Nih buat yang pengin double up;)
Happy reading!
***
Setelah makan, membeli boneka, juga menunaikan sholat dhuhur, mereka keluar dari pusat perbelanjaan. Entah kemana Aksa akan membawa Adel kali ini. Adel pasrah saja.
Karena ucapan Aksa tadi, Adel menjadi canggung pada Aksa, padahal yang mengucapkan kalem-kalem saja. Mungkin ini yang dinamakan 'ambyar'. Jantung Adel tidak bisa bekerja dengan normal, selalu saja berpacu cepat tiap kali mengingat kalimat itu.
Dan kali ini, jantung Adel kembali dibuat deg-degan saat Aksa mengusap-usap rambutnya menyuruh tidur di perjalanan.
Gimana bisa tidur kalau jantung Adel gak normal begini?! Aksa sudah hilang akal memang.
"Gak mau tidur, Sa. Maksa mulu."
Aksa berdecak kecil. "Tempatnya jauh. Nanti malah kalo udah sampe lo ngantuk. Sekarang tidur biar nanti gak ngantuk."
Aksa meminggirkan mobilnya. Ia mengulurkan tangan mengambil selimut di kursi belakang. Mengatur sandaran kursi Adel agar lebih rendah dan mendorong Adel untuk bersandar. Kemudian menyelimuti gadis itu.
"Matahari lagi terik gini lo nyuruh gue selimutan? Gak sekalian lo matiin AC nya?" cibir Adel.
"Oh, mau dimatiin juga?" tanya Aksa dengan wajah tak berdosa. Adel langsung saja mengusap wajahnya kasar.
"Kata Nico, lo di SMP juara kelas. Kok gue ragu kalau sebenarnya otak lo cuman seperempat?" sarkas Adel.
Aksa mendengus, dengan teganya menyentil kening Adel membuat gadis itu merintih.
Oke, setelah kemarin-kemarin Aksa suka mencubit pipinya, sekarang ganti suka mencentilnya. Kenapa cowok ini gemar sekali menyiksanya?
"Bawel."
"Bawelan juga elo!"
Aksa menjalankan mobilnya lagi. Kini mulai memasuki kawasan tol.
"Lama-lama gue turunin juga lo."
"Turunin aja!"
"Tirinin iji!"
"Ish, Sa kok lo makin nyeselin sih!" Asel menabok bahu Aksa dengan tidak manusiawinya.
Aksa cuek saja, tak menghiraukan Adel yang terus mendumel.
"Tidur, Del. Gak capek ngomel mulu?"
"Lagian kita mau kemana sih? Lo nyulik gue ya?! Gue telpon abang nih!" ancam Adel mengacungkan jarinya. Aksa melirik malas.
"Katanya kalo banyak marah gak tinggi-tinggi loh."
Adel melipat kedua tangannya, bersandar di kursi dengan pandangan keluar jendela. "Terus aja bawa-bawa tinggi. Entar kalau gue udah tinggi lo gue tendang keluar bumi."
"Sok-sokan."
"Liat aja ntar."
"Iya deh. Ditunggu ya tingginya, mbak." ejek Aksa.
"Tuh, gue makin yakin kalau keahlian lo cuma bikin orang naik pitam doang."
"Yaudah ntar gue mau punya keahlian bikin orang naik haji, deh."
Adel sontak tergelak, memukul bahu Aksa lagi gregetan. "Gak lucu tau, ih."
"Gak lucu tapi ketawa. Aneh."
"Aksa receh."
"Receh kalau dikumpulin jadi banyak."
"Gak jelas lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA
Teen FictionMungkin Adel termasuk gadis beruntung di dunia ini, memiliki keempat sepupu yang begitu menyayanginya. Satu sekolah menyebut mereka, Auriga. Setiap keinginan selalu Adel dapatkan dengan mudahnya, namun ada satu yang sulit Adel wujudkan, kasih sayan...