7. Sesuatu

8.3K 506 1
                                    

Semua peserta didik baru sudah berbaris rapi di tengah lapangan, melaksanakan apel pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Pembina apel tengah berpidato di depan, membuat beberapa atau bahkan semua peserta mengeluh pegal dan kepanasan.

Begitu pula dengan Adel, gadis berkulit putih itu nampak gusar mengipasi mukanya yang memerah akibat kepanasan. Dalam hatinya mendumel, mengumpati Nevan yang dengan teganya menjemur mereka di atas terik matahari.

"Tsk, gue benci yang namanya panas-panasan. Kenapa lama banget apel pembukaannya?! Bisa-bisa gue mati kepanasan disini, mana gak dibolehin bawa topi, maksudnya apaan coba." mulut kecil Adel terus saja menggerutu dan mencebik.

Aksa yang berdiri di sampingnya menoleh, memutar bola matanya malas.

"Cewek lemah." gumamnya mengalihkan pandangan ke kelas lain.

Adel memicing, memandang Aksa penuh intimidasi. "Ngomong apa lo barusan?"

Aksa menoleh, ia mengedikkan bahunya. "Gak ada. Telinga lo aja kali bermasalah."

Adel mencibir, memandang Aksa dengan mata menyipitnya, kebiasaan Adel saat menatap tajam seseorang.

Merasa terus diperhatikan, Aksa kembali menoleh. Ia menaikkan sebelah alisnya membalas tatapan Adel. "Apa?"

"Lo..." sejenak Adel menghembuskan napas lelah. "Bisa maju baris depan gue?? Sumpah Sa, mataharinya nyengat banget. Mata gue perih," ekspresi Adel yang tadinya sinis berubah memohon. Aksa melongo sejenak, dia juga baru sadar kalau dari tadi mata Adel memerah dan berair.

Entah dorongan apa yang membuat Aksa mengangguk setuju. Ia menepuk pemuda di depan Adel yang memang lebih pendek darinya, meminta berpindah tempat. Pemuda itu menurut dan bertukar tempat.

Adel tersenyum begitu matahari tak terlalu mengenai matanya karena terhalau tingginya Aksa. "Makasih Sa."

Aksa mengangguk pelan seraya tersenyum singkat.

***

Kelas XII IPS 1 yang tadinya ramai seketika hening ketika seorang guru memasuki kelas mereka. Dengan gaya anggunnya, wanita itu berdiri di depan kelas menatap satu persatu muridnya.

"Selamat pagi semua!"

"Pagi!"

"Hari ini kelas XII IPS 1 kedatangan siswa baru. Semua tenang, tidak usah ribut." wanita bernama Rusti itu menoleh ke arah pintu yang terbuka, mengisyaratkan seseorang itu untuk masuk.

Para kaum hawa di kelas itu langsung dibuat terkesima melihat cowok itu. Cowok tampan yang sekarang tengah berdiri di depan kelas.

Mengulas senyum manis, cowok itu memperkenalkan diri. "Selamat pagi semuanya. Salam kenal, gue Mervin Narendra. Gue pindahan dari luar negri. Semoga kalian bisa menerima gue dengan baik."

"Salam kenal, Mervin." celetuk Windy di tengah keheningan. Semua pasang mata beralih kearahnya, terutama Bu Rusti yang memberikan tatapan tajam.

Windy meringis dan menutup mulut, tangan kanannya mengacungkan jari telunjuk dan tengah tanda permintaan maaf. Setelah itu semua kembali memusatkan perhatian pada Mervin.

"Mervin, kamu bisa tempati bangku kosong di belakang Satya. Satya, tolong bantu temanmu beradaptasi, karena kamu yang akan menjadi ketua kelas di tahun ini. Terimakasih." ucap Bu Rusti yang langsung pergi meninggalkan kelas.

Seketika kelas riuh dipenuhi tepuk tangan, menyoraki Satya yang lagi-lagi dipilih sebagai ketua kelas. Satya hanya bisa menghela napas pasrah, lagi-lagi harus bertanggung jawab di kelas yang lumayan berisik ini.

Mervin sendiri melangkah ke tempat yang Bu Rusti katakan tadi. Ia berkenalan dengan Galang, teman sebangkunya. Kemudian Mervin menepuk bahu siswa di depannya, mengulurkan tangannya ketika pemuda itu menoleh.

"Salam kenal, Satya. Gue Mervin." ucap cowok berwajah tampan itu seraya tersenyum miring.

Satya balas menjabat tangannya ikut tersenyum. "Salam kenal. Semoga lo senang dan nyaman bergabung di kelas ini."

Mervin mengangguk membenarkan. "Tentu, gue senang bisa ada disini. Apalagi sekelas dengan lo adalah suatu kebanggaan buat diri gue."

Satya tersenyum kecil. Entah apa yang mengganggu dipikirannya, Satya merasa sesuatu hal buruk akan terjadi nanti.

Satya dengan cepat menggeleng, menyingkirkan pikiran anehnya dan kembali menghadap depan.

Mervin yang memperhatikan itu kembali tersenyum miring, lalu mengeluarkan ponsel dan mulai bermain game.

***

Double update gak nih???

Jangan lupa vote dan komen yaa:)

AURIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang