Chapter 40

5.3K 681 20
                                    

Bagian luka mana yang selalu membuat Yuki menangis seperti ini?

Tentu saja, bagian luka dari dalam hati.

Luka di antara dadanya begitu sesak.

Padahal, sudah berapa kali Yuki memeriksanya. Namun, dia tidak menemukan adanya darah, ataupun luka. Tapi mengapa disana lebih sakit?
Mengapa dibagian ini begitu paling menderita?

Sewaktu ia kecil, mendapatkan luka diseluruh badannya pasti menangis. Meski sekuat apapun ia menahannya, tetap saja, air mata itu kembali deras, air mata itu kembali terjatuh dari tempatnya.

Semenjak ia dibuang.

Menangis?

Menurut Yuki adalah hal terlemahnya.

Dia sudah jarang menangis.

Sekalipun Yuki di lukai, di lempar ke jurang, dibenturkan ke dinding, bahkan ketika ia di kencingi oleh preman-preman itu, Yuki tidak pernah menangis.

Apalagi penyakit keparat ini tidak membuatnya bersedih, meskipun ia sangat kesakitan. Namun, Yuki juga tidak pernah mengeluarkan air mata, hanya untuk meratapi nasib dan takdirnya.

Lalu, mengapa ia menangis sekarang?

Ya...

Hatinya'lah yang terluka.

Yuki lemah jika hatinya yang mendapatkan luka.

Yuki lemah jika hatinya yang dianaya.

Yuki lemah, jika hatinya menderita.

Jika ia sampai menangis, maka usaplah dadanya. Sembuhkanlah luka yang sedang menganga lebar.

Namun harus kepada siapa?

Kepada siapa ia harus berteduh?

Kepada siapa ia harus bersembunyi?

Kepada siapa ia harus mengadu tentang hatinya yang sedang merintih kesakitan??

Kepada siapa??

Bahkan, ketika Yuki berlari kehadapan Aldo, justru ia yang menyiram garam di dadanya yang terluka.

Dari awal, memang Yuki ingin meminta Aldo untuk meredakan api yang dengan besar melahap semua dari dalam hatinya.

Lalu mengapa?

Aldo juga ternyata menyalahkannya.

Aldo juga memarahinya..

Apa sebenarnya salah Yuki?

Apa?

Mengapa? Setiap orang harus membencinya seperti ini??

Mengapa??

*

*

Yuki berjalan tidak beraturan, seolah ia berjalan tidak menapak tanah.
Ia terus menyusuri jalan trotoar sambil menangis, sambil menggigit bibir bawahnya. Sampai air liur bercampur dengan darah, akibat gigitan yang kuat.

Ia terus berpegang didahan pohon untuk menyesuaikan berat tubuhnya. Matanya yang sudah bengkak, memburamkan pandangannya. Ia tidak tahu sudah berapa jauh langkah kakinya membawa tubuh ini.
Yang jelas, Yuki sudah lelah, Yuki sudah tidak bisa berjalan.
Namun, kaki kecilnya terus memaksa agar ia tetap berjalan, meskipun kakinya sudah diseret.

Dan akhirnya, ia sudah sampai di jalan Scorpion, tempat ia bekerja menyapu jalan. Disana Yuki duduk dibawah pohon besar.

Kakinya terlekuk, memeluk dirinya sendiri. Kepalanya yang memakai topi ia senderkan ke pohon. Hidung kecilnya menghirup udara sangat dalam, mengeluarkannya dengan kasar.

Entah sudah berapa puluh kali, Yuki menenangkan dirinya dengan cara seperti ini.

Ia kembali berpikir..

Apa sebenarnya alasan ia dilahirkan??

Apa sebenarnya alasan ia ada didunia ini??

Yuki bahkan tidak tahu, mengapa ia bisa hidup??

Kalau hanya menerima penghinaan dari biadabnya semesta.

Yuki tidak tahu.
Mengapa wanita cantik tidak membunuhnya saja dulu??

Membiarkannya terluka perlahan-lahan seperti ini, justru sangat menyakitkan.

Yuki kembali menutup matanya.
Merasakan dingin malam hari yang berhembus melewatinya.
Merasakan ketenangan malam hari yang sepi.

Iya...

Sesepi dirinya sendiri.

**

Saat membuka matapun, satu tetes cairan bening terjun dari tempatnya ke bawah...

Dduuuaarrrr

Kilatan petir menyambar di langit-langit.

Terpaan angin yang begitu kencang berputar-putar didepan Yuki.

Kilatan-kilatan petir kembali bergemuruh diatas.

Dan....

Hujan...

Hujan kembali datang...

Menjadi saksi bisu, bahwa Yuki sedang terluka lagi.

Menghujani seluruh tubuhnya yang kecil.

Tentu saja, Yuki tidak beranjak pergi.
Bukankah Yuki suka jika hujan datang?

Yuki meraskan tetesan-tetesan air yang terjatuh deras keatas kepalanya, lalu terjun meresap ketubuhnya.

Rasanya dingin.

Seperti sikapnya.

Ternyata, Yuki sadar. Yang mencintainya hanyalah hujan.

Hujan tidak pernah membuat luka.

Justru ia menenangkan luka.

Terimakasih hujan.
Kau selalu datang, meskipun tau, rasanya sakit terjatuh berkali-kali.

**

Dari kejauhan Yuki melihat truk besar sedang melaju kencang..
Dan tanpa sadar, kaki Yuki juga berjalan ditengah hujan ke tengah jalan.

Yuki merentangkan kedua tangannya.

Pandangannya menatap ke atas langit, merasakan butiran-butiran air hujan di wajahnya.

Hingga beberapa meter jarak antara Yuki dan mobil truk.

Dari kejauhan, karena jalanan licin, truk terus menembakan lampu jarak jauh, dan meraung-raungkan klakson. Supaya pria aneh didepannya segera menyingkir.

Siapa sangka, pria bertopi ini malah asyik dengan hujan, dan seolah sengaja ia berdiri merentangkan kedua tangannya ditengah jalan.

Si supir yang awalnya mengendarai mobil dengan kecepatan ekstra karena tidak ada pengguna jalan lainnya, ia sedikit demi sedikit menginjak rem. Namun karena licin, ban mobil sulit untuk berhenti.

Tiga meter jarak antara Yuki dan mobil truk.

Namun tiba-tiba, Yuki merasakan punggungnya ada yang mendorong dengan kuat, menyebabkan tubuhnya terjungkal ke bahu jalan, dan truk berhasil melewati Yuki.

"Heii brengsek!! Kalau mau bunuh diri jangan di jalan!! Keparat!!"
Ucap si sopir dengan marah.

Yuki melirik kesemua arah. Namun tidak ada siapa-siapa disana.

Siapa yang sudah mendorongnya untuk menjauh dari truk tadi??

Sekian detik selanjutnya. Yuki yang masih duduk dibahu jalan dengan air hujan, meraung-raung dan berteriak, kembali menangis histeris..

"KENAPAA?? KENAPA KAKEK?? KENAPA KAMU MENYELAMATKANKU??"

Yuki terus memukul jalan aspal dengan kepalan tangannya, sampai kepalan tangannya bersimbah darah.Ia menangis, berteriak, meraung-raung mengeluarkan rasa sakit....

"MANUSIA DISINI TIDAK ADA YANG MENYAYANGIKU..... KEMARILAH KEK, SANJI HANYA INGIN KAKEK......."

TBC.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang