"Astaghfirullahal Adzim. Rasa apa ini? Baru pertama kalinya aku merasakan hal yang seperti ini. Tadi saat aku menyuruhnya berpose, tidak ada perasaan seperti ini. Tapi kenapa sekarang...." Sayyidah bertanya-tanya.
Reyfan tampak kesal setelah melihat-lihat foto dari dalam kamera Sayyidah. Lalu ia pun memberikan kembali kamera tersebut kepada Sayyidah dengan gaya juteknya. Sayyidah menerima kamera itu. Ia benar-benar tidak tahu mengapa Reyfan memasang muka kesal seperti itu.
"Seharuskan saya nggak mempercayakan tugas ini pada fografer amatiran seperti anda," kata Reyfan sambil menatap Sayyidah dengan memasang wajah jutek.
"Sayang! Kenapa kau bicara seperti itu?" ujar Aish pada kekasihnya.
Reyfan beralih pandang. Ia tak lagi menatap Sayyidah. Sekarang ia menatap Aish yang saat itu berdiri di sampingnya.
"Semua hasil fotonya jelek, kampungan dan norak. Apa yang bisa dipuji?" Reyfan semakin menjadi-jadi.
Sayyidah masih menahan amarahnya dan berlatih sabar dalam menghadapi klien yang rewel seperti Reyfan. Karena Sayyidah sangat yakin bahwa sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar. Selain itu, ia juga tidak ingin dipecat, karena sulitnya mencari pekerjaan di jaman sekarang.
"Sayang, fotonya emang nggak sebaik fotografer ternama, tapi hasil fotonya lumayan kok!" ucap Aish sambil mengelus-elus lengan Reyfan.
"Lumayan?! Lumayan dari mana?!" tukas Reyfan dengan emosional. "Hasil fotonya seperti sampah! Anak TK-pun bisa memotret seperti itu!"
Sayyidah sudah tidak tahan lagi mendengar hinaan Reyfan. Ia pun berdiri sambil menghela napas. Dengan masih menahan amarah, ia melototi Reyfan tanpa rasa takut sedikitpun.
"Sampah?!" ucap Sayyidah sambil tersenyum sinis.
"Sam-pah-bu-suk!" Reyfan melototi balik Sayyidah.
Sayyidah semakin geram dengan hinaan bertubi-tubi yang dilontarkan Reyfan. Namun ia tidak ingin terjebak dalam amarah setan. Lalu ia menghela napas dan melangkah pergi mencoba menghindar dari hinaan yang mungkin akan Reyfan lontarkan lagi.
"Bagaimana bisa Pak Warsito mempekerjakan sebuah sampah seperti dia?" gerutu Reyfan.
Sayyidah mendengar apa yang dikatakan Reyfan saat ia melangkah pergi. Ia berbalik. Lalu ia melototi Reyfan dengan amarah yang tidak bisa ia tahan lagi.
"Anda pikir anda siapa? Anda tidak berhak menyebut saya 'Sampah'!" tukas Sayyidah tegas.
"Kalau anda tidak memiliki bakat fotografi, sebaiknya anda berhenti!"
Aish hanya bisa diam. Ia tahu benar watak Reyfan yang tidak pernah mau mengalah jika merasa benar. Sejak kecil Reyfan tinggal di kalangan atas. Ia selalu diajarkan oleh orang tuanya untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan uang. Dan hal itu menjadikannya seseorang yang sombong dan tidak pernah mengerti arti kehidupan.
"Saya manusia. Bukan sampah," kata Sayyidah semakin menegaskan.
Reyfan tersenyum sinis. "Apa anda tahu siapa saya?"
"Saya tahu." kali ini Sayyidah berkata lebih santai. "Anda adalah...."
Suasan semakin menjadi-jadi. Ya, keteganganpun tak terelakkan. Rita dan Aish penasaran menunggu apa yang akan dikatakan Sayyidah selajutnya.
"Sampah!" lanjut Sayyidah.
Ucapan Sayyidah membuat Reyfan terhina. Baru kali ini ada orang yang berani menghinanya, karena tidak pernah sebelumnya ia mendapatkan hinaan sekalipun. Apalagi yang mengucapkan kata hinaan itu hanya seorang fotografer yang masih amatiran seperti Sayyidah.
Reyfan tersenyum sinis. "Anda akan dipecat. Saya akan pastikan itu!" ucap Reyfan dengan sombongnya.
"Lebih baik saya dipecat dari pada harus terhina seperti ini!"
"Orang tua anda pasti tidak mendidik anda dengan baik. Itulah sebabnya anda menjadi seperti ini," hina Reyfan. Lalu berbalik pergi.
Amarah Sayyidah sudah tidak terkendali lagi. Langsung saja ia melepaskan sepatu kanannya dan melemparkannya ke arah kepala Reyfan dari belakang. Mata Aish dan Rita terbelalak lebar sementara mulut mereka menganga tanpa kata. Reyfan terhenti saat sepatu Sayyidah mengenai kepalanya dengan sangat keras. Hal ini benar-benar membuatnya mendapatkan suatu hinaan yang sangat rendah. Reyfan menoleh. Api kemarahannya benar-benar tersulut kali ini. Ia berbalik ke arah Sayyidah.
"Tidak hanya dipecat! Akan saya pastikan, anda tidak akan bisa diterima di perusahaan manapun!" ancam Reyfan.
Sayyidah agak takut dengan ancaman Reyfan. Ia menelan ludah tapi ia masih berusaha membusungkan dadanya. Ia yakin bahwa sesungguhnya hanya Allah yang mampu menentukan semua takdir. Mulai dari rezeki, jodoh, nasib dan segalanya.
"Bukan anda yang menentukan takdir!" tukas Sayyidah.
Aish sudah merasa sangat tidak nyaman dengan suasana ini. Suasana yang begitu mencekam layaknya malam tanpa bulan. Suasana yang membuat bulu kuduk menjadi berdiri tegang.
"Sayang, kita pergi saja, yuk!" ajak Aish sambil menarik lengan Reyfan.
Reyfan menuruti ajakan Aish. Lalu ia pun pergi bersama Aish ke tempat di mana ia tidak bisamelihat wajah Sayyidah yang membuatnya geram.
😎😎😎😎😎😎
Ayo vote dan komen ya biar author semangat
Senin, 14 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlingan Sayyidah Aisyah
Romance"Aku bahkan tidak bisa membedakan. Dia itu bidadari atau manusia?" Ini bukan hanya tentang Sayyidah, tapi juga tentang Aisyah. Mereka adalah bidadari dunia yang jatuh cinta pada pria yang sama. "Kamu itu bidadari bukan?" Wanita berhidung mancung i...