60. BIDADARI YANG MEMUDAR

5.6K 246 22
                                    

Perlahan Aisyah membuka matanya. Samar-samar ia melihat suaminya, Muhammad yang kala itu duduk di samping ranjang tempatnya berbaring. Muhammad memegang tangannya erat.

"Mas..." Aisyah mencoba untuk bangun. Muhammad memapahnya.

"Kenapa kamu tidak mengatakan ini padaku?" mata Muhammad berkaca-kaca.

"Aku juga baru tahu dua minggu yang lalu, Mas. Sebenarnya... aku ingin memberi tahumu. Tapi... aku masih belum menemukan waktu yang tepat."

"Baru dua minggu yang lalu tapi kenapa bisa separah ini?" air mata Muhammad sudah tumpah lalu ia mengusapnya cepat.

Aisyah tertunduk. "Iya. Memang terlalu cepat. Aku sendiri sampai takut, Mas."

Muhammad menatap istrinya lekat dengan matanya yang basah. Lalu memeluk istrinya dengan erat. "Kamu pasti akan sembuh. Aku yakin... kamu pasti akan sembuh. Kamu harus sembuh!"

Aisyah membalas pelukan suaminya. Air matanya terkuras. Ia ingin hidup agar bisa menjaga suami dan anak-anaknya. Tapi kenapa Tuhan berkehendak lain? Hidupnya mungkin tidak akan lama. Dokter bilang, paling lama Aisyah hanya bisa bertahan sampai 3 bulan saja.

Muhammad melepaskan pelukannya lalu kembali menatap Aisyah. "Tunggu disini! Aku akan pergi untuk mengambil hasil tes," katanya lantas berdiri.

Aisyah memegang tangan suaminya. "Aku ikut, Mas."

"Jangan! Kamu disini saja. Kamu harus banyak istirahat."

"Baiklah," jawab Aisyah.

***

Martha menangis di depan Reyfan sambil berteriak-teriak meminta Reyfan untuk menikahinya. Tentu saja Reyfan tidak mau! Di dalam hatinya masih ada Aisyah. Baginya, seratus wanita seperti Martha tidak artinya bila dibandingkan dengan Aisyah.

"Nikahi aku, Mas!" teriak wanita berparas cantik itu.

Reyfan tersenyum sinis. Ujung bibirnya tersungging ke kanan. "Menikah katamu? Aku bahkan tidak pernah tidur denganmu! Kau jangan konyol!"

"Apa kamu bilang? Kamu tidak pernah tidur denganku? Apa kamu lupa? Kita bahkan tinggal serumah selama dua bulan, Mas!"

"Berapa yang kau inginkan? Seratus juta? Dua ratus juta? Satu miliyar? Sebutkan saja nominalnya. Aku akan memberimu berapapun yang kau inginkan asalkan kau enyah dari kehidupanku."

"Aku tidak meminta uang, Mas. Aku hanya ingin cintamu."

Reyfan berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan ke arah Martha lalu memegang kedua pundak Martha sambil menatap wanita berlipstik merah menyala itu dengan tatapan tajam. "Aku......tidak ingin menikah! Dan aku...tidak akan menikah! Cam kan itu!" katanya tegas lalu menghempaskan pundak Martha dengan kasar seperti membuang sampah.

Reyfan beranjak menuju pintu. Akan tetapi Martha berlari ke arahnya lalu memeluknya dari belakang. "Aku hamil."

Reyfan terhenti. Matanya membulat. Ia pun berbalik. "Apa katamu?"

"Aku hamil! Aku hamil, Mas!" teriaknya frustasi.

Mendapati kenyataan itu, Reyfan segera memegang tangan Martha dengan erat, menyeret wanita bertubuh seksi itu menuju tempat parkir.

"Kita mau kemana?" Martha bertanya-tanya.

"Kita akan ke rumah sakit."

"Untuk apa?" tanya Martha lagi.

"Kau ini bodoh ya?! Tentu saja kau harus tes kehamilan!"

"Aku tidak mau."

"Kalau kau tidak mau, berarti kau tidak hamil."

Mata Martha membulat. Tangannya mulai gemetar takut. Dia takut rahasianya terbongkar. Rahasia bahwa ia tidak hamil.

***
😎😎😎
Sabtu, 16 Maret 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang