Chapter 6

9K 977 41
                                    

Yuki benar-benar benci dengan seseorang yang mencoba untuk mendekatinya, ia tidak pernah membuka hati kepada orang lain.

Sejak dulu, Yuki tidak percaya pada manusia kecuali William. Setelah orang hebat pergi meninggalkan Yuki sendirian, Yuki benci dengan alam semesta. Apalagi makhluk-makhluk didalamnya teramat bejad.

Yuki tidak ingin orang lain tau tentangnya.

Yuki tidak ingin orang lain tau tentang hidupnya.

Ia tidak ingin orang lain mengetahui semua rahasia yang telah ia simpan beberapa tahun ini.

Yang jelas, Yuki benci dirinya.

Benci hidupnya.

Benci rambutnya.

Benci tubuhnya.

Alasan ia terus bertahan hidup juga masih dipertanyakan oleh dirinya sendiri. Ia tidak tahu, mengapa ia hidup sampai saat ini. Atau mengapa ia dilahirkan kalau ia hanya merasakan penderitaan?

Yuki tidak tahu..

Ia pernah meminum racun, pemberian dari preman dekat gubugnya, ia sudah minum. Namun, entah mengapa ia hanya tertidur selama dua hari. Setelahnya bangun kembali, hanya merasakan nyeri di dalam perut. Mengapa Tuhan melarangnya untuk mati? Lalu menyiksanya dengan kehidupaan ini?

Yuki juga tidak tahu...

Hari ini, Aldo terus saja mengganggunya, membuat dirinya risih.

Ia harus menjauh, menjauhinya. Yuki tidak mungkin berteman. Yuki tidak butuh siapapun. Ia benci semua orang.

Nafasnya terengah-engah, tangan kanannya mengusap keringat dari kening yang siap terjun. Yuki harus menghemat tenaga untuk berjalan lagi ke tempat kerja, lalu harus menyapu jalanan. Ia tidak boleh lelah disini.

Persetan dengan Aldo!!

Setelah sampai di gang, pupil cokelatnya melihat preman-preman bermain judi di samping tempat sampah. Mulutnya meminum alkohol. Bahkan bang Jeck ikut turun tangan, dia preman yang paling ditakuti preman lainnya. Dan yang paling Yuki takuti juga.

Yuki berjalan menunduk, berusaha melewati kerumunan preman. Namun, hoodienya diseret dengan kuat, membuat Yuki terpental ke arahnya. Bang Jeck berdiri, mencekik leher Yuki sambil melotot garang. Bang Jeck melepaskan kupluk dan melemparkan topinya kedalam tong sampah.

"Heh! Mana uangmu!?" Teriak bang Jeck tepat ditelinga Yuki. Urat-urat tangannya membentuk, membuat Yuki ketakutan.

Yuki tidak menjawab, ia hanya merasa susah untuk bernafas, dan menahan nyeri dijakunnya. Sampai ia mengeluarkan air mata, akibat terlalu kuat cengkramannya.

"Jawab brengsek! Aku butuh uang sekarang!!"

Kini, tubuh kurusnya melayang, kakinya tidak sampai menyentuh tanah. Yuki meronta-ronta, kedua kakinya mencoba untuk menyentuh tanah. Namun tubuhnya semakin tinggi.

Bang Jeck marah, membanting Yuki kedalam tempat sampah, genangan air mengotori hoodienya. Yuki langsung merangkak dengan kesusahan. Setelah sampai, tangannya mengambil topi dan ia pakai kan di kepalanya.

Saat akan berusaha berdiri, satu preman tanpa baju mendekati Yuki dengan senyum sinis. Kemudian Yuki ditendang perutnya, sampai terjatuh lagi ketempat sampah. Yuki mulai meringkuk, memeluk kedua kakinya yang masih ditendang-tendang keras oleh preman lain.

Tentu saja, Yuki kesakitan. Tetapi ia menahan semua rasa sakit. Disudut lain Yuki juga sangat menikmatinya.
Semoga saja, dengan semua tendangan yang di lakukan preman membuatnya mati perlahan. Membuatnya terbebas dari beban hidupnya.

Terus lakukan! Jangan berhenti! Buat aku pergi dari dunia ini.. Batin Yuki mencabik

Teriakan ini selalu ia keluarkan. Karena memang ia menyukainya.

Yuki sangat menikmatinya.

Tiba-tiba sebuah sirine polisi terdengar, semua preman berlari ketakutan, bang Jeck juga berlari. Namun sebelum berlari, kakinya menginjak Yuki dengan kuat, sampai Yuki mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Yuki, Yuki. Kamu nggak apa-apa?" Tubuh Yuki merasakan ada seseorang yang mengguncangnya dengan pelan. Perlahan, Yuki membuka mata, ternyata Aldo. Semakin benci saja ia padanya. Untuk apa Aldo datang? Bahkan sebentar lagi, malaikat pencabut nyawa akan datang kepadanya.

Brengsek!

Yuki berdiri, membenarkan topinya, dan memakai kupluk hoodie. Ia berjalan tertatih-tatih, melewati Aldo yang sudah merusak semuanya.

Yuki terus berjalan, menulikan pendengarannya karena Aldo terus saja bertanya.

Ia membuka pintu dengan kunci, dan masuk kedalam gubug. Saat akan menutup pintu, dorongan dari luar mengakibatkan terbuka kembali pintunya. Aldo mencoba masuk. Karena tubuh Yuki sedang sakit tenaganya tidak bisa menahan Aldo. Dan Aldo pun masuk!

Dia yang pertama kali masuk kedalam gubugnya. Selain William. Dan Yuki semakin benci.

"Kamu tinggal disini!?"

Aldo diam diambang pintu, netra hitamnya membulat sempurna. Ini bukan sebuah rumah, ini seperti sebuah kandang sapi. Kalau Aldo menyentuh dinding yang terbuat dari kayu itu, pasti sudah hancur.

Yuki langsung mengambil air dan menuangkannya kedalam gelas, lalu meneguknya sampai habis. Sesudah itu, Yuki pergi ke kamar mandi, membuka pakaiannya yang terkena kotoran, akibat sampah. Saat sedang menggosok, tiba-tiba tirainya terbuka. Aldo sedang melihat Yuki bertelanjang dada. Dengan cepat Yuki mendorong Aldo keluar, ia segera memakai hoodie yang lain dan tangannya membenamkan topi semakin bawah.

"Apa yang kamu lakukan? Keluar!" Usir Yuki marah.

Aldo yang terjatuh langsung berdiri, ia menatap tidak mengerti kepada Yuki.

"Aku hanya ingin lihat kamu." Aldo menjawab halus.

Tidak ada jawaban, Yuki hanya langsung membilas bajunya, dan langsung menjemur di belakang rumah. Setelah selesai, ia langsung pergi, Aldo mengekorinya dari belakang, ia langsung mengunci pintu.

Yuki langsung berjalan cepat, dan Aldo langsung berlari disampingnya

"Hei. Kamu mau kemana!?"

"Aku ikut."

"Yuki, kamu tinggal sendirian!?"

"Jika kamu di pukulin preman lagi. Ambil ringtone sirine polisi ini. Kamu pasti selamat."

Masih tidak ada jawaban darinya. Yuki hanya terus menekan topi semakin bawah. Sampai mata bundar yang indah itu tidak terlihat.

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang