Di malam yang hangat ini, kelima Auriga berkumpul di ruang tengah. Adel duduk tegap di bagian tengah sofa panjang, sedangkan keempat Auriga lain berdiri mengelilingi Adel sambil bersedekap menatap tajam gadis berkulit putih itu.Ya, bisa kalian tebak. Adel lagi disidang sekarang. Berita tentang princess Auriga merambat cepat sampai ke telinga keempat kakaknya. Adel telah melanggar janjinya pada awal masuk SMA untuk menjadi gadis manis yang kalem selama di sekolah.
Dan di tengah situasi begini, masih sempat-sempatnya otak jahil Adel membayangkan kalau yang ada di posisinya sekarang adalah Riska. Mungkin dia akan kencing di celana atau lebih parah lagi pingsan. Adel sendiri sudah kebal mendapat tatapan itu, cenderung bosan malah.
"Radellya Viandarru." ujar Lya dengan lantang mengeja nama Adel. Kalau sudah menyebutkan nama lengkap begini, Adel sedang dalam ancaman sekarang.
"Atau bisa disebut, princess auriga." kini ganti Ken yang berucap dengan menekan 2 kata di akhir kalimat.
"Udah berani bandel sekarang?" tanya Satya dengan suara rendah seraya menunduk, memajukan wajah ke depan hadapan Adel.
Adel menghela napas pasrah, hanya bisa menunduk memainkan jemarinya.
"Gak ada yang nyuruh kamu nunduk, Ru."
Adel mendengus kecil, kemudian mendongak menuruti kata Nevan. Ditatapnya satu-persatu kakak-kakak sepupunya itu jengah.
"Ru minta maaf udah langgar janji." ucapnya ogah-ogahan.
"Yang tegas! Jangan berani nantang Riska doang." cibir Ken seraya memandang Adel datar.
Adel menggigit bibir bawahnya, menarik napas dalam-dalam mencoba bersabar. Jika biasanya ia akan mengelak, kali ini Adel menurut saja menerima nasib. Agar tidak semakin panjang, keempat sepupunya akan sangat menyebalkan jika sudah mengomel. Kalah sama ibu-ibu rumpi yang suka kumpul di perempatan komplek.
"RU MINTA MAAF UDAH LANGGAR JANJI. GAK AKAN ULANG LAGI BENERAN!" teriak Adel kencang sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Supaya lebih meyakinkan Adel juga memejamkan matanya rapat.
Suasana hening sekejap.
Hingga sebuah usapan lembut terasa di kepalanya, disusul tertawaan kencang. Adel membuka mata, mendapati keempat sepupunya yang tergelak puas berhasil mengerjainya.
Kesal, Adel menendang tulang kering Satya keras membuat si empunya mengaduh dan menjauhkan tangan dari kepala Adel, mengusap-usap tulang keringnya kemudian duduk di karpet berbulu diikuti Lya, Nevan, dan Ken.
"Nyebelin ih! Kirain tadi kalian beneran marah ternyata cuma ngerjain doang!" gerutu Adel sembari menaikkan kedua kakinya bersila di atas sofa.
"Kami emang niatnya tadi mau marah, tapi liat muka kamu jadi gak tahan bikin ketawa." jelas Lya yang masih tertawa geli.
Adel mendengus, ia kemudian ikut bergabung duduk lesehan di atas karpet. Adel merebahkan tubuhnya, meletakkan kepala di pangkuan Satya membuat lelaki bermuka tegas itu tersenyum teduh dan menyisir surai panjang Adel dengan jarinya.
"Tapi tetep aja kamu salah, Ru. Pake segala cari masalah sama Riska. Mau gantiin dia jadi ratu bully, hm?" tuduh Ken. Ia bersandar di sofa sambil meluruskan kedua kakinya dengan siku diletakkan di atas sofa, melihat itu Nevan langsung menjadikan paha Ken sebagai bantalan.
Nevan ini memang Adel versi kalem. Mereka punya banyak kesamaan, dari tingkah manjanya yang suka ndusel, makanan kesukaan, hingga cara makan. Karena hanya Adel dan Nevan lah tidak bisa makan kalau tidak menggunakan sendok, bahkan mie pun menggunakan sendok.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA
Teen FictionMungkin Adel termasuk gadis beruntung di dunia ini, memiliki keempat sepupu yang begitu menyayanginya. Satu sekolah menyebut mereka, Auriga. Setiap keinginan selalu Adel dapatkan dengan mudahnya, namun ada satu yang sulit Adel wujudkan, kasih sayan...