CHAPTER 45

452 111 9
                                        

TERBIASALAH UNTUK TIDAK PERLU DI INGATKAN UNTUK VOMMENT~


~~~

Sepasang tangan yang dingin itu terus menggenggam tangan Soojung dengan lembut. Senyum pemilik sepasang tangan itu selembut bagaimana cara ia menggenggam tangan Soojung.

"Bibi, jaga kesehatanmu." Ujar Soojung.

"Ibu dan yang lain akan menunggumu di Seoul, nak."

Mata Soojung berkaca-kaca. Di saat yang sama, Soojung pun tersenyum. Di sisi lain, Jongin berada di sisi Ibunya dan merangkul tubuh ringkih Ibunya yang di rawat selama beberapa minggu di San Francisco.

Sepeninggalan Ibu Jongin, Soojung berhadapan dengan Jongin seorang. Jongin menatap lekat gadis Jung itu, "Kau akan kembali 'kan? Kau berjanji untuk itu 'kan?" Jongin bersuara.

Soojung menatap Jongin tepat di mata lelaki itu, kemudian ia mengangguk sambil meneteskan air matanya yang sudah terlalu lama ia bendung.

Jongin menyeka air mata Soojung dengan ibu jarinya, "Jangan menangis! Tersenyumlah karena pada akhirnya aku hanya perlu menggenggam erat tanganmu, bukan melepas genggaman itu."

Soojung mengangguk sambil terus terisak. Jongin memeluk Soojung erat. Begitu hangat untuk hati keduanya yang sudahlah amat hangat.

"Aku akan kembali padamu. Tentunya begitu,"

*****

Februari kembali menyapa. Salju pun masih jatuh dengan indah di Seoul. Tepat dimana kedua bola mata Chanyeol dapat memotret setitik objek putih yang dingin itu.

Terdiam di sana dengan secangkir cokelat panas di genggamannya. Matanya hanya menatap setiap salju yang jatuh di luar sana. Selimut yang melindungi punggungnya dari hawa dingin nampaknya tidak sungguh-sungguh melindunginya.

Chanyeol menekan sebuah tombol, kemudian tirai terbuka. Terdapat sebuah bingkai disana. Di dalam bingkai itu bukanlah sebuah foto melainkan sebuah sketsa. Corat-coret ujung pensil itu bagai seni di mata Chanyeol.

Matanya menatap sketsa di dalam bingkai yang terpajang itu. Nampak coretan ujung pensil di sana menggambarkan sisi belakang dua sejoli. Hanya di hiasi oleh arsir saja, sketsa itu nampak indah di mata Chanyeol.

Tiba-tiba saja ia teringat percakapannya dengan Jongin saat melakukan video call beberapa waktu lalu.


"Aku sudah sampai di Bandara Incheon. Hei! Bukankah kau seharusnya menyambutku?" Oceh Jongin.

"Cuacanya buruk," Balas Chanyeol singkat.

"Sekarang kau berada di rumah dan hanya duduk di depan perapian itu, huh?"

"Disini hangat," Singkatnya, lagi.

Jongin menghela napasnya, "Jadi maksudmu ocehanku tak dapat memulihkan kebimbanganmu?"

"Menyerahlah," Lagi-lagi, sangat singkat.

"Chanyeol, pikirkan dengan hati-hati---"

"Aku tutup."


"Aku ini memang pengecut yang tak mau menggali luka lebih dalam dengan kenyataan pahit yang mungkin saja masih tersimpan di antara mereka." Gumam Chanyeol, "Aku memang lelaki semacam itu, Kang Seulgi. Dan kaulah yang membentuk sisi ini di dalam diriku dengan segala objek yang ada."

*****

"Sepertinya aku harus pergi... Bukankah itu yang ingin kau katakan?" Seulgi menatap Soojung, "Kenapa kau sangatlah berhati-hati hanya untuk mengucapkan kalimat sederhana itu, Jung Soojung?" Seulgi terkekeh.

The Reunion [PCY X KSG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang