"Aku rasa Soojung bersama Seulgi."
Ucapan dari bibir tebal milik Kyungsoo itu masih terfokus di memorinya. Rasanya ucapan itu tak mau pergi dari memorinya, ya, walau sekeras apapun ia mencoba, ia tak berhasil.
"Kenapa kau meninggalkanku seperti ini?" Chanyeol menatap sendu bingkai foto di nakas, tepat di sebelah ranjangnya. "Ah, benar, aku yang melakukan itu. Dengan bodohnya, aku..." Chanyeol menghela napasnya.
Sialnya, rasa cinta dan rindunya jauh lebih besar dari pada kemarahannya atas kenyataan pahit yang menyebabkan mereka memutuskan untuk berpisah. Bodohnya, ia menyalahkan dirinya sendiri atas ucapan kasarnya pada Seulgi kala itu.
"Tidak, berhentilah memikirkannya, Park Chanyeol. Kalau kau tak mau terjatuh lebih dalam layaknya Jongin yang kini tengah terpuruk akibat kepergian Soojung, sudah seharusnya kau lebih kuat dari siapapun, setidaknya untuk dirimu sendiri dan juga sahabat terbaikmu yang tengah membutuhkan kehadiranmu. Ya, benar, itulah yang harus aku lakukan."
*****
Di tekannya empat nomor yang berbeda dengan suara khas yang keluar dari alat yang menempel di gagang pintu. Di masukinya pintu yang berhasil terbuka itu. Chanyeol, ya, lelaki itu disana. Ia lepaskan sepatunya dan mengganti alas kakinya dengan sandal rumah yang nyaman.
Baru saja ia ingin melangkah lebih dalam menyusuri apartemen itu, langkahnya terhenti. Matanya di penuhi oleh sosok Jongin yang sudah rapih dengan pakaian khas berangkat kerjanya.
"Jongin," Chanyeol tak mempercayai apa yang tengah ia lihat.
"Kau mengetahui pin apartemenku, rupanya! Aku harus berhati-hati."
"Bagaimana aku tak tahu? Apapun yang berkaitan dengan angka rahasia pasti adalah 1024." Chanyeol menyinggung ulang tahun Soojung itu.
Karena itu, Jongin membeku di tempatnya. Ia menghela napasnya, kemudian kembali dengan kesibukannya.
"Duduklah! Ayo sarapan!" Ujar Jongin.
Chanyeol duduk di depan Jongin. Ia menatap Jongin dengan begitu hati-hati, "Kau akan berangkat bekerja?"
"Tentu saja, karena aku bukan pengangguran."
"Apa kau baik-baik saja?"
"Satu hari sudah cukup untuk beristirahat." Jongin mengunyah roti isi di genggamannya, "Aku harus pergi bekerja." Pamitnya.
"Kau bisa berkendara sendiri?" Chanyeol berdiri, sontak menatap punggung Jongin.
Jongin yang tadinya berekspresi datar, kini berbalik dan menatap Chanyeol dengan senyum di bibirnya, "Kau pikir aku anak kecil? Jangan mencemaskanku dan berangkatlah bekerja, kumohon!" Jongin terkekeh, kemudian keluar dari apartemennya lebih dulu. Lalu di ikuti oleh Chanyeol di belakangnya.
Sampai pada area parkir. Chanyeol masih berada di sisi Jongin, "Nanti malam... Haruskah kita minum bersama?"
Jongin menatap Chanyeol, "Setuju."
"Aku akan mengajak Kyungsoo juga."
"Baiklah. Aku pergi dulu."
Chanyeol menatap kepergiaan mobil berwarna merah yang di kendarai oleh Jongin itu, "Semua akan baik-baik saja, Jongin. Percayalah itu!"
*****
Seulgi menatap langit yang menggelap dari balkon. Duduk di kursi yang nyaman sambil menatap langit. Udara semakin dingin seiring menggelapnya langit. Seulgi menatap ponselnya yang berbunyi di atas meja mini di sampingnya. Seulgi tersenyum, kemudian mengangkat ponselnya setara dengan wajahnya. Ia tersenyum cerah sambil menatap layar ponselnya yang menampakkan sosok yang tak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reunion [PCY X KSG]
RomanceAbout Chanyeol and Seulgi. About love and hate. About first and last. About destiny and irony. About the boy who totally bastard and the girl who totally not that kind. What fate awaits them? Check it out! #1 dalam CHANSEUL (20/02/20)