6. Canggung dan Mimi peri

9.7K 523 11
                                    

"Gue bosen tiap liburan ke Singapore mulu. Kesana juga gak ngapa-ngapain."

"Halah. Paling juga lo ketemuan sama cewek-cewek lo." balas Satya seraya mengangguk-angguk membalas sapaan adik kelas di sepanjang koridor.

"Gue udah bilang gue mau tobat, ya!"

Faldi mendelik sewot seraya menabok bahu Satya. Lelaki itu mengaduh, balas mendorong bahu Faldi.

"Tobat apanya, baru minggu lalu gue lihat instastory lo foto sama cewek. Rangkulan masa!" sahut Lya ngegas sambil bersedekap.

"Ya Allah, Ra.. Itu temen sd gua! Lo cemburu?!"

"Dih, ngapain juga! Mending gue nonton oppa ketimbang cemburuin lo!" cibir Lya melengos tak ingin menatap Faldi disamping kirinya.

"Idih, gantengan juga gue kemana-mana."

"Eh, lo jadi ubabnya mereka aja gak pantes, ya. Sok-sok an yang paling ganteng lagi," Lya menoyor kepala Faldi saking geramnya.

"Tuh 'kan keliatan banget lo cemburu sama gue. Gak papa, Ra, gak papa. Gue ikhlas kok, lo cemburuin." Faldi mengusap dadanya seakan pasrah, membuat Lya mau tak mau menjitak kepalanya.

"Ish, lo bener-bener, ya!"

"Woyyy!! Kenapa jadi berantem sih kalian berdua!" lerai Satya yang berjalan di samping kiri Faldi.

"Si Rara, nih! Mau cemburu aja gengsi digedein," Faldi mendengus.

"Hee! Suka sembarang, ya, itu mulut!" Lya menuding Faldi dengan delikannya.

"Berantem aja terus gak jadian-jadian." sindir Satya seraya mendecih malas menatap keduanya.

Lya sontak mengulum bibirnya terdiam. Faldi menepuk bahu Satya menyuruh lelaki itu untuk tidak berkata seperti itu lagi.

Suasana seketika canggung, Faldi melirik kedua saudara itu, ia menghela napas pelan. "Udah-udah. Apasih. Ayo Sat ke kelas, lo dari tadi sapain adik kelas mulu, cari muka banget dah." Faldi kembali menepuk-nepuk bahu Satya untuk melangkah lebih cepat ke koridor 12 IPS. Satya hanya diam menurut, ia memandang Lya sejenak, lalu melangkah meninggalkan Lya sendirian, karena gadis itu juga akan berbelok ke koridor 12 MIPA.

Lya menghentikan langkahnya untuk memandang punggung kedua pemuda itu. Ia tersenyum masam, selalu begitu tiap kali membahas hal itu.

Hal yang membuat persahabatan Satya dan Faldi hampir saja hancur.

***

Satya menghela napas panjang, semenjak kejadian tadi suasana di antaranya dengan Faldi terasa canggung. Bukan maksudnya mengungkit-ungkit masa lalu, Satya hanya ingin bercanda, tapi justru membuat kecanggungan yang sungguh, Satya sendiri tak dapat mendeskripsikannya.

Tahu begini Satya biarkan saja mereka berdua bertengkar tadi.

"Lo jadi duduk bareng gue 'kan?" tanya Satya menoleh.

"Iya 'lah. Kalo gak sama lo tugas kelompok gue gak akan ada yang beres." Faldi merangkul bahu Satya seraya meringis. Satya mendengkus pelan, sekaligus merasa lega melihat Faldi kembali bersikap biasa.

Mereka berdua sampai di kelas, Faldi melangkah lebih dulu dan berjalan menuju pojok depan meja guru yang untungnya masih kosong. Pemuda berlesung pipi itu mengisyaratkan Satya mendekat.

"Gue yakin anak-anak emang sengaja kosongin, nih tempat. Ah, siap-siap jadi ketua kelas untuk yang ketiga kalinya, Sat."

Faldi lantas tertawa puas melihat raut nelangsa di wajah Satya.

"Bang Sat!! Woooo liburan sekolah makin ganteng ae buset," seorang gadis mendekati meja mereka dengan sapaan yang luar biasa berisik. Satya seketika melengos lelah, ia menggerutu, mengasihani hidupnya yang terus saja dihadapkan salah satu spesies sejenis Adel.

AURIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang