Jam istirahat berbunyi.
Satya segera merapikan buku pelajarannya yang berserakan di atas bangku, bergegas menuju kantin. Ia baru saja mendapat pesan dari grup chat, ajakan berkumpul di kantin untuk makan siang bersama.
'Auriga Fams👑'
Lya: kumpul di kantin bawah ya. Makan bareng
Ken: kesian jomblo^ ke kantin yang diajak sodara
Adel: kurang berkaca dia^^
Ken: cot.
Nevan: teh lya mau traktir?
Ken: nah kalo itu mantep teh. Langsung semangat gue
Adel: jomblo taunya gratisan mulu, kesian^
Ken: diem deh Ru_-
Adel: gak suka diem.
Satya: berisik, langsung kumpul
Nevan: si pawang akhirnya dateng
Lya: wkwk, okee jangan sampe ada yang molor
Begitu selesai membereskan, Satya beranjak keluar kelas. Faldi yang melihat itu mengekor dan menyamakan langkahnya di samping Satya.
"Ngantin lo?" tanya Faldi.
Satya mengangguk. "Sama Auriga. Bareng?"
"Iya dong. Traktir ya." Faldi menunjukkan cengirannya.
"Bacot." balas Satya datar.
Mereka sampai di kantin, menemukan Lya, Ken, dan Nevan di meja dekat jendela. Segera keduanya mendekat.
"Ru mana?" tanya Satya heran tak melihat gadis petakilan itu, padahal biasanya Adel lah yang selalu aktif bila ada kumpul-kumpul begini.
Satya mengambil tempat di sebelah kanan Nevan, sebelah kiri Nevan ada Ken yang sibuk dengan bermain ponselnya. Sedangkan Faldi memilih duduk di sebelah Lya, berhadapan dengan Satya.
"Gak tau. Mungkin masih ada jam." jawab Lya seraya mengedikkan bahunya. Bertepatan dengan itu Adel datang bersama Aksa. Gadis itu duduk di sebelah Lya, dan Aksa mengambil kursi ikut bergabung di sebelah Adel.
Adel mendengus sebal memperhatikan Aksa yang sedari tadi mengikutinya. "Lu ngintil mulu sih, Sa. Gak ada temen dasar."
Aksa menaikkan alisnya tak acuh. "Ini perintah abang lo."
Adel pun menoleh menatap Satya, dengan entengnya Satya mengangguk. "Gak usah bantah."
Adel kembali mendengus sembari memutar bola mata. Seperti inilah kelakuan Satya kalau mengeluarkan jurus protektifnya.
Lya berdiri, menepuk bahu Faldi untuk memberinya jalan karena ingin memesan makanan. "Pesen kayak biasa ya."
Keempat Auriga mengangguk serempak.
"Aksa pesen apa?"
"Samain aja, teh."
Adel mendelik kecil melirik Aksa yang memasang muka tenang. "Sok akrab banget panggil teteh." cibirnya.
Aksa mendengus, mengusap muka Adel gemas. Dari tadi disinisin mulu kan lama-lama kesal juga.
Lya menggeleng maklum, lalu beralih ke Faldi. "Lo apa, Fal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA
Teen FictionMungkin Adel termasuk gadis beruntung di dunia ini, memiliki keempat sepupu yang begitu menyayanginya. Satu sekolah menyebut mereka, Auriga. Setiap keinginan selalu Adel dapatkan dengan mudahnya, namun ada satu yang sulit Adel wujudkan, kasih sayan...