14. KERUHNYA MASALAH

9.9K 430 0
                                    

Jangan pernah melawan arus takdir. Ikuti arusnya, entah itu membawamu ke kanan atau ke kiri tidak ada yang tahu.

Sayyidah terbaring di atas kasur dalam kamar kosnya. Ia mengelus-elus dadanya beberapa kali. Dan beberapa kali juga ia menelan ludah. Ia masih bimbang dengan ijazah Aisyah yang berada padanya.

"Neng Aisyah, maaf. Aku tidak bermaksud mencuri ijazahmu. Tapi aku butuh," ucap Sayyidah sambil menatap langit-langit kamar kosnya.

Setelah itu, ia beranjak menuju lemari kecil yang ada di pojok ruangan sempit itu. Lalu ia membuka lemari itu dengan sangat pelan. Di ambilnya beberapa lembar kertas dari lemari tersebut. Kertas-kertas itu tak lain adalah ijazah Aisyah dan berkas penting lainnya seperti surat keterangan lulus dan piagam Mahasiswa terbaik.

"Apa aku berhak menggunakan ijazah ini? Egoiskah aku?" ucap salah satu sisi dari hati nurani Sayyidah.

"Tidak! Aku tidak egois samasekali! Lagipula, Neng Aisyah tidak membutuhkan ijazah ini, kan?" tukas sisi hati nurani Sayyidah yang lain.

Sayyidah masih terjebak dalam kebimbangan yang semakin lama semakin tak karu-karuan. Ia terus memandangi ijazah Aisyah dengan penuh rasa bersalah.

"Aku tidak bisa! Aku harus mengembalikan ijazah ini ke tempat semula!" gumam Sayyidah dalam salah satu sisi hatinya.

"Kalau aku tidak menggunakan ijazah ini, selamanya aku tidak akan mendapatkan pekerjaan! Selama ini, Neng Aisyah tidak pernah sekalipun menggunakan ijazah ini. Dari pada mubadzir, lebih baik aku gunakan saja," tukas sisi hati yang lain.

Kebosanan hidup di Pesantren, rindu akan kehidupan kota Surabaya, membuat Sayyidah melakukan semua ini.

-----00-----

Seusai shalat tahajud, Aisyah melepaskan mukenanya. Mukena yang tampak bersih dan putih itu ia lipat dengan rapi. Lalu ia gulung bersama sajadah merah tempatnya tadi bersujud kepada Tuhan yang maha Esa. Kemudian ia meletakkannya di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya.

Mata Aisyah tampak menyipit. Beberapa kali ia menguap sambil menutup mulut dengan jemari-jemarinya yang halus nan lembut. Wajar saja, rupanya jarum jam pendek telah mengarah ke angka satu. Sedangkan jarum jam panjang hampir mendekati angka duabelas.

"Sudah jam satu rupanya," kata Aisyah saat melihat jam dinding yang terus bergerak perlahan.

Aisyah lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Sebelum tidur, ia tak lupa membaca do'a seperti biasa. Lalu perlahan ia memejamkan kedua mata indahnya. Walau matanya sudah tertutup beberapa saat, tapi entah mengapa beberapa kejadian yang menurutnya aneh tiba-tiba saja terbesit di benaknya. Dan hal itulah yang membuat mata Aisyah kembali terbuka.

"Kenapa aku terus memikirkan tingkah laku Sayyidah?"

Aisyah terbangun dari ranjangnya dan berkedip beberapa kali mencoba bertarung dengan rasa kantuk yang menebal. Aisyah kembali melihat jam dinding. Kini jarum jam panjang berpindah tempat ke angka duabelas.

"Hal apakah yang sebenarnya disembunyikan Sayyidah?"

Suara jangkrik semakin nyaring terdengar di telinga. Meronta-ronta menandakan bahwa malam semakin pekat dan semakin dingin. Tak berapa lama, setetes air hujan turun dari langit yang petang. Kemudian beberapa tetes air lainnya menyusul. Perlahan, hujan yang tadinya hanya rintik-rintik pun berubah menjadi hujan yang amat deras hingga membasahi bumi nusantara.

Udara malam semakin dingin dengan adanya hujan ini. Udara dingin itu terus menerobos masuk melalui celah dinding kayu kamar Aisyah hingga membuat Aisyah kedinginan. Aisyah pun segera mengambil sweeter merah dari lemari. Lalu ia pun memakainya dan bergegas kembali berbaring di atas ranjangnya.

"Kenapa aku harus su'udzon pada Sayyidah?. Astaghfirullahal Adzim!"

Tetap saja kecurigaan Aisyah terhadap Sayyidah masih melekat kuat walau Aisyah sudah berusaha untuk menghilangkan kecurigaan itu.

"Ya Allah, maafkan hambamu ini yang berprasangka buruk terhadap hambamu yang lain.Terlebih lagi, hamba menaruh prasangka buruk itu terhadap saudari hamba sendiri. Hamba mohon hilangkan perasangka buruk ini dari pikiran hamba."

-----00-----
😊😊😊😊😊😊😊😊😊
Vote dan komen untuk penyemangat author
Kamiss, 24 Januari 2019

Kerlingan Sayyidah AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang