59. BIDADARI YANG MEMUDAR

6.2K 257 4
                                    

Cintailah Allah lebih dari kita mencintai apapun ciptaanNya

"Assalamu'alaikum, Habibati," kata Muhammad memasuki rumah.

Mata Aisyah berkunang-kunang. Samar-samar ia lihat suaminya memasuki rumah. "Wa'alaikum sa..."

Dan...Braaaak! Sebelum dia selesai menjawab salam, dia terjatuh ke atas lantai. Pingsan. Muhammad sangat terkejut melihat istrinya tiba-tiba pingsan seperti itu. Dengan sigap, ia berlari menuju tempat di mana istrinya tergeletak tak sadarkan diri.

"Aisyah, kamu kenapa?" tanyanya panik sambil memeluk tubuh wanita bercadar kain hitam itu. "Aisyah, bangun! Aisyah? Aisyah?"

Mata indah Aisyah masih saja terpejam walaupun sudah berulang kali Muhammad memanggil namanya. Tanpa berpikir panjang, Muhammad langsung menggendong Aisyah keluar rumah, memasukkannya ke dalam mobil, lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di IGD, Instalasi Gawat Darurat, beberapa perawat dan seorang dokter langsung memberikan pertolongan pertama. Muhammad menunggu di lobi. Hatinya terus berkecamuk dengan kekhawatiran. Bidadarinya. Ya! Bidadarinya tiba-tiba saja pingsan tak sadarkan diri. Bagaimana mungkin ia bisa santai? Lama sekali Muhammad menunggu hingga akhirnya dokter yang menangani Aisyah keluar untuk menemuinya.

"Dokter, bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Muhammad cemas. "Dia tidak apa-apa kan, Dok?"

"Maaf, Pak. Kami masih belum mengetahui apa penyebab istri anda pingsan dan sampai saat ini tak sadarkan diri. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut," papar Pak dokter.

"Tolong lakukan yang terbaik, Dok."

Dokter itu mengangguk. "Iya. Pasti."

***

Setelah hasil pemeriksaan lanjutan keluar, seorang perawat meminta Muhammad, selaku wali pasien untuk menemui dokter. Dengan hati yang selalu berdzikir, Muhammad memasuki ruangan. Di sana ada dokter Yadi, dokter yang menangani Aisyah.

"Mari, silahkan duduk!" kata dokter Yadi, ramah.

Muhammad pun duduk sesuai permintaan dokter Yadi. "Dok, bagaimana keadaan istri saya, Dok? Dia tidak apa-apa, kan?"

Ekspresi dokter Yadi sedikit murung. "Hanya untuk memastikan saja. Apakah sebelumnya istri anda sering mimisan?"

"I..iya. Tapi dia selalu menolak setiap kali saya ajak ke rumah sakit. Dia bilang.... Dia hanya kecapea'an dan hanya butuh istirahat."

Dokter Yadi mengangguk pelan. "Apakah gusi istri anda sering berdarah?"

Mata Muhammad melebar. Dalam hatinya bertanya-tanya, bagaimana bisa dokter ini tahu? Ia pun mengangguk, mengiyakan.

"Apakah istri anda berkeringat berlebih saat malam hari?"

Muhammad mengangguk lagi.

"Baiklah. Kalau begitu kita harus melakukan pemeriksaan lanjutan lagi."

"Pemeriksaan apalagi,Dok? Bukankah tadi sudah dilakukan tes darah?"

"Iya. Untuk lebih memastikan, kita harus melakukan biopsi dari sumsum tulang."

"Sebenarnya.... Istri saya sakit apa, Dok?" Muhammad semakin cemas. "Ada apa dengan istri saya, Dok?"

"Eeeem...." Dokter Yadi masih enggan.

"Beri tahu saya, Dok! Saya mohon!"

"Sepertinya, istri anda mengidap leukimia."

Muhammad terperanjat kaget bukan main. Matanya terbelalak lebar, mulutnya menganga, akal sehatnnya masih tak bisa menerima kenyataan yang ada. "Leukimia?" dunianya seakan hancur.

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang