46. DI ANTARA DUA HATI SUCI

5.3K 265 6
                                    

Elin pun berlalu pergi. Sedangkan Aisyah masih berdiri di tempatnya untuk menunggu Sayyidah kembali. Namun entah mengapa tiba-tiba Aisyah merasa bosan menunggu. Ia menengok kanan dan kiri, berharap mobil yang ia tunggu segera datang. Tapi malah sebaliknya. Perasaan bosan dalam hatinya pun semakin lama semakin menggunung. Terbesit dalam pikirannya untuk melihat-lihat isi dompet Sayyidah untuk menghilangkan kebosanan.

"Kenapa aku tiba-tiba penasaran dengan isi dompet Sayyidah?" pikir Aisyah.

Tangan Aisyah pun semakin berhasrat untuk membuka dompet itu. Lalu ia kembali menengok ke arah kanan dan kiri, hanya sekedar melihat situasi di sekitarnya. Dompet itu pun terbuka karena jemari Aisyah.

"Astaghfirullahal Adzim!" ucap Aisyah ketika ia melihat isi dompet Sayyidah dengan mata terbelalak lebar.

Sebuah foto seorang pria tampan terpampang jelas di dalam dompet itu. Foto pria yang telah memberinya seikat bunga mawar putih, yang tidak lain adalah Reyfan. Saat itu, perasaan Aisyah bercampur aduk. Ia bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Ternyata, adiknya juga mencintai pria yang ia cintai.

Aisyah tertegun. Ia pun mematung lama, masih berdiri di tempatnya berdiri. Jemarinya mencoba menutup dompet yang terbuka itu. Beribu pertanyaan pun tiba-tiba menggelayuti benaknya. Ia masih tidak habis pikir, kenapa Sayyidah mencintai orang yang telah memasukkannya ke dalam penjara?

"Neng Aisyah!" teriak Sayyidah dari kejauhan sambil berlari kecil menuju tempat Aisyah berdiri.

Lamunan Aisyah terpecah. Ia gelagapan menutup kembali dompet Sayyidah lalu ia pun menoleh ke arah suara orang yang memanggilnya berasal.

"Neng Aisyah, dompetku ketinggalan," ujar Sayyidah dengan napas ngos-ngosan.

Aisyah pun memberikan dompet yang ia pegang pada Sayyidah.

Sayyidah tersenyum lebar ketika ia menerima dompet itu dari Aisyah. "Terima kasih ya Neng! Assalamu'alaikum!" Ujar Saayyidah lalu beranjak pergi.

"Wa'alaikum salam," jawab Aisyah bimbang.

-----00-----

Terdengar suara ketukan pintu kamar Madinah. Tak segan-segan, Madinah pun membuka pintu kamarnya. Ternyata, orang yang saat itu berdiri di depan kamarnya adalah Sayyidah. Madinah pun sedikit terkejut atas kedatangan seorang wanita cantik yang saat itu berkerudung merah.

Sayyidah tersenyum. "Assalamu'alaikum," ucapnya dengan ceria.

"Wa'alaikum salam."

"Boleh masuk?"

Madinah mengangguk. "Silahkan!"

Sayyidah pun melewati batas pintu dan menerobos masuk. Ia menghela napas lalu tersenyum sendiri. Mendapati hal itu, Madinah pun keheranan bukan main.

Sayyidah duduk di atas ranjang. "Madinah, aku senang sekali akhir-akhir ini!" ucapnya dengan penuh senyuman kecil.

Madinah semakin keheranan. "Kenapa?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi.

"Kemarin, Pak Reyfan memberiku jaket saat aku kehujanan."

"Ha?" kata Madinah kaget sembari duduk di sebelah Sayyidah.

"Semakin lama, aku semakin menyukainya. Kadang-kadang, aku bertanya-tanya, apa aku ada di hatinya? Siapa wanita yang dicintainya? Apa yang terjadi pada aku dan dia apabila menjalin hubungan? dan masih banyak pertanyaan yang lainnya yang tidak bisa kuungkapkan semua," curhat Sayyidah.

"Aku sudah bilang, kamu tidak boleh menyukai Pak Reyfan! Abamu tidak akan menyetujuinya! Apa kamu akan menyusahkan Abamu untuk yang kedua kali?"

"Menyusahkan apa?" tukas Sayyidah dengan tatapan tajam.

Madinah tersnyum sinis. "Aku tidak habis pikir! Di mana akal sehatmu, Sayyidah?" bentaknya.

Sayyidah mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Ya! Aku sudah tidak punya akal sehat! Lalu, apakah logika berlaku dalam hal cinta?"

Entah mengapa, suasana pun memanas. Madinah tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sedangkan air mata Sayyidah tiba-tiba menetes membasahi kerudung merah yang ia kenakan. Hati Madinah merasa iba melihat butiran air mata Sayyidah.

Madinah meraih tangan Sayyidah dan memegang tangan kanan Sayyidah dengan kedua tangannya. "Cinta memang egois. Tapi, aku yakin, kamu bisa menghapus perasaan yang belum terbalas itu. Aku takut, jika perasaanmu terbalas, situasi ini malah akan semakin rumit! Aku mohon pikirkan Abamu!"

"Ini pertama kalinya, Din. Ini pertama kalinya aku jatuh cinta. Dan apa yang kurasakan saat ini adalah hal yang indah."

Mata Madinah membulat. "Iya, aku tahu. Aku mengerti!"

"Kalau kamu mengerti, kenapa kamu memintaku untuk berhenti mencintainya?"

Madinah terdiam. Ia tidak bisa mengatakan pada Sayyidah bahwa sebenarnya Reyfan menyukai Aisyah. Ia tahu betul bahwa Reyfan sama sekali tak menaruh perasaan pada Sayyidah. Dan sebenarnya, Madinahlah yang mengirimkan bunga mawar putih pada Aisyah dari Reyfan.

-----00-----
😎😎😎😎😎
Minggu, 3 Maret 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang