setelah menukar sepatu yang bagus dengan yang rusak, Yuki berdiri, berjalan ke arah pintu, lalu membuka pintu. Aldo mengikutinya dari belakang. Bagaimanapun, Yuki belum menjawab pertanyaannya.

"Hei. Aku pikir kamu akan libur dan bermain sama Govin." Tanya Aldo yang membuntutinya sampai pintu depan.

"Tunggu aku pulang." Jawab Yuki yang masih tetap berjalan keluar, tanpa menoleh kebelakang melihat Aldo.

Aldo mendengar sangat jelas, meskipun Yuki menjawabnya dengan suara yang pelan.

Senyuman, kehangatan didalam jiwa, Aldo rasakan.

Sekarang, Yuki menjadi lebih lembut lagi.

Akhirnya, Aldo masuk kedalam gubuk Yuki, duduk lagi disisi ranjang, melihat Alex dan Govindo yang masih tertidur saling merangkul.

Entah mengapa, Aldo mulai menikmati hukuman yang diberikan Bian. Ia merasa bahwa kehidupan Yuki semakin menarik, semakin penasaran untuk menemukan sesuatu yang Aldo tidak ketahui.

Mungkin, untuk kedepannya, Aldo berharap tim bola kesayangannya akan kalah lagi, lagi, dan lagi.

Aldo tiba-tiba saja ingin masuk kedalam cerita kehidupan Yuki yang sebelumnya.
Yuki tidak pernah bercerita apapun kepada semua orang, ia terlalu tertutup. Bahkan, semua guru yang mengajar Yuki, hanya mengetahui bahwa Yuki adalah siswa yang cerdas. Selebihnya rahasia.

Aldo pun begitu. Ia hanya tahu nama panjang Yuki. 'Yuki Maldini'. Selebihnya, mungkin Yuki tidak menganggap penting.

**

Hari semakin sore, Aldo berniat untuk membeli makanan. Karena perutnya sudah demo meminta jatah.
Apalagi, si kembar Alex dan Govin sudah menggonggong.

"Anak-anakku yang baik jangan berisik, oke. Jadilah anjing pintar. Sekarang, Papap beliin dulu makanan."

Alex mengerang, kepalanya ia sundul-sundulkan ke badan Aldo, seolah ia sudah terlalu lapar. Begitupun Govin, ia menggonggong lebih keras.

Aldo tersenyum. Lalu pergi ke swalayan.

Setelah sampai, Aldo membeli banyak makanan. Beberapa susu kaleng, roti tawar, beberapa buah, cemilan, sayur-sayuran, makanan siap saji, persediaan air, beberapa puluh makanan anjing, untuk stok Govindo dirumah barunya.

Merasa sudah cukup, Aldo langsung menuju kasir, menghitung semua belanjaannya.

Sebelum selesai, Aldo melirik kalung huruf khusus anjing.

"Kalung ini ada yang huruf G?"

"Ada, sebelah sana, baru saja barangnya datang." Jawab pelayan, menunjuk ke arah Timur.

Aldo berjalan lagi ke arah timur, ia bisa melihat kalung-kalung A-Z. Dari berbagai merk, dan bentuk.
Akhirnya, Aldo mengambil dua huruf A dan G.

Diperjalanan pulang, ia berjalan sambil menatap dua kalung, tersenyum senang. Aldo sendiri tidak tahu, apa yang membuatnya tersenyum. Namun, seluruh tubuhnya berseri-seri.

Ketika sampai di gang, penglihatan Aldo ia tajamkan, pendengarannya siaga satu. Ia masih takut berhadapan dengan preman-preman.

Nafas lega Aldo hembuskan, setelah tahu bahwa tidak ada siapa-siapa di gang sana. Kakinya langsung berlari terburu-buru, menguncinya dari dalam.

Tangan Aldo meraba sesuatu. Ternyata, gantungan kunci milik rumah Yuki terdapat gantungan anjing kecil, lucu, berwarna cokelat mengkilap, sama seperti rambut dan matanya. Sama juga seperti warna tubuh Govindo.

Aldo sekali lagi tersenyum.

Si kembar menggonggong melihat Aldo yang terengah-engah.

"Its oke boy, Papap abis olahraga." Kata Aldo sambil membelai Alex dan Govin.

Setelah si kembar tenang, Aldo berjalan lagi ke arah teko untuk melihat ada sesuatu yang bisa digunakan menampung makanan milik anjing-anjingnya.

Si kembar ikut mengekori Aldo di belakang.

Tidak ada apa-apa, kecuali teko dan satu gelas.

Lalu kakinya melangkah lagi masuk kedalam toilet, disana juga tidak ada apa-apa, hanya ada detergen, dan pewangi.

Piring??

Baskom??

Sendok??

Garpu??

Mangkuk??

Tidak ada??

Aldo terus memutari istana kecil milik Yuki, namun benar-benar tidak ada apa-apa.

Apa selama ini Yuki selalu makan diluar??

Apa dia makan hanya dari nasi kotak saja??

Pikiran sejuta pertanyaan Aldo terus bersarang. Ia mempertanyakan cara Yuki bertahan hidup selama ini.

Gog gog gogg

Alex menggonggong, sepertinya Papapnya lupa akan memberikan makanan untuknya.

Aldo berhenti dari interogasinya. Ia membuka bungkus makanan, lalu memberinya langsung kepada si kembar.

Aldo juga makan beberapa roti tawar, meskipun pikirannya melayang tidak karuan.

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang