Aisyah membuka pintu kamarnya. Ia tampak keheranan saat melihat jendela kamarnya terbuka lebar dan seikat bunga mawar putih yang tergeletak begitu saja di dekat jendela tersebut. Aisyah pun memungut karangan bunga itu lalu membuka sebuah surat kecil yang terselip di sela-sela bunga-bunga mawar putih yang indah nan harum itu.
Untuk Aisyah,
Aisyah, aku yakin bahwa mawar putih ini tengah menangis sekarang. Mawar putih ini tadinya sombong akan dirinya. Dia merasa paling suci. Bahkan dia merasa dirinya paling indah! Tapi setelah ia melihat dirimu, dia pilu karena sekarang ada yang lebih suci dan lebih indah. Jadi, bisakah kamu menghiburnya untukku?
Reyfan
Aisyah tersenyum kecil ketika ia telah usai membaca surat itu. Hatinya mulai tergerak akan pesona yang Reyfan tebarkan. Segeralah ia mengambil sebuah toples kaca berisi air untuk tempat bertahan rangkaian bunga mawar putih itu.
Dari ambang pintu kamar Aisyah, Sayyidah berhenti mematung ketika melihat kakaknya tersenyum-senyum sendiri memandangi beberapa tangkai bunga mawar putih. "Neng Aisyah? Kenapa Neng Aisyah tersenyum sendiri?" tanyanya keheranan.
Lamunan Aisyah pun buyar. Lalu ia gelagapan menoleh ke ambang pintu. Tapi tidak ada kata yang terucap darinya untuk menjawab soal sulit yang dilontarkan Sayyidah barusan karena mengarang alasan dan kebohongan bukan keahlian Aisyah.
Sayyidah melangkah memasuki kamar Aisyah. "Bunga dari mana itu, Neng?" tanya Sayyidah saat melihat bunga mawar putih segar yang tertata rapi di toples kaca berisi air itu.
"Dari seseorang."
"Dari siapa?" tambah Sayyidah.
Aisyah terdiam. Mulutnya tiba-tiba saja membisu. Rasanya sangat sulit baginya untuk memberi tahu Sayyidah yang sebenarnya. Ia takut Sayyidah akan marah bila mengetahui bahwa bunga mawar putih itu adalah pemberian Reyfan karena Reyfan adalah orang yang pernah memenjarakan Sayyidah.
Sayyidah tersenyum kecil. "Hmmm! Baiklah-baiklah! Aku tidak akan mengorek lagi."
Tiba-tiba tangan Sayyidah meraih setangkai mawar putih. Lalu Sayyidah menghirup bau harum yang terselip di sela-sela kelopak bunga tersebut.
"Sayyidah! Cepat taruh balik!" tegur Aisyah halus.
Sayyidah menggeleng. "Tidak mau! Pokoknya aku minta satu! Titik! Daaaah," sahut Saayyidah lalu beranjak pergi.
"Sayyidah! Sayyidah!" panggil Aisyah.
-----00-----
Matahari di sana tampak tersisih oleh mendung. Tapi Sayyidah tidak menghiraukannya dan malah asyik duduk santai di halaman pondok pesantren sambil memandangi bunga mawar putih yang ia pegang. Tiba-tiba setetes air ciptaan sang khaliq menetes dari langit mencoba membasahi bunga mawar putih Sayyidah. Setetes air itu seolah mengajak teman-temannya yang lain untuk turun. Hujan pun datang dan tak terelakkan. Sayyidah mengangkat kedua tangannya di atas kepala berusaha untuk melindungi diri dari terpaan hujan. Lalu ia berlarian kembali menuju rumahnya.
Di tengah perjalanan, Sayyidah tak sengaja berpapasan Reyfan yang juga berlarian menuju asrama santri putra. Keduanya saling terhenti. Sayyidah terhenti karena ia ingin melihat wajah orang yang ia cintai. Sedangkan Reyfan terhenti karena melihat setangkai bunga mawar putih yang Sayyidah pegang.
"Assalamu'alaikum," sapa Sayyidah tanpa menghiraukan hujan yang semakin deras.
Reyfan tidak melihat Sayyidah. Matanya hanya tertuju pada bunga mawar putih di tangan halus Sayyidah. "Wa'alaikum salam," jawabnya sedikit acuh.
Sayyidah hanya bisa mematung. Ia membiarkan hujan membasahi sekujur tubuhnya. Tanpa kata, tanpa suara yang terucap dari bibir merahnya yang tampak mulai menggigil kedinginan.
"Emm, dari mana kamu mendapatkan bunga mawar putih itu?" tanya Reyfan serius.
"Ini dari Neng Aisyah," jawab Sayyidah yang sudah basah kuyup karena hujan.
Reyfan tersenyum sinis. "Apa dia memberimu?" tanya Reyfan lagi yang juga tidak menghiraukan hujan.
Sayyidah menggeleng. "Tidak, Aku yang mengambilnya. Kenapa?" tanyanya keheranan.
Reyfan menghela napas. Ia tampak lega mendengar jawaban Sayyidah. Tadinya Reyfan sempat pikir Aisyah memberikan bunga yang ia beri kepada orang lain. Tapi sesuai dengan dugaannya. Aisyah akan menghargai pemberian dari orang lain karena Aisyah adalah wanita yang istimewa.
"Pak Reyfan, anda belum menjawab pertanyaan saya," tambah Sayyidah.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu saja."
"Haaaajing." Suara flu Sayyidah.
Mendapati Sayyidah yang tampak terserang flu, Reyfan pun melepaskan jaketnya dan memakaikan jaket tersebut ke punggung Sayyidah. "Cepat kembali ke rumah! Nanti masuk angin!" Ucap Reyfan lalu melanjutkan langkahnya menuju asrama santri putra.
Sayyidah mematung sambil tersenyum simpul. Ia membiarkan hujan mengguyur tubuhnya dan menjadi saksi pertemuan indahnya. Wajahnya saat itu memerah dan bahkan tidak bisa berhenti tersenyum sambil menari-nari kecil melangkah menuju ke kediamannya.
-----00-----
😎😎😎😎😎
Jum'at, 1 Maret 2019Jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romance"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...