26. PENJARA

6.3K 281 4
                                    

Nesty dan Apriel masih memandangi Sayyidah dengan tatapan sinis. Walau mereka tak mengatakan sepatah katapun pada Sayyidah, tapi tetap saja gelagat sinis mereka membuat Sayyidah merasa sedikit tidak nyaman.

"Kamu melakukan apa?" tanya Apriel pada Sayyidah yang masih terdiam di pojok ruangan.

"Nyolong, ya?!" tambah Nesty.

Sayyidah hanya menggeleng pelan.

"Narkoba? Alkohol? Pembunuhan?" tanya Apriel sambil terus memandangi Sayyidah dengan muka sinisnya.

Sayyidah menggeleng pelan lagi.

"Kamu bisu, ya?!" bentak Nesty.

Sayyidah menggeleng lagi. "Tidak," jawab Sayyidah lemas.

Nesty dan Apriel menjadi geram dengan jawaban Sayyidah yang hanya menggelengkan kepala saja. Mereka samasekali tidak puas dengan jawaban itu hingga membuat tangan mereka gatal dan ingin menampar.

"Lalu apa yang kau perbuat hingga kau masuk dalam sel ini?" lanjut Nesty yang nada bicaranya semakin ketus.

Sayyidah hanya diam dan menggelengkan kepalanya lagi. Dan tiba-tiba saja setetes air mata mengalir mengarungi pipi lembutnya. Ia kembali bersedih atas apa yang menimpanya. Nesty pun bertambah geram. Tangannya pun melayang gesit menuju kerudung Sayyidah. Lalu ia pun menarik kerudung Sayyidah dengan tarikan yang sangat kuat hingga membuat kepala Sayyidah mendongak. Akan tetapi Sayyidah tidak melawan perlakuan kasar itu dan malah terus bersabar.

"Kamu bisa bicara atau tidak?!" bentak Nesty.

"Dengan adanya kamu disini, ruangan ini tambah sempit tahu!" tambah Apriel.

Sayyidah tidak melakukan hal apapun dan masih diam seperti tadi.

"Pasti kamu penipu!" tebak Nesty. "Penipu yang menggunakan kecantikan untuk mencari uang!"

Air mata Sayyidah bertambah deras ketika Nesty mengatakan bahwa dia adalah seorang penipu. Kata-kata itu terasa begitu menyakitkan di hatinya. Walau pada kenyataannya perkataan Nesty adalah benar, tapi tetap saja kata-kata itu seperti garam yang tersiram di atas luka. Perih dan lara, itulah rasanya.

"Kalau kau mau berbuat keburukan, jangan memakai kerudungmu!" ujar Apriel sambil memegang tangan Sayyidah dengan sangat kasar.

"Kerudung suci ini tidak pantas digunakan oleh orang-orang kotor seperti kita!" tambah Nesty sambil terus menarik kerudung Sayyidah.

"Aku bukan penipu!" tukas Sayyidah membela diri.

Apriel bertambah geram. Ia pun mendorong lengan Sayyidah hingga membuat Sayyidah jatuh terjerembab ke lantai sel tahanan yang kotor. "Sekali penipu, tetap saja penipu! Pembohong!" katanya.

Sayyidah tak henti-hentiya menangis. Ia menangis bukan karena perilaku kasar Nesty dan Apriel. Akan tetapi ia menangis karena penyesalan yang mendalam dan melekat di hati kecilnya karena telah memilih jalan yang salah, jalan yang tidak diridhoi oleh Allah, Tuhannya.

"Tidak usah menangis! Percuma saja menangis! Tidak akan ada orang yang menolongmu disini!" bentak Nesty geregetan sambil terus mengoyak-ngoyak tubuh Sayyidah yang sudah lemas.

Apriel melihat seorang petugas polisi melangkah menghampiri selnya dari pintu jeruji besi yang menghalanginya ke alam bebas. "Nesty hentikan! Ada Pak polisi menuju ke sini!" ucapnya yang mencoba memperingatkan Nesty.

Nesty pun berhenti menyiksa Sayyidah. Ia pun segera pura-pura tertidur di atas tikar merah di dalam sel tahanan itu. Sementara itu, Sayyidah juga hanya terbaring lemah sambil terus menitikkan air mata penyesalan.

-----00-----

Kring kring kring. Suara telepon kediaman Kiai Huda terus berbunyi. Aisyah pun mengangkat telepon itu. Di dengarnya ucapan selamat siang dari seorang laki-laki di telepon tersebut.

"Se...selamat siang." Sahut Aisyah ragu-ragu atas sapaan orang yang menelepon tersebut.

"Kami dari kantor kepolisian Surabaya."

"Kantor polisi?"

"Apa saya bisa bicara dengan Saudari Aisyah?"

"Iya, saya sendiri. Ada perlu apa ya, Pak?" tanya Aisyah sedikit cemas.

"Kami mengharapkan kehadiran anda untuk memberi kesaksian atas pelanggaran hukum yang diperbuat oleh Saudari Sayyidah pada sidang pertamanya di kantor kajaksaan Surabaya besok," papar polisi tersebut.

"Sayyidah? Melanggar hukum? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?"

"Jika anda ingin penjelasan lebih lanjut, silahkan datang ke kantor polisi. Terima kasih. Selamat siang!" ujar polisi itu lalu segera menutup teleponnya.

"Halo?! Halo?!" kata Aisyah mencoba bicara lebih lanjut pada seorang polisi yag barusan bicara dengannya. Tapi semua itu sia-sia saja. Polisi itu sudah terlanjur menutup teleponnya.    

😎😎😎😎😎😎😎
Vote dan komen untuk penyemangat author ya
Minggu, 10 Februari 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang