31. Misterius

5.4K 374 19
                                    


Dua minggu berlalu. Hari ini merupakan hari menegangkan untuk Lya. Gadis berparas cantik itu akan melaksanakan olimpiade kimia di salah satu universitas ternama di kotanya.

Sebenarnya Lya tidak diperbolehkan ikut karena sudah kelas 12 yang harusnya fokus belajar, namun dia berusaha keras membujuk gurunya untuk mengikutsertakan dirinya kali ini. Lya berjanji ini akan menjadi yang terakhir. Dan alhasil sang guru menyanggupi, beliau cukup kagum dengan semangat belajar Lya pun dengan semua soal yang ia berikan pada Lya dijawab dengan benar dan rinci. Karena itulah Bu Widi menyetujui.

Disinilah Lya sekarang, duduk manis di halte depan universitas tempatnya mengikuti olimpiade barusan. Lya baru saja keluar dari kampus itu, ia menyelesaikan semua soal dengan lancar. Usahanya belajar 1 minggu penuh tanpa jeda ternyata tidak sia-sia. Lya berharap ia lolos seleksi.

Senyum Lya terbit kala matanya melihat mobil milik Satya berhenti di depan halte. Lya pun beranjak membuka pintu penumpang depan, yang mana kursi itu menjadi tempat duduk tetap untuk Lya. Jadi tak ada dari Auriga yang berani duduk disana kalau bukan Lya sendiri yang memintanya.

Lya menutup pintu dan memakai sabuk pengaman, lalu mobil itu pun melaju menuju restoran langganan mereka.

"Gimana tadi teh? Susah gak? Keluar asap gak kepalanya liat macam-macam senyawa?" tanya Adel dengan antusias. Ken sampai harus bergeser ke kanan saat Adel yang duduk disamping kiri Ken ingin melihat saudari perempuannya. Alhasil duduknya dengan Nevan berdempetan sekarang.

Lya mengubah posisi menghadap belakang, dengan kaki kirinya yang bersila diatas kursi, gadis berwajah lembut itu bercerita tak kalah semangat. "Lancar dong! Alhamdulillah semua yang teteh pelajari banyak yang keluar! Gak percuma aku belajar ekstra."

Nevan dan Satya yang menyimak hanya mengangguk-angguk saja.

Sedangkan Ken dengan santainya menyeletuk. "Berarti gak percuma teteh nyuekin kita 1 minggu penuh, gak percuma juga kita harus makan mie instan mulu tiap hari."

Satya yang sedang mengemudi berusaha keras menahan tawanya. Ucapan Ken memang benar. Karena selama Lya sibuk belajar, mereka harus ikhlas makan mie instan tiap hari sebab tidak ada yang bisa masak kecuali Lya. Kadang pula mereka akan membeli makanan di luar karena bosan makan mie terus.

Lya jadi mendengus sebal mendengar sindiran Ken. Tangannya terulur menjitak kepala Ken membuat adiknya itu mengadu.

"Makanya belajar masak. Biar gak nunggu teteh masakin. Enak kan tuh berasa anak kost."

Keempatnya hanya bisa meringis menanggapi.

"Yaudah kan sekarang udah gak makan mie lagi, kita makan enak buat syukuran Lya yang bisa jawab lancar, semoga aja Lya lolos."

Semuanya langsung mengamini ucapan bijak Satya.

***

Pesanan sudah datang.

Sepiring nasi bakar untuk Lya, sepiring ayam bakar lengkap dengan nasi untuk Ken, nasi goreng spesial untuk Nevan, semangkok sop buntut untuk Satya, dan ayam katsu untuk Adel. Serta mereka memilih es jeruk untuk minumnya karena cuaca cukup terik siang ini.

Semua melahap makanannya dengan tenang, tidak ada pembicaraan selama makan berlangsung. Karena kelimanya sama-sama lapar, perut mereka meraung ingin segera mendapat asupan secepatnya.

Satya lebih dulu menyelesaikan makannya, disusul Ken, Adel, Nevan, dan terakhir Lya.

"Eh iya, ini kan masih jam sekolah, kok kalian bisa pulang?" tanya Lya  baru menyadari sekarang masih jam 2, seharusnya mereka baru bisa pulang saat jam setengah 4.

AURIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang