Bel pulang berbunyi. Semua siswa nampak antusias ingin segera pulang atau mengikuti ekskul, ada juga yang akan latihan untuk persiapan lomba.
Ponsel yang ada di saku trining olahraga Adel bergetar. Gadis yang sedang mengatur posisi meja itu pun merogoh saku dan membuka ponsel, mendapati pesan dari grup whatsapp Auriga. Satya mengirimkan pesan untuk cepat ke parkiran karena pemuda itu sudah menunggu.
Adel pun mengambil tas yang ia taruh di bangkunya, menoleh pada Regan yang tengah menggantungkan penggaris panjang di dinding samping papan tulis.
"Re, Balik dulu ya! Sorry gak bisa ikut kumpul-kumpul, abang gue udah berisik suruh langsung balik."
Regan mengacungkan jempolnya mengiyakan. Adel pun keluar kelas dan ke parkiran segera sebelum Satya semakin bawel karena lama menunggu.
Adel menuju tempat Satya biasa memarkirkan mobil, melihat Satya, Lya, dan Ken yang sedang mengobrol disana.
"Kak Nevan mana?" tanya Adel begitu sampai di depan mobil. Membuat pembicaraan mereka terhenti.
Ken mengedikkan bahunya. "Gak tau. Tadi gue cari ke kelas gak ada, keknya ke OSIS dulu."
"Gak bisa ditelpon?"
Satya hanya menggeleng merespon pertanyaan Adel, nampak sibuk menghubungi Nevan. Namun tetap sama, ponsel Nevan berada diluar jangkauan.
"Ke ruang OSIS aja yuk, siapa tau dia emang disana dan lagi ada kerjaan." ajak Lya. Mereka pun menyetujui dan menuju ruang OSIS yang letaknya ada di gedung utama.
"Yo!" panggil Satya pada Leo yang baru saja keluar ruang OSIS.
Leo menoleh dan menaikkan alisnya melihat keempat Auriga yang berjalan mendekat.
"Ada Nevan?" tanya Satya langsung.
Leo menggeleng. "Tadi ke gudang nyusulin Aliv, gak tau lagi kalo udah balik. Gue di dalem dari tadi."
"Tumben lo betah di dalem, ada siapa, Yo?" celetuk Ken sembari menaik-turunkan alis dan melemparkan seringainya pada teman satu kelasnya itu. Membuat Leo menatapnya datar.
"Gak jelas lo."
"Oke deh, Yo, makasih ya." kata Lya ramah, mengakhiri pembicaraan mereka dengan Leo sebelum keusilan Ken semakin parah. Mereka melangkah cepat menuju gudang, mendapati pintu gudang yang tertutup rapat.
Satya memutar knop pintu, namun ternyata terkunci. Lelaki jangkung itu beralih menggedor pintu gudang berulang kali.
"Van! Van lo didalem?!" teriak Satya sambil berusaha membuka pintu. Namun tidak ada respon dari dalam.
"Udah pergi berarti, bang." kata Adel sembari mengintip dari jendela, namun tidak bisa melihat ke dalam karena terhalang tirai.
Satya menghentikan kegiatannya seraya menghela napas.
Lya mengusap bahu Satya menenangkan. "Dia ada urusan lain mungkin. Pulang aja dulu, nanti kita coba hubungin dia lagi."
Satya, Ken, dan Adel mengangguk menyetujui keputusan Lya. Mereka pun pergi meninggalkan gudang dan pulang.
Meninggalkan sepasang remaja yang tertidur pulas di dalam gudang.
***
Hingga malam tiba pun, Nevan masih tidak dapat dihubungi. Satya berupaya menanyai keberadaan Nevan pada teman dekat pemuda itu melalui whatsapp, namun tidak ada seorang pun yang tahu. Ia mencoba tetap tenang, tidak berniat memberi kabar ini pada orang tuanya karena enggan membuat mereka panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA
Teen FictionMungkin Adel termasuk gadis beruntung di dunia ini, memiliki keempat sepupu yang begitu menyayanginya. Satu sekolah menyebut mereka, Auriga. Setiap keinginan selalu Adel dapatkan dengan mudahnya, namun ada satu yang sulit Adel wujudkan, kasih sayan...