64. PERMINTAAN YANG TERAKHIR (END)

15.1K 497 76
                                    

TAMAT

Mencintainya melalui Allah atau melaluinya kita mencintai Allah?

Lagi-lagi Reyfan memasuki kamar Aisyah tanpa sepengetahuan Muhammad. Entah bagaimana hatinya selalu lara setiap kali melihat bidadari yang dicintainya tak sadarkan diri di atas ranjang pasien itu. Air matanya pun kembali menetes ke pipi Aisyah dan lagi-lagi air mata itu membangunkan Aisyah dari tidur lelapnya.

"Mas Muhammad?" sapa Aisyah yang tidak tahu kalau pria yang berdiri di hadapannya adalah Reyfan. Matanya tidak bisa melihat dengan jelas. Semuanya terlihat samar.

"Bukan. Ini aku, Reyfan," ujar Reyfan lembut sambil mengusap air matanya.

"Mas Reyfan? Kenapa kamu datang ke sini lagi?"

"Aku hanya ingin menemuimu karena aku tidak tahu kapan akan melihatmu untuk yang terakhir kalinya."

"Mas...." Kata Aisyah tercekat.

"Ya?"

"Apa aku boleh meminta sesuatu lagi darimu?"

"Apapun itu, katakan!"

"Mas, aku ingin......" Aisyah terhenti, napasnya sesak, tubuhnya semakin lemas.

"Kau tidak harus mengatakannya sekarang, Aisyah."

Aisyah menggeleng ringan, kedua kelopak matanya terasa berat tapi ia tahan. "Aku ingin.....kamu menikahi Sayyidah, Mas. Dan....menjaganya untukku."

Mata Reyfan terbelalak lebar ketika mendengar permintaan Aisyah. Ia menggeleng tak percaya. "Bagaimana bisa kau meminta permintaan sekejam itu padaku, Aisyah?! Kau tahu sendiri bahwa aku hanya mencintaimu seorang. Bagaimana mungkin aku menikahi wanita yang sama sekali tidak aku cintai?"

"Iya. Aku tahu aku sangat kejam padamu. Aku tidak pernah memikirkan perasaanmu. Yang aku pikirkan hanya keluargaku. Tapi.....apakah aku salah?"

"Iya! Kamu salah! Kamu salah mutlak!" bentak Reyfan. "Bagaimana bisa kau meninggalkanku begitu saja saat aku pergi? Bagaimana bisa kau melepaskanku semudah itu? Apa kau tahu bagaimana aku menjalani hidupku selama ini tanpa dirimu?"

Hati Aisyah perih mendengar keluhan Reyfan. Dadanya semakin sesak dan air mata pun mengalir dari sudut matanya.

"Aku seperti orang gila!" tambah Reyfan. "Kuhabiskan sepanjang siang untuk bekerja dan kuhabiskan sepanjang malam meneguk beberapa botol minuman haram. Semua itu kulakukan agar aku bisa melupakanmu. Tapi kenyataannya....aku tidak bisa!"

"Maaf. Maafkan aku karena telah banyak menyakitimu, Mas. Aku tahu aku egois. Aku bahkan tidak tahu kalau kamu begitu terluka."

"Aisyah?"

"Ya?"

"Kau tidak perlu meminta maaf karena apapun yang kamu lakukan padaku, aku pasti akan memaafkanmu."

Mendengar hal itu, Aisyah semakin merasa bersalah pada Reyfan. Air mata yang keluar dari sudut matanya semakin deras hingga membasah batal putih tempat ia meletakkan mahkotanya.

Reyfan mengangguk. "Baiklah. Aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi sebelum itu, kau harus menjawab satu pertanyaanku."

Aisyah terdiam, bibirnya sulit untuk berucap, napasnya semakin sesak, sulit sekali baginya untuk menimpali perkataan Reyfan. Ia hanya bisa menganggukkan kepala dengan sangat pelan.

"Aisyah....." Reyfan berhenti sejenak. "Apa kau pernah mencintaiku?"

Dada Aisyah terasa semakin sesak setelah mendengar pertanyaan itu. Perih! Perih sekali! Bagaimana mungkin Aisyah menjawab pertanyaan semacam itu? Ya! Aisyah benar-benar ingin menjawab iya. Tapi ia tidak bisa mengatakan hal itu di saat-saat terakhirnya. Ia tidak ingin memberikan harapan palsu.

"Maaf. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, Mas," jawab Aisyah dengan sekuat tenaga.

"Baiklah kalau kau tidak bisa menjawab pertanyaanku tak apa. Aku tidak akan memaksamu. Aku akan mengganti pertanyaannya," ucap Reyfan lalu menghela napas. "Kenapa kau meminta permintaanmu yang pertama? Bukankah kau bisa saja membiarkanku tetap gila seperti dulu?"

Aisyah tidak bisa menahannya lagi. Perasaannya yang tersimpan bertahun-tahun silam sudah sangat menyiksanya. Ia ingin mengatakan segalanya. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya juga memiliki perasaan yang sama. Perasaan yang tak semestinya ada. "Karena aku ingin......bertemu denganmu lagi."

Mata Reyfan membulat, ia masih tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Reyfan mematung di tempatnya berdiri sambil memandangi wajah pucat Aisyah.

"Aku ingin bertemu denganmu di surga. Mungkin kita tidak bisa bertemu sebagai suami istri. Tapi setidaknya....kita bisa bertemu sebagai saudara sesama muslim. Apa itu menjawab semua pertanyaannmu?"

Tangan Reyfan melemas. Ia mengerti apa maksud dari jawaban Aisyah. Ternyata Aisyah selama ini menyimpan perasaan yang sama dengan dirinya. Lalu ia pun tersenyum pada Aisyah. Selamanya, Reyfan akan menganggap Aisyah sebagai anugerah terindah yang pernah singgah.

***

Tak terasa sudah dua tahun sejak kepergian Aisyah ke Rahmatullah. Rumput-rumput nakal lagi-lagi mulai tumbuh menghijau di atas makam Aisyah. Setelah mencabuti rerumputan yang mengakar itu, mereka melantunkan ayat suci Al-Qur'an berharap ayat-ayat tersebut dapat sampai pada Aisyah dan menjadi penerang di alam sana. Setelah selesai, mereka menaburkan berbagai macam bunga di atas gundukan tanah itu. Mereka kini tampak benar-benar ikhlas.

"Ayo kita pulang, Mi," kata Reyfan pada istrinya.

Sayyidah hanya mengangguk.

😎😎😎😎😎
Rabu, 20 Maret 2019

Alhamdulillah sudah tamat. Terima kasjh untuk para readers yang setia membaca, komen, dan vote.

Baca juga karyaku yang lain yang berjudul :
1. Cewek cetar
2. I am in danger
3. illfeel tapi cinta
4. K-U (Kelas Unggulan)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang