2. BERTEMU DI SURGA MADAKARIPURA

18.8K 828 2
                                    

Setelah berjuang begitu berat, akhirnya mereka semua tiba di mana air terjun Madakaripura berada. Rasa penat Sayyidah dan kawan-kawan terbayarkan oleh eksotisme air terjun yang bergemericik indah menghiasi tebing yang tinggi. Sayyidah terpaku. Walau bukan pertama kalinya dia melihat air terjun, tapi tetap saja keelokan air terjun Madakaripura membuatnya termangu kagum. Ia sadar Allah-lah yang menciptakan semua yang ada di dunia ini. Termasuk Air Terjun Madakaripura yang sangat elok.

"Masya Allah! Indahnya air terjun ini. Segala pujiku hanya bagiMu, Ya Allah" puji Sayyidah pada Tuhannya.

Lalu Sayyidah menghayal surga. Dalam pikirannya, surga tampak seperti Air Terjun Madakaripura, tapi lengkap dengan sebuah istana megah di bawahnya. Setiap hari menghirup udara segar tanpa polusi. Hidup sejahtera tanpa adanya keegoisan manusiawi.

"Gawat!" ujar Aldi cemas.

Lamunan Sayyidah terpecah. Hayalan indahnya hilang begitu saja ketika Aldi bersuara cemas.

"Ada apa, Di?" Sayyidah penasaran.

"Kata Pak Warsito, si klien itu datangnya sore nanti. Jadi kita harus menunggu."

"Ya sudahlah. Tidak perlu dipikirkan."

Rita tidak mempedulikan apa yang dibicarakan teman-temannya. Ia malah duduk di atas batu besar dan asyik bermain game di handphonenya.

-----00-----

Sayyidah meninggikan celananya hingga di bawah lutut. Lalu ia meninggikan lengan baju panjangnya hingga ke siku. Iapun segera mengambil air wudhu dari sungai. Dimulai dari berkumur, membasuh wajah, kedua tangan, sebagian rambut depan, kedua telinga, dan terakhir ia membasuh kedua kaki. Semua basuhan dilakukan sebanyak tiga kali.

Setelah selesai wudhu, Sayyidah pun menurunkan kembali celana dan lengan bajunya. Kemudian ia menggelar sajadah yang ia hadapkan ke arah kiblat. Lalu ia memakai mukena putih bersih yang biasa ia bawa ketika dalam perjalanan panjang seperti ini. Sayyidah mengawali shalatnya dengan niat shalat dzuhur. Berpasrah diri hanya kepada Allah dengan penuh kekhusu'an.

"Allahu Akbar." Sayyidah memulai shalatnya.

Sekitar tujuh menit berlalu. Shalat Sayyidahpun selesai di dua salam. Lalu Sayyidah membaca beberapa do'a dengan mengangkat kedua tangannya. Do'a ia tujukan pada kedua orang tuanya.

Rita sudah berwudhu. Ia menunggu Sayyidah selesai berdo'a, untuk meminjam mukena karena ia tidak pernah membawa mukena kemana-mana dengan alasan berat di punggung.Tak berapa lama kemudian, Sayyidah selesai. Lalu ia pun melepaskan mukenanya dan meminjamkan mukena itu pada Rita.

-----00-----

Sore datang menjemput. Mega merah sudah merambah menghiasi langit. Burung-burung pun sudah berterbangan kembali ke sarang mereka. Sementara si klien itu belum datang juga.

Sayyidah dan kawan-kawan agak kesal dengan klien yang tidak menghargai waktu ini. Akhirnya, Sayyidah dan kawan-kawan memutuskan untuk mengerjakan shalat asar terlebih dahulu agar rasa kekesalan mereka hilang karena kesucian shalat.

Dua jam sudah berlalu. Matahari mulai menghilang dari pandangan dan tergantikan oleh sinar rembulan yang remang-remang. Seketika mata Sayyidah dan kawan-kawan menjadi gelap. Aldi pun mengeluarkan sebuah senter dari ranselnya untuk membimbing jalan di malam yang gelap gulita seperti ini.

"Benar-benar keterlaluan tu klien!" Rita sangat emosi.

"Sabar, mungkin ini adalah sebuah ujian untuk menguji kesabaran kita," kata Sayyidah sambil memegang pundak kiri Rita.

"Sayyidah benar! Kita harus sabar. Kalau tidak ada klien, kita makan apa dong?!" tambah Aldi.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka. Melangkahkan kaki di tengah malam yang dingin mencoba mencari tempat berteduh.

Malam semakin pekat. Gemuruh suara burung hantu mulai menyergap. Rumah-rumah warga yang sederhana terlihat dari pandangan mata mereka yang remang-remang karena hanya penerangan sinar bulan yang mereka andalkan. Mereka pun memutuskan untuk menginap di rumah warga.

-----00-----

Pagi menyikirkan malam. Burung-burung kecil kembali berterbangan ke atas awan. Menggapai langit biru yang terwarnai sedikit warna orange saat fajar menjelma di langit gunung Bromo. Sayyidah, Rita, dan Aldi pun kembali ke air terjun sesuai dengan permintaan klien.

Sesampainya di air terjun, mereka melihat puluhan orang yang lalu lalang di bawah Air Terjun Madakaripura. Yang terbesit dalam benak mereka, mungkin orang-orang itu adalah turis. Mereka penasaran dan terus melangkah mendekat ke salah seorang untuk bertanya.

"Permisi, anda ini rombongan dari mana?" tanya Rita pada salah seorang wanita berjilbab merah muda yang tengah melamun di atas bebatuan sungai.

"Kami ini rombongan dari tim penata rias pre wedding Pak Reyfan," jawab wanita itu setelah menghilangkan lamunannya.

"Kalau sayadari tim fotografer," ujar Rita sambil tersenyum. "Em, apa pengantinnya masih lama?"

😊😊😊😊😊😊😊
Jangan lupa vote dan komen buat penyemangat author hehe
Sabtu, 12 Januari 2019

😊😊😊😊😊😊😊Jangan lupa vote dan komen buat penyemangat author heheSabtu, 12 Januari 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang