Chapter 11

8K 879 13
                                    

"Aku harus membunuhmu. Aku harus menghukummu!" Suara berat dari seorang wanita yang berpakaian compang camping terus mencekik lelaki kecil berusia delapan tahun.
Ia terus menampar wajah anak kecil yang kini sudah tersedu-sedu mencoba untuk memeluk Ibunya, mencoba untuk menenangkan Ibunya.

Apa yang membuat Ibunya selalu menamparnya? Apa yang selalu membuat Ibunya mencekiknya? Bahkan ia berusaha untuk menggorok leher anak kecil itu.

"Ibu... Jangan menangis lagi Ibu.. Ini aku Sanji, anak Ibu." Si kecil mencoba untuk menghapus airmatanya dengan tangan mungilnya. Namun, sebuah cengkraman dirambut ia rasakan dengan kuat. Si kecil menangis semakin kencang, karena sakit. Dan perutnya ditendang dengan kaki yang besar.

"Aku nggak punya anak sepertimu!! Pergi!! Pergi ke neraka!!"

_________________________________________________

Yuki terbangun dari mimpi buruk, seluruh tubuhnya diselimuti dengan keringat. Tidak berapa lama, Yuki berjalan tertatih-tatih, karena ia pingsan di lantai, mencoba menggapai dapur dari jangkauannya dengan bersusah payah.
Yuki menuangkan air kedalam gelas. Namun, tidak ada air yang keluar, ia mengambil belanjaan di dapur dan membukanya, ternyata Yuki lupa untuk membeli air.

Akhirnya ia duduk sila, di dekat dapur. Mencoba tenang tanpa tegukan air.

Yuki mulai memeluk lagi kedua kakinya, membenamkan seluruh wajahnya diantara kedua kaki. Ternyata, mimpi itu datang lagi, mimpi yang selalu Yuki benci datang lagi. Mengapa harus datang setelah ia mencoba untuk melupakannya? Mengapa harus kembali? Mengapa harus teringat dengan luka lama? Kini, semua luka yang berusaha tertutup kembali menganga. Bersarang di hatinya yang hitam tanpa warna.

Entahlah, Yuki begitu benci dirinya..
Tidak ada yang menginginkan dirinya. Tidak ada yang bahagia dirinya datang kedunia ini.

Semoga saja, bang Jeck datang dengan bensin di tangan, membakar gubug deritanya, bersamaan dengan Yuki didalamnya.

Kali ini, ia tidak akan melawan jika Bang Jeck memukulnya, ia akan menikmati tendangan demi tendangan, siksaan demi siksaan.

Dan berakhir di kuburan..

Yuki menengadahkan wajahnya melihat langit-langit yang sudah menghitam, sepertinya ini sudah sangat larut malam. Ia pingsan sangat lama.

Tidak sengaja, pupil Yuki melirik kantong belanjaan yang tadi pagi dibawa oleh Aldo. Ia mulai berjalan lagi, dan duduk diatas kasur, melihat-lihat isi yang ada didalamnya. Ada banyak sekali makanan yang mahal-mahal, beberapa susu, beberapa botol minuman, ada juga apel dan anggur di bagian kantong belanjaan yang berbeda.

Yuki membuka susu rasa stroberi, meneguknya sampai habis, membuka roti dan melahapnya. Ternyata, makanan orang kaya memang enak.

Ia merasakan sakit di belakang kepalanya, tangannya mulai meraba. Kini darah sudah mengering, ia membuka topi dan hoodienya. Bertelanjang dada.

Yuki teringat kembali dengan perkataan Aldo. Pria itu sudah tau kepalanya yang membotak di bagian belakang. Jelas sekali Yuki semakin benci kepadanya, Aldo harus menjauh, menjauhinya.

Ia tidak boleh berteman dengan siapapun. Yuki tidak percaya dengan orang lain selain William. Yuki tidak akan memasukan orang lain kedalam cerita hidupnya.

Tidak akan!!

Yuki mencoba berdiri, berjalan sambil satu tangannya berpegangan pada tembok yang terbuat dari kayu, menuju halaman belakang, melihat topi dan hoodienya.

Ahh, ternyata sudah kering. Yuki bisa kembali sekolah besok. Ia mencuci hoodie yang sudah dikenakanya karena terdapat noda darah yang banyak, dan ia putuskan untuk mencucinya.

Yuki tidak ingin kembali tidur. Ia takut, sungguh takut. Jika mimpi itu datang lagi, jika mimpi itu terus menggerogotinya semakin dalam. Akhirnya, ia putuskan untuk membuka buku kimia. Belajar sampai pagi, meskipun matanya sudah mengantuk.

Tbc.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang