11. BUNGA MAWAR UNTUK AISH

10.8K 427 5
                                    

"Buka matamu!" Reyfan masih mengharapkan secercah kehidupan untuk Aish.

Aish tak kunjung membuka mata. Napasnya yang tadinya masih sayup-sayup terdengar, kini telah berhenti. Tak ada lagi degupan jantung dari dalam dadanya. Aish kini telah menjadi mayat yang tak akan pernah kembali hidup. Hari yang semestinya menjadi hari bahagia, kini menjadi hari yang penuh duka. Sang pengantin wanita telah meninggal dunia. Tak ada lagi kata pernikahan, melainkan hanya ada kata pemakaman.

-----00-----

Mega merah mulai menyingkirkan awan biru. Cahayanya membuat kamar Reyfan semakin sayu. Cahaya itu hanya datang sekejap menari-nari dalam ruangan lalu hilang dan menggelapkan ruangan.

Sudah beberapa hari berlalu sejak tragedi mengenaskan itu terjadi. Reyfan masih berkabung. Ia terus meratap dalam diam. Ia terus mengurung diri dalam kamar. Sekalipun ia tidak pernah mengunjungi makam Aish. Bukan karena ia membenci Aish, tapi karena ia tidak ingin hatinya semakin tersayat saat mendapati orang yang dicintainya terbaring sendirian dalam kubur.

Mama Reyfan memasuki kamar Reyfan dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat sebuah mangkuk berisi bubur hangat, sendok, lengkap dengan segelas susu. Ia menyalakan lampu. Kemudian menghampiri Reyfan yang melamun di jendela.

"Tadi pagi kamu hanya makan sedikit. Sekarang, kamu harus makan banyak." bujuk mama Reyfan.

Reyfan menggeleng pelan, "Aku ingin menyusulnya," ucapnya tiba-tiba.

"Kamu tidak boleh bicara seperti itu!"

Pandangan Reyfan tak pernah terisi. Selalu kosong tanpa ambisi yang berarti. Tidak ada lagi semangat dalam dirinya. Hampa dan kesepian tanpa cinta suci yang selama ini setia menemani.

"Apakah Tuhan tidak adil?" tanya Reyfan sambil menatap bulan dari kaca jendela kamarnya.

"Tuhan selalu adil!" jawab mama Reyfan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Banyak sekali orang yang hidup di dunia ini. Tapi kenapa harus Aish yang Ia ambil?"

"Ini semua adalah takdir! Kamu harus terima itu."

Reyfan menoleh dan menatap mamanya dengan mata yang membengkak. Air mata kembali menetes di kedua bola matanya. Lalu ia memeluk mamanya dengan sangat erat. Mama Reyfan membalas pelukan itu dengan pelukan hangat. Ia mecoba menghapus kesedihan putranya yang terus membabi buta. Ia berharap agar putranya lekas melupakan tragedi ini.

"Jika kau mati, pasti dia akan kecewa padamu." ucap wanita tua itu.

"Benarkah?"

"Dia pasti merasa bahwa dialah penyebab kematianmu karena kau ingin mati demi dia."

"Lalu aku harus bagaimana? Adakah cara untuk menyusulnya?" Reyfan terus memeluk mamanya.

"Kau tidak perlu menyusulnya di surga."

Reyfan melepaskan pelukannya. Ia menatap mamanya sejenak dengan tatapan yang sedikit tajam namun mencekam. Lalu ia melangkah tiga kali menjauh dari mamanya sambil menggeleng.

"Aku tidak bisa meninggalkan dia sendirian di surga!"

Kesedihan Reyfan sepertinya telah membuat akal sehatnya tidak bisa berpikir jernih. Tidak ada hal lain yang ia inginkan selain menyusul Aish di akhirat. Dan satu-satunya jalan agar bisa ke akhirat adalah mati.

"Aku akan menyusulnya!" lanjut Reyfan.

Mama Reyfan semakin geram dengan perkataan Reyfan. Ia pun mendekati Reyfan dengan perlahan. Tiba-tiba saja sebuah tamparanpun ia layangkan ke pipi Reyfan dengan sangat keras hingga membuat bekas memar memerah di pipi Reyfan.

"Kenapa yang kau pikirkan hanya Aish? Kau juga harus memikirkan mama!" bentak mama Reyfan.

Reyfan terdiam. Ia menatap mamanya yang nampak murka. Tangisnya terhenti. Sesaat bayang-bayang Aish dalam hatinya lenyap dalam sekejap. Akal sehatnya kembali setelah menerima tamparan itu.

"Mama tidak ingin kau pergi! Sudah cukup Aish saja yang pergi." sambung mama Reyfan.

"Maaf, Ma."

"Jika kau mencintainya, relakan kepergiannya."

"Mungkin akan sulit."

"Jika memang sulit, kau bisa mengunjungi makamnya dengan membawa bunga mawar."

Bunga mawar adalah bunga kesukaan Aish. Terutama bunga mawar merah yang mekar dan harum mewangi. Semasa hidupnya, Aish sangat gemar menanam bunga. Setiap hari dia pasti akan memetik sebatang bunga mawar yang ia tanam dan memberikan bunga itu pada Reyfan.

"Mama benar! Kalau aku mati, siapa yang akan membawakannya bunga?" ucap Reyfan sambil tersenyum kecil.

Motivasi mama Reyfan membuat Reyfan tidak lagi berpikir tentang bagaimanakah menyusul Aish di alam sana. Reyfan tersadar bahwa mencintai seseorang tidak harus memilikinya.

-----00-----

Reyfan sudah bersiap. Ia memakai kemeja hitam pekat. Tak lupa juga ia memakai kopyah yang juga berwarna hitam yang tak kalah pekat dengan kemejanya. Ia membawa seikat bunga mawar merah yang masih segar. Bunga itu tampak sangat cantik dengan berpadu dengan warna hijau daun. Reyfan mengendarai mobilnya. Ia bergegas menuju ke kompleks pemakaman. Ia harus tegar walaupun hatinya masih terpenuhi luka yang terasa perih. Semua ketegaran itu datang karena motivasi dari mama tercintanya.

Tak lama menyetir, Reyfan pun tiba di area pemakaman. Tampak ada banyak gundukan tanah di tempat itu. Dan salah satu gundukan tanah itu di dalamnya terdapat mayat Aish. Reyfan menghampiri makam Aish. Ia duduk di sampingnya lalu meletakkan rangkaian bunga mawar itu di atas makam yang masih segar berbau tanah tersebut.

"Aku mencoba merelakanmu. Tapi selalu saja hati ini terasa sakit di setiap kali aku ingin melupakanmu." kata Reyfan pada batu nisan yang ada di depannya.

Reyfan mengelus-elus batu nisan itu. Batu nisan yang bertuliskan nama 'Aish', seorang wanita pelipur laranya. Lalu Reyfan tersenyum sendiri dengan pandangan yang terus tertuju pada batu nisan yang tak bernyawa itu.

"Kau pasti kesepian di dalam sana. Mulai sekarang, kau tidak akan kesepian lagi. Aku akan mengunjungimu setiap hari."

Batu nisan itu tidak menjawab apa-apa. Batu nisan itu tak bergerak sedikitpun dan tetap pada tempatnya. Tapi dalam hayalan Reyfan, batu nisan itu tergambar wajah cantik Aish yang tersenyum kepadanya.

"Baiklah. Besok aku akan membawa gitar dan menyanyikan sebuah lagu untukmu di setiap harinya agar kau senang. Bagaimana?"

Cinta telah membutakan hati Reyfan. Cinta membuat Reyfan yang ambisius menjadi Reyfan yang tak mempunyai arah dan tujuan hidup.

Sejak saat itulah setiap hari Reyfanselalu mengunjungi makam Aish sambil membawakan lagu yang berbeda di setiapkunjungannya. Ia menyanyikan lagu dengan diiringi alunan musik gitar yangselalu setia menemaninya setiap kali suaranya bernada.

😘😘😘😘😘😘😘
Vote dan komen untuk penyemangat ya
Senin, 21 Januari 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang