CHAPTER 58

657 87 9
                                    

Hai~ It's been a long time...

Maafkan hiatus yang terlalu lama ini. Semoga kalian masih inget eksistensi ff ini hehe


~~~

Seperti saran Chanyeol, Seulgi menghabiskan musim gugurnya di Ansan bersama kedua orang tuanya. Musim dingin akan segera tiba, maka dari itu suhu di kota kelahirannya ini menjadi begitu dingin.

Kini Seulgi tengah membantu Ibunya dan para Ibu yang merupakan tetangganya untuk membuat gimjang alias kimchi khusus musim dingin. Ya, itu sudah menjadi tradisi untuk menyambut musim dingin di setiap tahunnya.

"Ya ampun. Bagaimana bisa gadis superstar ini kita suruh membuat gimjang?" Kata seorang wanita paruh baya dengan aksen Ansan yang lembut.

"Eiy~ Apanya yang superstar, Bibi? Aku ini tetap si kecil Kkang, Bi." Seulgi tersenyum ramah.

Ibu Seulgi hanya tersenyum bangga melihat betapa rendah hatinya putrinya itu. Di tengah segala kekacauan yang terjadi, Seulgi tetap tersenyum disana. Dan itu membuat Ibunya merasa begitu kecil. Kenapa? Karena ia merasa ia tak bisa menjadi pelindung sejatinya dari segala kekacauan seperti hari-hari di masa lalu.

Setelah tiga jam membantu para Ibu membuat gimjang, Seulgi nampak merenggangkan ototnya yang mengeras dan tegang.

"Seulgi, istirahatlah! Biarkan kami yang menuntaskan ini." Ujar Ibu Seulgi.

"Tidak, aku tidak apa-apa."

Seorang lansia, tepatnya nenek Seulgi memukul bahu gadis tiga puluh tahun itu, "Dengarkan Ibumu! Pergi istirahat sekarang, kau!"

"Aw!" Seulgi mengusap-usap kulit bahu yang perih sekali akibat serangan mendadak yang di layangkan neneknya di bahunya.

"Cepat masuk, Kkang! Atau kau ingin menerima pukulan lagi?" Neneknya sudah siap melayangkan pukulan mautnya.

"Aku mengerti, aku mengerti." Seulgi masuk ke dalam rumah, "Whoa! Pukulan Nenek masih sangat menyakitkan." Gerutunya di setiap langkahnya.

*****

"Ibu, aku keluar sebentar." Pamit Seulgi dengan mantel putih yang melekat di tubuhnya.

"Kemana?" Tanya Ibunya.

"Mencari udara segar." Jawab Seulgi.

"Saat kau mencari udara segar, kau bisa saja mati kedinginan." Enteng Neneknya.

"Ya ampun, kenapa kau mengatakan itu pada cucuku?" Protes sang suami.

Seulgi terkekeh, "Aku takkan lama. Aku pergi."

Seulgi meninggalkan rumah, namun kepergiannya itu membuat semua orang yang ada di dalam rumah melihat punggung kecil miliknya dengan lesu.

"Jangan terlalu mengkhawatirkan Kak Seulgi! Dia baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja." Ujar Daniel setelah melihat siratan mata yang cemas milik Ibunya.

Ibunya menghela napas berat miliknya. Kemudian mengangguk atas ucapan Daniel.

Sementara itu, di cuaca yang dingin, di bawah gelapnya malam tak berbintang, Seulgi duduk di sebuah tangga yang nampak mengkilap seperti di lapisi es.

"Kapan salju pertama akan turun, ya?" Gumamnya.

Tentu saja, itu hanya pertanyaan yang ia layangkan tanpa mengharapkan ada yang menjawab. Kenapa? Tentu saja karena tak ada tanda-tanda keberadaan manusia lain di sisinya.

The Reunion [PCY X KSG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang