Sekolah dipulangkan lebih awal, dengan semangatnya Shelia segera keluar kelas dan berjalan menuju parkiran mobil. Membawa mobilnya keluar sekolah menuju rumah sakit. Ya, Shelia akan menjenguk Ken sekaligus mau menemani cowok itu. Sebagai bentuk balas budinya karena kebaikan Ken telah melindunginya dari ancaman itu.
Sebelumnya, Shelia mampir ke restoran untuk membelikan makanan kesukaan Ken. Ayam bakar kecap.
Shelia segera memarkirkan mobilnya. Keluar membawa makanan dan menuju kamar rawat Ken.
Sesampainya di depan kamar rawat Ken, Shelia pun mengetuk pintu. Tak berapa lama pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan hijab yang melekat cantik di kepalanya tengah tersenyum lembut menyambut Shelia.
"Temannya Ken ya? Ayo silahkan masuk." Shelia mengangguk kecil dan menyalami mama Ken.
"Nama kamu siapa?"
"Shelia tante." Shelia pun mengikuti mama Ken memasuki ruang rawat lebih dalam. Menoleh ke tempat tidur, Shelia mendapati Ken yang terlelap. Dalam keadaan tidur begini, Ken terlihat lebih tampan dari biasanya.
Eh, apa yang Shelia pikirkan barusan? Gadis berparas cantik itu menggeleng kecil.
"Dia tidur setelah sarapan tadi, cukup lama. Ini juga waktunya dia bangun untuk makan siang. Tapi dari tadi dibangunin tetep gak bisa." tutur wanita cantik itu. Mama Ken --yang mana juga mama Lya-- berdiri di samping kiri tempat tidur Ken, sedangkan Shelia di sisi sebaliknya.
"Ken, bangun nak ini ada teman kamu nih. Ayo, waktunya makan siang juga." Riana menepuk pelan pipi Ken mencoba membangunkan anak laki-lakinya lagi.
Ken bergerak kecil, menaruh tangan kirinya di kening masih dengan mata terpejam. "Sebentar lagi, ma." gumamnya lirih.
"Ish ayo, bangun Ken." Riana mencubit pelan pipi Ken, membuat pemuda itu terusik. Shelia hanya terkekeh memperhatikan itu.
Mendengar kekehan itu, Ken langsung menurunkan tangannya dan membuka mata lebar. Memandang Shelia terkejut. "Sejak kapan lo disini?!"
Shelia kembali terkekeh geli. "Sejak lo merengek gak mau bangun."
Ken melotot kemudian menggeleng. "Gue gak merengek!" elak Ken.
"Iya, lo merengek Ken."
Ken beralih menoleh ke Riana yang tersenyum geli menyaksikan perdebatan kecil dua remaja itu. "Boong kan ma?"
"Bener kok." mamanya itu mengangguk tenang.
Ken jadi terdiam kembali memejamkan mata, merutuki dirinya yang tidak segera bangun tadi.
Shelia kembali terkekeh. "Gak usah malu, Ken. Sama gue ini kok."
Ken meliriknya kemudian mendengus seraya membuang muka. Tetap saja Ken malu, image cool nya luntur di hadapan gadis yang disukainya.
Eh, apa Ken baru saja mengakui perasaannya? Ah, sakit membuatnya tidak bisa mengendalikan diri.
Riana mengusap lembut kepala Ken. Salah satu perlakuan yang paling Ken sukai. "Mama mau beli makan dulu ya? Kamu gak suka makanan rumah sakit kan?"
Ken hanya bisa mengangguk pasrah.
"Mm, tante. Ini tadi saya beliin makan buat Ken." Shelia sampai lupa tidak memberikan buah tangannya pada mama Ken.
Riana menerimanya dan membuka kotak itu. "Wah, rupanya Shelia tau makanan kesukaan Ken."
Ken hanya bisa menghela napas. Kenapa dari kemarin semua orang gencar sekali menggodanya? Apa akan terlihat seaneh itu bila Ken menyukai seseorang?

KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA
Teen FictionMungkin Adel termasuk gadis beruntung di dunia ini, memiliki keempat sepupu yang begitu menyayanginya. Satu sekolah menyebut mereka, Auriga. Setiap keinginan selalu Adel dapatkan dengan mudahnya, namun ada satu yang sulit Adel wujudkan, kasih sayan...