Chapter 54

8.7K 753 243
                                    

"Bang Gema!" Teriak Aldo dengan nada yang sedikit tinggi.
Ia memang sangat terkejut, jika Kakaknya yang berkuliah di Paris kini tengah duduk disamping Yuki di kelilingi oleh teman-teman yang lain.

Mendengar namanya dipanggil, Gema langsung menoleh kebelakang, lalu berdiri dan berjalan mendekati Aldo.
"King..... Kenapa Yuki bisa kayak gini?" Gema merangkul Aldo. Menepukan tangannya dipunggung adik yang tinggi semampai.

Aldo yang memang belum menerima semua yang terjadi kepada Yuki, setiap kali ia ditenangkan, dan setiap kali pula ia akan kembali bersedih dan menangis.

"King... King nggak tau Bang.... Bang liatkan, Popo sangat menderita..." Jawab Aldo, mencoba setenang mungkin.

Ia terlalu malu jika terus menerus menangis. Bukan malu karena banyak teman sekolahnya, atau teman-teman Yuki dari penyapu jalan, juga bukan karena kepala sekolah dan guru pembimbing, apalagi malu karena ada Ibu, ayah dan Kakak Aldo. Melainkan, ia sungguh malu didepan Yuki.
Yuki adalah saksinya, setiap hari Aldo selalu menanti sambil menangis.
Dan sekarang Aldo tidak ingin menangis didepan Yuki lagi.

"Bang Gema tau dari Appa. Makanya, Abang buru-buru pulang. Udah, jangan nangis." Satu tangannya mengusap-ngusap pelan punggung Aldo, menenangkannya.

Ini pertama kalinya Aldo sekurus ini, dan seberantakan ini. Biasanya, Aldo selalu memperhatikan style. Tetapi sekarang, ia benar-benar terlihat tidak terawat.

Ya, ini pukul tujuh malam. Namun, masih banyak sekali yang berkunjung melihat Yuki. Bahkan, kepala sekolah masih tinggal disini. Mereka semua menunjukan ekspresi yang sedemikian berbeda. Namun, didalam hati masing-masing sama. Mengkhawatirkan Yuki dan berharap yang terbaik.

William sampai diambang pintu.
Lalu, Gema melepaskan pelukannya dari Aldo. Menatap lelaki yang membisu diambang pintu itu.

Pandangan William turun dari bawah sampai atas. Matanya yang lelah juga tidak berkedip.

"William?" Tanya Gema sedikit terkejut.

"Kamu, Albertus Pradipta William kan?"
Tanya Gema lagi penasaran.

William berjalan, melewati Gema begitu saja, lalu duduk ditepi jendela.

"Bang, kenal sama dia?" Tanya Aldo bingung.

Orang-orang didalam saat ini sibuk dengan perbincangan masing-masing, ada yang menunggu dengan berdiri sambil meneliti wajah sayu milik Yuki. Ada yang menunggu diluar ruangan, ada yang duduk di sofa. Bahkan, ada juga yang duduk sila di lantai.

Gema mengekori William, saat ini, lelaki tinggi itu sedang membuka jendela, lalu perlahan tangannya mengapit rokok, dan menghisapnya pelan.
Merasa penasaran, Aldo juga mengekorinya.

"Kamu William kan? Pradipta William?" Lagi-lagi Gema bertanya untuk meyakinkan apa yang dilihatnya.

William menghembuskan asap rokok, tanpa melirik ia menjawab.
"Ya... Kamu Gema Elliando Gustav. Bukannya kamu kuliah di Paris?"

"Ternyata masih inget." Gema tersenyum "Ya. Aku masih kuliah, sebenarnya kemarin aku harus wisuda. Tapi, teman adikku mengalami sedikit cedera. Dan orangtuaku mengusulkan aku pulang, lalu ditunda wisuda sampai empat bulan lagi, kloter kedua." Jawab Gema menjelaskan.

William menoleh, lalu bertanya.
"Dia adikmu?" Tanya William menunjuk Aldo dengan dagunya.

"Ya dia adikku. Oh iya, kamu hebat juga, udah membangun perusahaan di bidang ekspor impor. Padahal, kamu paling liar disekolah." Ada ekspresi kagum diwajah Gema ketika berkata seperti itu.

"Bang Gema kenal dia?" Pertanyaan ulang dari Aldo.

"Ya King, dia senior Abang di SMA." Jawab Gema menoleh sekilas ke arah Aldo.

One Month [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang