57. KECEWA

5.4K 263 10
                                    

Gila. Sama seperti saat ia ditinggal mati calon istrinya dulu, Aish. Ia kembali menjadi orang gila. Kali ini bukan karena ditinggal mati. Tapi karena ditinggal menikah dengan orang lain. Rasa perih yang ia tanggung saat ini tidak bisa ia tahan lagi. Perih sekali bahkan rasa perihnya lebih parah dari pada saat ia ditinggal Aish meninggal dunia. Mungkin karena rasa cintanya pada Aisyah jauh lebih besar dari pada rasa cintanya pada Aish dulu.

Sore itu, di ruang kerjanya, Reyfan termenung. Ia melupakan shalat. Ya, ia sudah tidak shalat sejak ia tahu Aisyah menikah dengan Muhammad. Baginya, Tuhan tidak adil. Ia marah, mengapa Tuhan tidak menyatukannya dengan Aisyah. Mengapa Aisyah harus berjodoh dengan lelaki lain. Sungguh ia sangat tak mengerti.

Tok-tok-tok. Terdengar suara ketukan pintu. "Masuk!" suruhnya.

Susan, seorang pegawai dari bagian marketing pun memasuki ruangan kerja Reyfan lalu menghadap ke Reyfan dengan setumpuk berkas-berkas di tangannya. "Ini, Pak laporan penjualan bulan ini," ujarnya sambil memberikan berkas-berkas itu pada Reyfan.

Reyfan menyambar berkas-berkas itu lalu membacanya. Tak lama setelah membaca laporan-laporan itu, dia murka lantas melempar berkas-berkas itu di hadapan Susan. Lantai yang tadinya bersih, kini terlihat kotor karena di atasnya berserakan kertas-kertas laporan.

"Ada yang salah, Pak?" tanya Susan ketakutan.

"Ada yang salah kamu bilang?" tanya Reyfan dengan nada tinggi. "Coba kamu lihat tahun di cover laporan itu! di sana tertulis 2015!"

"Astaghfirullahal Adzim. Maaf, Pak. Saat saya membuat laporan, saya lupa mengganti cover laporan tahun lalu Pak. Maaf."

"Kamu dipecat!"

"Apa? Saya dipecat? Tapi Pak, saya yakin laporan saya tidak ada yang salah kecuali covernya saja. Bagaimana mungkin Bapak..."

"Cukup! Saya bilang kamu dipecat ya dipecat! Silahkan pergi!"

Benar kata orang. Cinta bisa membuat orang menjadi gila karenanya. Reyfan kembali ke dirinya yang dulu. Gila. Ya. Dia menggila. Peri kemanusiaannya hilang bahkan mungkin ia juga melupakan Tuhan.

-----00-----

Di depan meja bar itu Reyfan menghabiskan waktunya sepanjang malam. Sebotol bir dan sebuah gelas berisi es batu menemaninya lagi di malam yang dingin itu. Diteguknya minuman haram itu lagi dan lagi sampai ia mabuk, lebih tepatnya sampai ia melupakan lara hatinya. Tapi sulit sekali baginya melupakan Aisyah. Walau sudah meneguk bir sebanyak itu, sosok Aisyah masih saja lalu lalang dihadapannya.

"Pak, sebaiknya Bapak pulang." Seseorang memegang pundak Reyfan dari belakang. Reyfan menoleh. Ternyata itu Salim.

"Pergi sana! Biarkan aku sendiri!" tangan Reyfan mengibas ke arah Salim.

"Kenapa Bapak jadi seperti ini? Apa karena Neng Aisyah sudah menikah?"

"Itu bukan urusanmu!" tukas Reyfan lalu mengambil sebotol bir yang ada di atas meja lalu meneguknya.

Salim merasa miris melihat Reyfan yang menjadi gila. Mungkin Reyfan tak pernah menganggapnya sebagai sahabat. Akan tetapi ia selalu menganggap Reyfan sebagai sahabat walaupun Reyfan kerapkali membuatnya merasa jengkel.

"Inilah sebabnya Neng Aisyah tidak menjadi jodoh Bapak," kata Salim.

Reyfan terhenti. Matanya memicing melihat Salim.

"Bapak pikir, Neng Aisyah pantas untuk lelaki labil seperti Bapak?"

Reyfan murka mendengar perkataan Salim. Ia berdiri lalu mengangkat kerah baju Salim. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan mata melotot seolah meminta penjelasan.

"Neng Aisyah terlalu berharga jika bersanding dengan sampah seperti anda!"

Braaaak! Sebuah tinju kuat seketika itu mendarat di pipi Salim hingga membuatnya terjerembab di atas lantai bar. Semua orang terhenti, bahkan DJ pun menghentikan musiknya. Hening. Perhatian mereka semua tertuju Reyfan dan Salim. Ada yang saling berbisik satu sama lain, ada yang hanya melongo, ada yang cuek, adapula yang tidur-tiduran di atas sofa bar karena mabuk.

"Kenapa? Kenapa aku tidak pantas bersanding dengan Aisyah?"

Salim tak menghiraukan pertanyaan Reyfan. Ia berdiri dari lantai lalu berkata, "Maaf, saya tidak bisa bekerja dengan anda lagi. Mulai sekarang, saya mengundurkan diri."

Salimpun berlalu pergi. Semua orang di bar itu masih terhenti sejenak lalu melanjutkan disko lagi. Sementara Reyfan kembali ke kursinya lalu meneguk sisa bir yang ada dalam botol.

Sejak tahu Aisyah menikah, Reyfan menghabiskan waktunya untuk bekerja sepanjang hari. Sementara itu, sepanjang malam, ia menghabiskan waktunya untuk meneguk beberapa botol bir di dalam bar. Hanya itu yang ia lakukan. Ia rupanya benar-benar telah melupakan Tuhan.

-----00-----
😎😎😎😎
Kamis, 14 Maret 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang