CHAPTER 57

625 85 7
                                        

Happy Wednesday!

And happy 29K views

By the way...

Don't forget to vomment!!!

~~~

Daniel memainkan ponselnya dengan nyaman sambil berbaring di sofa. Ia bersenandung kecil mengikuti alunan musik yang berasal dari mini speaker di atas nakas.

"Oh! Pesan dari Kak Chanyeol?" Gumamnya setelah melihat notifikasi di layar ponselnya.

Apa kau di rumah?

Ya. Kenapa, Kak?

Tolong jaga Seulgi selagi aku tak bisa menemaninya.

Aku rasa akan cukup memakan waktu untuk menemuinya.

Aku mengandalkanmu.

Mata Daniel perlahan membesar. Ia berpikir bahwa penglihatannya mungkin saja bermasalah. Namun, tiba-tiba saja postingan Seulgi di Instagram muncul di pikirannya.

"Apa mungkin 'Hi, P!' adalah..."

Daniel melongo. Pada saat yang sama, Seulgi melangkah santai di depannya. Melewati Daniel yang kini menatapnya dengan segala kemungkinan yang ada. Seulgi mengambil sebotol air mineral, kemudian meneguknya.

"Ah, segarnya!"

Mata Seulgi bertemu dengan mata sang adik yang kini masih mematung di sofa yang nyaman. Seulgi menatap heran sang adik.

"Kau kenapa? Apa baru pertama kali melihat gadis cantik meneguk air?"

"Kak, apa kau..."

"Apa, sih?"

Daniel bangkit dari sofa, kemudian perlahan melangkah mendekat pada Seulgi. Entah mengapa, Seulgi merasa terintimidasi.

"Apa mungkin ada hal membahagiakan untukmu?"

"Apa maksudmu?" Seulgi bingung.

Daniel menyodorkan layar ponselnya pada Seulgi, "Mungkinkah ini... Kak Chanyeol?"

Seulgi menghela napasnya, "Tsk! Aku kira apa," Seulgi hendak berlalu begitu saja, namun Daniel menahan tangannya.

"Kau harus menjawabku terlebih dahulu, Kak." Protes Daniel.

"I'm proud of you," Ujar Seulgi yang membuat Daniel bingung, "Tak seperti sebelumnya, tebakanmu benar kali ini. Itu memang Chanyeol." Dengan santai, langkah Seulgi membawa gadis itu menjauh dari Daniel yang terhanyut atas jawaban kakak perempuannya itu.

"Whoa! It's insane." Heboh Daniel.

*****

"Karena ini di luar forum, aku bisa berbicara sebagai putra Ayah. Apa rencana Ayah sekarang?" Chanyeol menatap Ayah-nya alias Ketua Park yang kini terduduk lesu di atas kursi kerjanya.

"Maafkan Ayah, Chanyeol."

"Meminta maaf bukanlah gaya Ayah."

"Aku tahu kau benci keadaan ini. Keadaan dimana kau harus menyelesaikan satu-satunya kelalaian terbesarku karena mempercayai seseorang terlalu dalam."

"Maka dari itu, itu sama sekali bukanlah gaya Ayah. Meminta maaf ataupun mempercayai seseorang." Sarkas. Kasar memang, tapi Chanyeol tak bisa menahan segala kemarahannya di dalam dirinya lagi. Sungguh menyesakkan.

The Reunion [PCY X KSG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang