About Chanyeol and Seulgi. About love and hate. About first and last. About destiny and irony. About the boy who totally bastard and the girl who totally not that kind.
What fate awaits them?
Check it out!
#1 dalam CHANSEUL (20/02/20)
"Bibi, apa kabar?" Seulgi membungkuk sopan menyapa Ibu Jongin.
"Woah! Lihatlah siapa yang datang! Seulgi, kemarilah, nak!" Ibu Jongin merasa tak percaya dengan sosok yang ia lihat.
Ibu Jongin memeluk Seulgi layaknya ia memeluk Chaeyoung tadi. Sangat hangat seperti seorang ibu memeluk putri kesayangannya.
Ibu Jongin melepas pelukannya, kemudian mengelus surai rambut hitam milik Seulgi lembut, "Lama tak bertemu, Seulgi. Kau terlihat semakin cantik."
"Tidak~ Bibi yang terlihat semakin cantik."
"Maaf, Nyonya, ada telepon." Seorang pelayan kedai menghampiri Ibu Jongin.
"Duduklah dan pesan sesuatu! Bibi permisi sebentar." Seulgi dan Chaeyoung mengangguk, "Tolong layani mereka!" Ibu Jongin menepuk lengan pelayannya.
Setelah Seulgi dan Chaeyoung duduk di sudut Kafe dan memesan. Tak lama kemudian, pesanan mereka sampai. Mereka menyeruput minuman yang mereka pesan.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Seulgi menatap Chaeyoung.
"Sepertinya gaun yang kau desain terlalu istimewa untuk acaraku. Kau membuatnya begitu bagus. Itu seperti gaun mewah di upacara pernikahan bergengsi."
"Kalau begitu pakailah gaun itu saat upacara pernikahanmu. Aku akan memdesain gaun untuk pertunanganmu lagi."
"Itu ide yang sangat bagus untukku. Tapi apa kau tidak keberatan dengan itu?" Chaeyoung merasa tak enak.
"Sejujurnya Butikku punya banyak stok gaun pertunangan yang sederhana, aku rasa itu bukanlah ide yang buruk. Pertunanganmu itu tiga hari lagi, Chaeng."
"Kalau begitu aku akan pakai salah satu dari stok gaun pertunangan di Butikmu saja. Aku rasa itu solusi terbaik."