25. PENJARA

6.8K 315 4
                                    

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tak pernah melakukan kesalahan. Berdiri, bangkit, dan jangan jatuh lagi.

Di kantor polisi, Sayyidah duduk sendirian dengan tangan yang gemetar tegang menunggu kedatangan seorang polisi yang akan mengintrogasinya. Sayyidah masih tak percaya dengan semua yang telah terjadi kepadanya. Ia juga tidak percaya bahwa dirinya telah melakukan kesalahan yang sangat besar hingga mengantarkannya ke tempat ia berada saat ini.

"Bagaimana bisa nasibku jadi seperti ini? Sebenarnya dari mana awal kesalahanku? Apakah Allah masih sudi menolongku?"

Sayyidah benar-benar sadar bahwa semua ini adalah kesalahannya. Kini nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Bagaimanapun caranya, tidak akan pernah lagi bubur itu dapat menjadi nasi kembali.

"Aku menyesal. Tidak seharusnya aku mencuri ijazah Neng Aisyah. Sekarang aku harus bagaimana lagi?"

Hidup adalah pilihan. Di mana kita semua diberi pilihan antara memilih yang baik ataupun yang buruk. Pilihan menuju jalan yang diridhoi Allah atau jalan yang tidak diridloi Allha. Semua itu tergantung pada pilihan kita sendiri.

Limabelas menit telah berlalu. Sayyidah masih terdiam di tempatnya sambil merenungkan semua kesalahannya. Tak berapa lama kemudian, seorang polisi bertubuh tegap, berkulit sawo matang dan berkumis tebal duduk di hadapan Sayyidah.

"Saya sudah membaca laporan tentang anda," kata polisi itu.

Polisi itu terlihat sangat garang. Matanya terus melotot hingga membuat Sayyidah semakin tegang. Kening Sayyidahpun tiba-tiba saja berkeringat deras. Rasa takutpun semakin menerkamnya.

"Penipuan," ucap polisi itu dengan suara yan begitu tegas. "Memalsukan identitas dan menggunakan ijazah orang lain untuk mendapatkan pekerjaan."

Sayyidah hanya terdiam. Semua tuduhan yang dilontarkan oleh polisi itu memang benar hingga membuat Sayyidah tidak bisa mengelak sedikitpun.

"Ini sungguh kejahatan yang tidak bisa diampuni!" lanjut polisi itu.

Sayyidah masih terdiam sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap mata polisi itu karena mata polisi itu seolah-olah dapat membiaskan pancaran sinar yang bisa membuat setiap orang yang menatapnya menjadi semakin ketakutan.

"Ini adalah tindakan yang melanggar hukum. Anda tahu, kan?" tanya polisi itu sambil bermain kumisnya.

Sayyidah mengangguk pelan.

"Dan setiap perbuatan yang melanggar hukum harus mendapatkan hukuman. Benar, kan?" tambah polisi itu.

Mulut Sayyidah terkunci. "Ya Allah, maafkan hambamu yag khilaf ini," pinta Sayyidah sambil menitikkan air mata.

-----00-----

Di Pondok Pesantren As-Syams, Aisyah dan Bu Nyai Salamah beserta Kiai Huda masih sibuk mencari ijazah Aisyah yang hilang. Mereka bahkan mengerahkan seluruh santri Pondok untuk ikut membantu. Beberapa jam telah berlalu. Semua orang sudah kelelahan mencari. Namun tak ada seoranpun yang menemukan ijazah Aisyah. Tentu saja Aisyah semakin cemas.

-----00-----

Sayyidah sangat tersentak mendengar apa yang dikatakan Pak Polisi kepadanya. Air matanya mengalir semakin deras dari kedua bola mata bulat yang indah itu.

"Saya mohon jangan, Pak!" pinta Sayyidah.

"Ini sudah ketetuan hukum! Kami tetap akan menghubungi pemilik asli ijazah ini untuk memberi keterangan," jelas Pak polisi.

"Saya mohon jangan beri tahu dia, Pak!"

Polisi itu hanya diam saja dan tak menanggapi permintaan Sayyidah yang terus memohon kepadanya dengan tampang memelas.

"Saya mohon jangan!" pinta Sayyidah yang terus memohon.

Tanpa basa-basi, polisi itu menyuruh dua anak buahnya untuk memasukkan Sayyidah ke dalam sel penjara. Dan dua anak buah polisi itu pun segera melaksanakan tugas mereka dengan cepat. Segeralah mereka memegangi lengan Sayyidah dan memaksa Sayyidah untuk ikut mereka ke dalam sel tahanan.

"Bapak boleh menahan saya di penjara ini! Tapi jangan beri tahu keluarga saya!" ujar Sayyidah pada kedua polisi yang mengantarnya.

Sayyidah samasekali tidak meronta saat ia di masukkan ke dalam sel tahanan dan berkumpul dengan para narapidana yang lainnya. Ia kini hanya bisa pasrah kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena meronta pun tidak akan ada hasilnya.

Di dalam sel tahanan, terdapat dua wanita muda yang seumuran dengan Sayyidah. Salah seorang dari dua wanita tersebut bernama Nesty dan yang satunya lagi bernama Apriel. Mereka tampak kurang senang atas kedatangan Sayyidah ke dalam sel itu. Mereka saling berbisik satu sama lain dengan muka judes mereka.

Sayyidah tak menghiraukan keberadaan Nesty dan Apriel. Ia segera duduk di pojok ruangan sel penjara, meringkuk ketakutan sambil menunggu panggilan untuk informasi selanjutnya. Kini Sayyidah tak lagi memiliki semangatnya yang dulu. Kini hanya tersisa Sayyidah yang penuh penyesalan.

"Ya Allah, masihpantaskah hambaMu ini mendapatkan ampunanMu? Masih dapatkah hati yang kotor inimenjadi putih kembali?" tanya Sayyidah pada Tuhan.    

😊😊😊😊😊😊
Vote dan komen ya
Sabtu, 9 Februari 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang