"Kenapa Bapak diam saja?!" tambah Sayyidah semakin memojokkan.
Direktur itu masih terdiam. Ia masih bimbang untuk menjawab pertanyaan Sayyidah. Ia menggeleng pelan. Lalu melihat Sayyidah dengan penuh keseriusan.
"Kamu tidak akan diterima di perusahaan manapun."
Kali ini Sayyidah yang terdiam karena sedikit terkejut mendengar perkataan seseorang yang ada di hadapannya. Matanya membulat tak percaya. Bagaimana bisa Direktur itu mengatakan suatu hal yang tidak masuk akal menurut Sayyidah.
"Sebaiknya, kamu berhenti jadi fotografer selamanya," sambung Direktur itu.
"Kenapa?"
Direktur itu lagi-lagi terdiam. Ia masih memikirkan kata-kata yang pas untuk melanjutkan ungkapan kata yang ingin ia sampaikan pada Sayyidah. ungkapan kata yang mungkin akan membuat Sayyidah bertambah sedih.
"Kenapa?" tanya Sayyidah lagi yang kali ini dengan nada yang agak tinggi.
"Sebenarnya...."
"Sebenarnya apa?" potong Sayyidah.
"Sebenarnya saya tidak menerimamu bukan karena meragukan kualitas pendidikanmu. Tapi..." ucapan Direktur itu terhenti lagi karena kebimbangan yang lagi-lagi mengunci katanya.
"Tapi apa?" Sayyidah semakin penasaran.
"Tapi karena perusahaan kami tidak boleh menerimamu!"
Jawaban Direktur itu semakin membingungkan Sayyidah. Perkataan Direktur itu terlalu berbelit-belit dan tidak langsung pada intinya. Dan semua itu membuat Sayyidah keheran-heranan dalam menafsirkan makna tersembunyi dalam kalimat Direktur itu.
"Maksud Bapak?"
"Sebenarnya, Presdir Reyfan melarang saya untuk menerima lamaran pekerjaan seseorang yang bernama Sayyidah,"
"Tapi kenapa?" tanya Sayyidah emosional.
"Yang saya tahu, Presdir Reyfan biasa melakukan hal ini pada seseorang yang tidak disukainya," jelas Direktur itu.
Sayyidah terdiam sambil menghela napas lalu berdiri dan keluar dari ruangan Direktur itu. Tubuhnya agak lemas. Hanya pandangan kosong yang tergambar di matanya. Semangatnya yang tadinya berkobar, sekarang telah padam begitu saja.
"Aku hanya orang biasa. Dan Presdir Reyfan adalah orang berkuasa. Wajar saja ia melakukan ini padaku. Tega-teganya dia memblokir semua lapangan pekerjaan di bidang fotografi!" pikir Sayyidah.
Sayyidah berjalan lurus ke depan. Keluar dari bangunan lantai tiga itu dengan tanpa sedikitpun semangat. Ia menatap langit yang tadinya mendung, sekarang menjadi terang kembali. Tapi langit terang itu tak sama dengan hati Sayyidah yang suram.
-----00-----
Setelah shalat, Sayyidah segera mengemasi barang-barangnya. Ia memasukkan buku-bukunya, kamera, baju dan semuanya ia kemasi. Ini adalah keputusannya. Di Surabaya, sepertinya tidak ada lagi peluang untuknya mendapatkan pekerjaan.
"Ini keputusan benar! Tidak ada lagi yang aku cari di sini."
Seusai berkemas, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang kecil yang selama ini setia menemani tidurnya sekian lama di Surabaya. Ia melamun. Entah apa yang dipikirkannya saat itu. Tiba-tiba saja mata indahnya berlinang air hingga membasahi kedua pipinya yang lembut.
"Ya Allah, aku akan mencoba tabah dalam menghadapi ujianmu kali ini. Kuatkan hambamu ini, ya Allah"
Setelah puas mengadu kepada Allah, Sayyidah mengusap air matanya. Lalu ia memejamkan mata beberapa saat sambil menghela napas berulang kali mencoba menghilangkan kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romance"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...