53. Asumsi dan Pesan Misterius

2.9K 534 400
                                    

Hai, apa kabar? Ehe.

Maaf banget akunya ngaret update. Semoga bisa maklum, ya.

Ok, deh.

Happy reading!

***

Operasi berhasil dilakukan dan berjalan lancar. Dokter mengabarkan jika kondisi fisik serta mental Lya masih belum stabil dan hanya boleh 2 orang saja untuk menengok dengan jam jenguk yang ditentukan.

Karena kejatuhan pot yang cukup berat dan keras, mengakibatkan Lya mengalami cedera saraf tulang belakang traumatis, kehilangan kemampuan mengendalikan gerak ringan dan harus menjalani pemulihan serta fisioterapi. Beruntungnya Lya tidak sampai mengalami kelumpahan atau pun hilang semua kemampuan sensorik.

Malam itu di kursi tunggu depan kamar rawat Lya, Riana duduk termenung seraya berpangku tangan ditemani sang suami. Ibu dua anak itu masih terguncang hebat dengan apa yang terjadi hari ini.

Begitu meninggalkan rumah Andra tadi, Riana bergegas menuju rumah sakit dan mendapat kabar yang semakin menyesakkan hatinya.

Meskipun dokter mengatakan ini traumatis ringan, tetap saja Lya harus menjalani pengobatan dan pemulihan dengan waktu yang cukup lama. Riana tak mampu membayangkan bagaimana terpukulnya Lya jika kemungkinan besar perempuan itu tidak bisa mengikuti serangkaian ujian pada beberapa bulan lagi.

Riana paham benar sifat Lya yang begitu ambisius ingin mendapat beasiswa di luar negeri. Anak gadisnya itu berjuang belajar siang-malam untuk mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran. Sebab Lya ingin mewujudkan cita-cita menjadi dokter.

Namun hari ini, semua harapan tinggi itu pupus, dihancurkan oleh seorang gadis pembawa sial di keluarganya. Memporak-porandakan semua mimpi dan hampir menghilangkan nyawa anak perempuannya.

Bagaimana pun keadaannya Riana tidak akan pernah memaafkan gadis itu, bahkan Riana akan membuat Adel menyesal seumur hidup atas apa yang dilakukannya.

Tanpa sadar telapak tangan Riana terkepal kuat, melampiaskan sesak yang sekian lama menyiksanya. "Mama tetap putuskan untuk laporkan ini ke pihak berwajib, Pa." cetusnya.

Indra yang sedari tadi memperhatikan gelagat istrinya itu menghela napas pelan, meraih lembut tangan Riana untuk digenggamnya.

"Ma, kita gak punya bukti kuat untuk membenarkan bahwa Adel yang bersalah. Kita harus selidiki semuanya, kalo nggak nantinya jadi bumerang sendiri untuk kita."

Riana melengos tak tertahan. "Pa, udah jelas yang lakuin itu Adel!"

"Di rooftop Adel gak sendiri, ada Faldi yang kemungkinan bisa juga dia pelakunya." balas Indra berusaha sabar. Indra tahu Riana sedang dirundung kesedihan yang membuat dia tidak dapat berpikir panjang.

"Tapi gak mungkin Faldi, mama kenal betul sama dia!" mata Riana memerah dengan air mata menggenangi pelupuk matanya. Ya, Riana tahu betul Faldi anak yang baik, Riana juga tahu anak laki-laki itu dekat dan menyukai anaknya. Maka tidak mungkin Faldi yang menyelakai Lya.

Indra semakin menggenggam erat tangan Riana yang keringat dingin, berusaha menenangkan Riana yang sekarang dikabuti amarah.

"Gak ada yang benar-benar bisa dipercaya di dunia ini, bahkan sebaik apapun orang itu di mata kita. Papa terus berusaha cari bukti, dan kalo memang Adel pelakunya, mama bisa lakuin apa saja kemauan mama."

AURIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang