21. Cerita Auriga

6.3K 419 11
                                    

Sepulangnya Adel dan Faldi dari perkemahan, Faldi segera membuka pgar dan memarkirkan mobilnya di halaman rumah Satya. Adel yang masih tidur digendong Faldi menuju kamarnya di lantai atas. Dengan perlahan Faldi merebahkan tubuh lemas gadis berwajah pucat itu, menyelimuti Adel dan menaikkan suhu AC dikamar. Faldi kemudian mengusap kening Adel, merasakan kehangatan disana.

Faldi mendesah lelah, duduk di tepian ranjang memandang gadis mungil itu lekat. "Hobi banget sih lo sakit. Gimana sodara lo gak makin khawatir."

Faldi menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Mengistirahatkan sejenak raganya karena dari semalam juga mencari-cari gadis nakal ini ke hutan. Yang akhirnya dia dan Reisya temukan di jalur penjelajahan.

Faldi yang tertidur segera bangun begitu merasakan getaran di saku celananya. Pemuda tampan dengan rambut yang sedikit ikal itu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan dari Satya.

"Apaan?"

"Gimana? Udah sampai rumah kan lo? Adel gak papa?"

"Aman, sampai rumah dengan selamat. Ini anaknya lagi tidur, tapi dia demam sih kecapekan keknya."

Terdengar helaan napas diseberang sana.

"Lo tempelin plester penurun panas aja keningnya. Ada di kotak P3K deket dapur. Terus kalo dia bangun suruh langsung makan, nanti lo tinggal go-food aja ntar uangnya gue ganti. Sama kasih obat penurun panas di kotak itu juga. Abis itu suruh dia tidur lagi. Gue pulang agak siangan, acaranya belum selesai. Gak bisa gue tinggal."

Faldi menguap, jengah mendengar semua perintah Satya yang begitu protektif pada saudaranya.

"Terus apalagi?"

"Lo harus jagain dia, jangan sampe lo tinggal kemana-mana."

"Terus kalo gue mau kencing?"

"Tahan dulu."

Faldi mendengkus. "Pala lo. Bisa penyakitan gue."

Satya berdecak. "Pokoknya jangan tinggalin dia lama-lama. Terus awasin dia. Lo paham kan, Di?"

"Iye-iye, paham. Pasti ada sesuatu ya, Sat sampe lo berlebihan gini?" Faldi tahu ada keanehan yang terjadi. Terlihat dari nada bicara Satya yang kelewat cemas tidak seperti biasanya.

Satya kembali menghela napas. "Hm, ada yang ngincer dan mau celakain Adel, Di. Gue duga itu semua ada hubungannya sama teror itu. Nanti aja gue cerita. Gue titip Adel, jaga adek gue baik-baik, kalo kenapa-napa lo yang gue abisin."

Faldi mengangguk, tak sadar kalau Satya tak dapat melihatnya. "Oke dah. Bocil aman di tangan gue, lo tenang aja. Titip salam buat anak-anak."

"Yo."

Sambungan terputus. Faldi menyimpan ponselnya di atas nakas dan beranjak untuk mengambil obat-obatan di bawah. Namun sebelumnya, Faldi menyempatkan untuk menaikkan selimut yang Adel kenakan sampai leher.

Tangannya mengusap rambut Adel lembut. "Lo udah kayak adek gue sendiri, cil. Gue bakal bantu yang terbaik semampu gue."

***

Perkemahan berakhir lancar meskipun ada kendala seperti kejadian Adel dan Aksa yang hilang tadi malam. Selanjutnya semua kegiatan berjalan baik sesuai rencana. Di siang yang terik ini, seluruh peserta kemah dibariskan sesuai kelas, bersiap untuk ke bus dan meninggalkan perkemahan. Seusai interupsi diberikan, seluruh peserta pun berjalan keluar wilayah perkemahan menuju bus.

Lya yang tadinya bersama panitia yang lain, segera memberikan tasnya pada Nevan dan berlari menghampiri Aksa yang berjalan sendirian. Segera mengambil tas di pundak pemuda tinggi itu, membuat Aksa tersentak dan menoleh.

AURIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang