Shelia menutup wajah dengan telapak tangan, berupaya menahan tangisnya agar tidak kembali tumpah. Dokter bilang, Ken harus segera dioperasi sebab benturan itu memang cukup keras, mengakibatkan tulang lengan atasnya patah. Shelia tidak dapat membayangkan sakit yang Ken rasakan saat ini.
Tak berapa lama, keempat Auriga datang dan menghampiri Shelia yang duduk lemas di kursi tunggu depan ruangan tempat Ken ditangani. Raut cemas begitu kentara di wajah mereka.
"Gimana keadaan Ken?" tanya Satya langsung.
Shelia mendongak. "Mending lo langsung ke ruangan dokter sekarang. Beliau udah nunggu." Satya mengangguk dan segera ke ruangan dokter.
Sembari menunggu, Lya duduk di samping kanan Shelia, Adel di samping kiri Shelia dan Nevan di sisi kiri Adel.
"Kejadiannya gimana? Kok dia bisa sampai jatoh?" ujar Lya khawatir, tangannya menggenggam tali tas erat. Ia begitu mencemaskan adik bungsunya itu.
Shelia menggeleng pelan. "Gue gak tau apa penyebab kejadiannya. Gue nemuin Ken udah kesakitan di lapangan basket indoor. Tadinya gue mau nemenin dia kesana, tapi Ken malah bentak gue nyuruh gue pergi. Akhirnya gue nunggu dia di kelas." nada bicara Shelia melirih. Ia begitu menyesal, terlalu terbawa perasaan hingga lupa memikirkan Ken yang bisa saja mendapat bahaya seperti sekarang.
Untuk kali ini Adel kalem, diam saja mendengarkan penjelasan Shelia. Ia tengah memikirkan apa penyebabnya hingga Ken celaka seperti ini. Dan sebuah petunjuk terlintas di otak cerdiknya.
"Kak Shelia ada bawa hp nya kak Ken?"
"Ini." Adel menyambut uluran tangan Shelia dan mengambil alih ponsel Ken. Dengan gampangnya gadis berkuncir kuda itu membuka ponsel Ken yang di password. Nevan yang penasaran ikut melihat, kepalanya ia sandarkan di bahu kiri Adel, gadis itu sendiri diam saja tak terganggu.
Jari Adel bergerak membuka kotak pesan. Menekan sebuah pesan teratas. Yang menampilkan sebuah foto serta kalimat tantangan dari nomor tidak dikenal.
Adel menyipitkan matanya mencoba mencermati maksud dari pesan itu. Begitu paham, ia sontak terkekeh, lalu menjadi tertawa. Sementara Nevan menegakkan tubuhnya, memutar bola mata jengah melihat Adel yang mulai menyebalkan.
Ternyata Ken sedang diperbudak oleh cinta. Jadi, siapa yang katanya tidak mau menaruh rasa pada Shelia? Ingin rasanya Adel masuk kamar rawat Ken dan mengejek pemuda itu sepuasnya.
Lya memajukan tubuh, mengernyit heran memperhatikan tingkah aneh Adel. Tapi bukan Adel namanya kalau sehari saja tidak aneh.
"Kak Shelia jangan lupa kasih gue PJ ya entar kalo udah resmi." ujar Adel tiba-tiba membuat Shelia menoleh padanya. Lihat kan, Adel akan tetap menjadi Adel bagaimana pun situasinya.
"Maksudnya?" kedua gadis itu memandang Adel bingung.
"Pajak jadian, nanti gue suruh kak Ken buat cepet-cepet nembak kak Shelia deh, biar PJ nya juga turun cepet." Gadis manis itu meringis. Lain halnya dengan Lya yang semakin dibuat bingung, Shelia justru tertunduk malu, semburat merah terlihat di kedua pipinya sekarang.
"Ada yang coba cari perkara ke calon ehemnya Ken. Ya jelas Ken gak bisa tinggal diam." jelas Nevan. Ia memberikan ponsel Ken ke Lya untuk lebih jelasnya.
"Cieee kak Shel blushing, ciee."
Usil, Adel menoel pipi Shel semakin gencar untuk menggoda Shelia. Mungkin bila Ken ada disini, pemuda itu akan jingkrak-jingkrak kesenangan melihat Shelia tersipu karenanya.
"Ih kurang kerjaan banget nih orang. Tapi bener yang difoto ini lo, Shel?" Lya menunjukkan foto itu ke Shelia. Gadis itu sontak membelalak dan menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA
Teen FictionMungkin Adel termasuk gadis beruntung di dunia ini, memiliki keempat sepupu yang begitu menyayanginya. Satu sekolah menyebut mereka, Auriga. Setiap keinginan selalu Adel dapatkan dengan mudahnya, namun ada satu yang sulit Adel wujudkan, kasih sayan...