Hari perkemahan.
Semua angkatan kelas 10 dan 11 sudah berada di sekolah dan bersiap untuk berangkat ke tempat perkemahan.
Panitia membebaskan peserta untuk memilih bus mana yang mereka inginkan dan tempat duduknya. Adel, Lya, Ken dan Nevan memilih bus 1. Dengan Adel duduk bersama Lya, dan Ken bersama Nevan.
Sedangkan Satya? Dia memilih berangkat lebih dulu menggunakan mobil bersama Faldi.
Di perjalanan, semua berlangsung tenang. Tidak ada celotehan tak berguna Adel karena gadis itu nampak tidur pulas bersandar di pundak Lya.
Ken pun sama, yang biasanya mengganggu sepupunya dimana pun dan kapan pun, terlihat anteng dengan headphone terpasang di kedua telinganya dan kedua mata terpejam.
Kali ini, Lya dan Nevan dapat bernapas lega tanpa terganggu kericuhan kedua saudara itu.
Sampainya di tempat tujuan, rombongan diarahkan menuju bumi perkemahan yang tak jauh dari tempat pemberhentian bus.
Begitu sampai, Adel yang dari awal paling semangat berkemah tak kuasa menahan senyum sumringah.
Semua seperti dugaannya. Sebuah bumi perkemahan dengan tanah yang lapang, sejuk, banyak pepohonan di sekitar perkemahan dan fasilitas kamar mandi yang memadai di ujung buper*.
Sesuai interupsi dari panitia, peserta kemah dapat langsung mendirikan tenda di petak yang telah disediakan dengan seutas tali sebagai pembatas antara tenda satu dengan yang lain.
Antara tenda putra dan tenda putri pun dibedakan. Tanah lapang di buper ini dibagi menjadi 3 bagian, bagian paling kiri untuk tenda putri, paling kanan untuk tenda putra, sedangkan tengahnya untuk jalan dan tenda untuk panitia.
Ketika peluit dibunyikan, semua pun berhambur. Menuju tempat dan kelompok masing-masing, memulai mendirikan tenda.
Ken menuju ke kelompoknya di lapangan khusus putra, dan Adel ke kelompoknya di lapangan khusus putri. Sementara Lya, Satya, dan Nevan menuju tenda panitia.
Adel membantu memegangi tongkat, karena dia sendiri tak mengerti cara mendirikan tenda. Hanya diam menuruti apa saja perintah ketua sanggahnya.
"Dah selesai!"
Vira menghembuskan napas lega, melihat tenda hijau itu sudah berdiri kokoh. Semua anggota sanggah bersorak senang, begitu pula Adel yang langsung bersila di atas tanah.
Cukup lelah ternyata mendirikan tenda. Butuh kekuatan ekstra untuk mengencangkan tali pada tongkat dan ketepatan agar tenda tidak mudah roboh.
8 cewek itu pun memasukkan barang-barang ke dalam tenda dan beristirahat. Menikmati bekal masing-masing sambil berbincang seru.
***
Matahari mulai terbenam. Pemandangan di bumi perkemahan ini semakin terlihat indah. Hawa dingin pun mulai menghampiri, membuat seluruh peserta maupun panitia mengenakan jaket tebal.
Pada jam 7 malam, seluruh peserta dibariskan di lapangan. Elvian, si Ketua pelaksana memberikan arahan mengenai rute penjelajahan yang akan dilaksanakan.
"Perhatian untuk semuanya. Sebentar lagi kalian akan melaksanakan penjelajahan. Pada rute penjelajahan nanti, akan ada petunjuk arah di setiap belokan dan pos-pos. Kalian diharuskan menjalankan perintah dan petunjuk di setiap pos."
Reisya yang berdiri di samping Elvian maju 2 langkah. Membacakan rute penjelajahan dan pembagian kelompok.
Untuk kelompok penjelajahan terdapat 4 anak, 2 cowok dan 2 cewek. Adel satu kelompok dengan Aksa, ditambah 2 teman satu kelas mereka, Vira dan Nico.
Semua berhambur menuju kelompok masing-masing setelah pengumuman selesai. Berbaris sesuai urutan.
"Semua perlengkapan udah kalian bawa kan?" tanya Vira, si ketua kelompok.
Ketiganya mengangguk bersamaan.
"Oke."
Giliran kelompok mereka memasuki hutan tempat penjelajahan. Setiap kelompok memang diberi jarak dalam memulai perjalanan.
"Disini ada 4 pos, di buat acak, gak urut sejalur perjalanan. Jadi ada banyak jalan untuk setiap masing-masing pos." ucap Vira sembari memperhatikan kertas petunjuk ditangannya.
Adel mengangguk-angguk. "Jadi kita harus cepet-cepetan selesain setiap pos? Ada petunjuk lagi gak?" gadis itu mendekat, ikut membaca isi kertas.
Adel mengernyit kecil. "Disini gak ada persyaratan seluruh anggota kelompok harus lengkap di setiap pos, kan? Jadi kita bisa mencar." usulnya yang langsung disambut gelengan cepat dari Vira.
"Kita harus bareng-bareng terus. Kalo ada diantara kita ada yang nyasar? Ini bukan wilayah kita, apalagi gelap. Pokoknya jangan deh." tolaknya.
Nico yang sedari tadi diam bersama Aksa di belakang membuka suara. "Menurut gue bener kata Adel sih. Lebih cepet lebih baik, hadiahnya lumayan. Lagian kita gak harus mencar satu-satu, kan bisa berpasangan. Kayak gue sama Vira. Ya kan, Ra?" cowok itu menaik-turunkan alisnya menggoda Vira yang justru membuang muka cuek.
"Tumben otak lo jalan, Co." ceplos Adel dengan santainya. Gemas, Nico maju menoyor kepala Adel dengan dongkolnya.
Adel tertawa, lalu beralih menatap Aksa yang dari tadi tidak mengeluarkan suara, hanya berjalan tenang sambil mendengarkan.
"Menurut lo gimana, Sa? Ide bagus kan?"
Aksa sebelah alisnya terangkat menatap Adel, kemudian mengangguk kecil. "Asal gue mencarnya bareng sama lo."
Adel menaikkan kedua alisnya merespon. Sementara Nico malah sibuk menggoda Aksa yang bahkan tak menghiraukannya.
"Gas terus, Saa.. Ahay," tangan Nico dengan usil menoel pipi Aksa, membuat pemuda itu mendelik tajam.
Berusaha tak peduli, Adel menatap Vira. Menunggu jawaban cewek jangkung itu.
Vira menghela napas, mau tak mau mengangguk setuju. "Oke. Kita mencar. Gue sama Nico ke pos 1 dan 2 dan Adel sama Aksa ke pos 3 dan 4. Inget, jangan sampai pisah sama pasangannya."
Vira memotret kertas petunjuk di tangannya dan mengirim foto itu ke Adel. "Del, udah gue send ke hp lo."
Adel mengangguk. Ia melambaikan tangannya kepada Vira dan Nico, dan kedua pasangan itu berpisah dijalan yang bercabang.
***
Udah mulai nih yaa wkwk.
Don't forget to vote and comment;)
![](https://img.wattpad.com/cover/165702722-288-k636721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA
Teen FictionMungkin Adel termasuk gadis beruntung di dunia ini, memiliki keempat sepupu yang begitu menyayanginya. Satu sekolah menyebut mereka, Auriga. Setiap keinginan selalu Adel dapatkan dengan mudahnya, namun ada satu yang sulit Adel wujudkan, kasih sayan...