CHAPTER 9

1K 176 6
                                        


[The secret terungkap di chapter ini. Voment-nya di tunggu shayyy~]

~~~~~

Mempercayai seseorang... Bukankah itu sesuatu yang baik?

Mengikuti kata hati... Bukankah itu sesuatu yang baik?

Tapi kenapa... Sesakit ini?

*****

Seulgi melepas mantel berwarna navy miliknya di sebuah kursi. Ia duduk disana. Menyandar di sandaran kursi yang terbuat dari kayu itu. Mata sipitnya menatap langit-langit. Ia bisa melihat dengan jelas langit gelap yang menghiasi malam karena tempatnya berteduh di malam dingin ini adalah toko bunga milik sepupunya yang beratapkan kaca.

Ia hanya menatap langit dalam diam. Ia bahkan tak bergerak sedikitpun. Walaupun sepasang mata tengah menatapnya sedari tadi, ia tetap disana. Hanyut dalam lamunannya.

Sampai suara helaan nafas terdengar darinya. Dan membuat sepasang mata yang menatapnya memicingkan matanya.

Sang pemilik mata, seorang gadis mungil berkulit putih yang mengenakan dress bermotif bunga selutut yang kemudian di balut oleh sebuah celemek berwarna putih yang mengikat tubuh mungilnya. Irene, ia adalah sang pemilik mata itu.

Ia menengadahkan kedua lengannya di depan dada, "Ada apa lagi? Aku dengar dari Suho bahwa malam ini kau berkencan dengan Chanyeol. Ada masalah?" Suara Irene yang terdengar di telinga gadis berambut panjang itu di hiraukan. Ia masih sibuk dengan pemandangan langit gelap tak berbintang diatas sana.

"Hei, Kang Seulgi! Bisakah kau jawab aku?" Protes Irene.

Seulgi masih tetap disana. Menatap langit gelap itu dengan tatapan yang sulit di artikan.

Irene menghela nafasnya, "Kalau kau sudah datang ke sini, setidaknya katakan apapun itu!" Irene kelihatan frustasi.

Mata sipit Seulgi berkedip. Membuat Irene menatapnya intens. Tapi gadis yang ia tatap itu masih saja tak bicara. Dan hal itu membuat Irene lagi-lagi menghela nafasnya.

"Kak..." Suara Seulgi yang terdengar di telinganya membuat Irene antusias.

"Kenapa? Katakan padaku!"

"Mempercayai seseorang... Bukankah itu sesuatu yang baik?" Seulgi bergumam. Ia masih menatap langit gelap diatas sana.

"Hm. Tentu saja." Irene menanggapi.

"Mengikuti kata hati... Bukankah itu sesuatu yang baik?" Seulgi bergumam, lagi.

"Hm. Benar." Irene mengangguk.

"Tapi kenapa..." Irene menatap Seulgi yang menggantung ucapannya, "... Sesakit ini?"

Hati Irene seakan mencelos mendengar itu. Suara Seulgi memang tak bergetar sama sekali, tapi tatapan Seulgi pada langit gelap diatas sana terlihat menyedihkan.

Ya, jadi inilah arti tatapan Seulgi itu? Pikir Irene.

"Ada apa? Kau punya masalah?" Irene ragu-ragu.

Sudut bibir Seulgi terangkat. Irene di buat heran olehnya. Kenapa dia tersenyum? Pikir Irene.

"Masalah... Selalu ada, bukan?" Seulgi menatap Irene. Ia tersenyum simpul.

Irene tersenyum kecil, "Aku harap kau bisa memulihkan pikiranmu disini."

"Hm. Selalu."

Seulgi menatap sekeliling. Ia memicingkan matanya, "Kau kehabisan stok mawar merah? Tak ada satupun disini." Seulgi mencari-cari bunga dengan tangkai berduri itu. Menurut Seulgi, bunga itu terlihat sangat mencolok, karena warnanya. Maka dari itu, hanya dengan sekali lihat ia tahu bunga itu tak ada di sini.

The Reunion [PCY X KSG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang