"............. Kenapa..... Kakek berbohong!?"
"Kakek tidak berbohong Sanji....... Jika Sanji sudah besar, nanti Sanji pasti akan mengerti..... Jangan, jangan menangis seperti itu, Kakek tidak bisa melihat Sanji terurai air mata.... Kemarilah, jangan menjauhi Kakek....."
"Sanjii..... Kamu mau kemana Nak!? Sanjiiii....... Jangan berlari lagi...... Hei tunggu Kakek......."
Jelas, terlihat begitu jelas. Dimana keceriaannya langsung berganti dengan kesedihan. Ketika pupilnya yang cokelat berkaca-kaca penuh kekecawaan yang mendalam. Membuat sang Kakek akhirnya menyesal telah memberitahukannya, menyesal telah berkata jujur padanya.
Sanji kecil berlari dengan satu kakinya yang pincang, dan Kakek langsung berlari mengejarnya, meskipun sudah sangat letih.
Kakek bisa tahu, si kecil yang sedang berlari pastilah sudah menangis sampai ia terisak. Padahal, hari ini, ia begitu bersemangat. Dengan sangat cepatnya, semangat itu pudar hanya dengan satu kata saja, ketika menyebutkan nama Ibundanya.
Akhirnya, Sanji yang sedang terluka duduk diam di pinggir sawah, kakinya yang pincang ia biarkan berselonjor, dan satu kakinya ia tekuk, kedua tangannya menekan di lutut, kamudian kepalanya ia benamkan. Terlihat, bahunya sedikit bergoncang-goncang, akibat isakan.
Sanji menengadahkan wajahnya melihat siapa yang menepuk pundak. Lalu, sebuah senyuman yang sangat ia kenal terlukis indah di wajah tegas namun kendur itu.
Dan kini, Kakek, sudah duduk didekatnya dengan senja yang menjadi penengah diantara mereka.
"Sanji marah pada Kakek hem!?"
"Ti....Tidak.. Sanji tidak marah kepada Kakek..... Sanji...... Sanji...... Hanya tidak suka kalau Kakek berbohong......" Suaranya sangat dalam. Bahkan, setiap kalimatnya terpatah-patah.
"Nggak apa-apa sayang...... Ini pertama kalinya Sanji marah pada Kakek...... Bagaimana kalau kita pulang..... Dan Sanji coba tanya dulu kepada Ibu Anna?."
"Tidak...... Sanji takut Kek..... Ibu Anna selalu marah...... Mungkin, Kakek salah..... Mungkin saja.....Ibu Sanji bukan Ibu Anna.... Kata Kakek, Ibu itu baik, menyayangi anaknya. Tapi, mengapa Ibu Sanji tidak benar!?
Sanji semakin tidak mengerti....."Ya... Ini adalah pertama kalinya, Sanji menunjukan kekecewaan, memperlihatkan bahwa ia memiliki ekspresi sedih diwajahnya, selain selalu menangis menahan luka.
Ini adalah pertama kalinya si kecil Sanji menunduk ketidakpercayaan, berharap besar bahwa apa yang ia percayakan memang benar.Namun, pada akhirnya, ia juga mengangguk, ketika sang Kakek menunjukan ciri-ciri kemiripan yang ada didalam tubuh Sanji, sekaligus darimana ia punya otak sebagus itu kecuali dari Ibundanya.
Sanji hanya bisa pasrah......
Menerima kenyataan, bahwa mungkin memang benar, Ibundanya adalah Anna.
Adalah Ibu yang paling berbeda dengan ibu orang lain.
Adalah Ibu yang berbeda dari Ibu yang baik. Yang selalu membelikan anaknya pakaian, es cream, mobil-mobilan.
Adalah ibu yang paling membenci dirinya sendiri..Dan mulai pada usia tujuh tahun inilah.
Sanji berani memanggil Anna dengan sebutan "Ibu".Yang justru, Anna mendengarnya sangat jijik dan risih.
Setiap kali Sanji memanggil Ibu.
Setiap itu pula, Sanji dipukul.Setahun kemudian, Sanji kecil berangkat ke sawah seorang diri. Kakek harus ke apotik membeli obat luka bakar untuk Anna, ia sengaja menumpahkan air panas ke salah satu kakinya, menyebabkan kakinya luka hingga terkelupas dan sulit untuk berjalan.
Panas matahari, menyengat sampai ke sendi-sendi, tubuh yang sudah bermandikan keringat silih berjatuhan terjun kebawah.
Sudah sangat siang, Sanji menebak-nebak pukul berapa sekarang. Mungkin, Kakeknya akan absen hari ini.
Saat sedang mencuci kakinya untuk bersih-bersih, dan siap pulang. Ya... Semenjak kejadian kereta itu, Sanji terlalu malas dan enggan pergi jalan-jalan. Ia bakal langsung pulang dan memijit kedua kaki Kakeknya.
"Sanji~"
Sanji menoleh kebelakang, sang Kakek sedang tersenyum sumringah.
"Kakek sudah pulang? Bagaimana luka Ibu!?"
"Sudah. Maaf ya, Sanji harus bekerja sendiri. Kakek bawa oleh-oleh buat Sanji."
"Waahh. Benarkah? Apa Kek!?"
Kedua tangan Kakek yang sedari awal bersembunyi dibelakang, kini ia lihatkan kehadapan si kecil, dengan senyum yang sangat ceria Sanji langsung memeluk pinggang Kakek dengan kuat dan eraat.
"Kakeek.... Ini,,,,ini,,,,,, Pakaian untuk Sanji?? Es cream untuk Sanji juga?....... Sepatu...... Sepatu bagus ini untuk Sanji bukan???....... Kakek, mengapa kamu membelikan ini, pasti mahal ya!?"
"Iya.. Semuanya untuk Sanji. Setelah kita pulang, Sanji coba ya? Ini es creamnya, rasa cokelat." Senyum si Kakek menggambarkan bahwa ia senang ketika melihat mata bundar itu berbinar.
Mereka berdua duduk di pinggir sawah, sambil menjilat es cream masing-masing.
Sanji menyandarkan tubuhnya dipunggung si Kakek.
Pikirannya melayang, akan setampan apa ia ketika memakai baju baru berwarna biru cerah kesukaannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month [END]
ActionM-A-T-I Satu kata yang indah bagi pria aneh bertopi ini...... Ini di tulis dari tahun 2018 dan tidak pernah di REVISI jalan ceritanya. Jadi kalau ada jalan cerita yang ngawur atau sesuatu yang KALIAN TIDAK INGINKAN, harap MAKLUMI!! Jangan membuat sa...